chapter 23

614 78 2
                                    

Pov Jungkook

Perlahan jimin menyibak selimut yang membungkus badannya, membuka mata secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang berada di ruangan.

Jimin masih tidur terlentang dan beberapa kali memijit kepalanya yang pusing.

"Selamat siang tukang mabuk" aku menyapanya begitu dia menoleh ke arahku yang sedang berbaring menatapnya dengan senyum

Dia tersenyum "selamat pagi Jungkook"

"Kepalamu masih pusing?"

"Hmmm, masih sedikit pusing, jam berapa sekarang?" tanyanya

"Jam 11:00"

"Pantas saja aku mulai merasakan lapar, ternyata waktu serapan pagi sudah lewat" gumamnya.

"Bangun dan mandi, aku akan panaskan sup peredah mabuk dan siapkan serapan untukmu"

Aku menyibak selimut dam bersiap turun untuk menyiapkan serapan yang bisa dibilang kesiangan.
Karena sebentar lagi waktu makan siang.

Bukan bangun jimin menarik lenganku karena kesimbanganku tidak bagus aku kembalikan jatuh ke tempat tidur di sampingnya tukang mabuk yang sedang manja ini.

"Aku belum terlalu lapar" katanya setelah berhasil mengubur wajahnya di dadaku dan tangan melingkar di pinggangku. "Berbaring bersamaku disini dan jangan kemana-mana" katanya

Aku menggunakan tangan kiri sebagai batal jimin sedangkan tangan kananku sibuk membelai rambut dan punggung jimin.

"Apa aku melakukan hal yang aneh saat mabuk? Aku mendengar saat orang mabuk mereka biasa melakukan hal yang aneh atau memalukan" tanya jimin

"Kamu melakukannya" jawabku

Refleks jimin mengangkat wajahnya yang semula mencium dadaku "apa yang aku lalukan?, hal yang aneh atau memalukan?" tanyanya penasaran

"Kamu melakukan dua-duanya, kamu akan aku hukum setelah kamu sadar"

"Aku akan mengubur diriku sendiri, dasar jimin bodoh, bagaimana aku harus menghadapi para senior setelah ini" kata jimin lesu dan kembali mengubur wajahnya dalam dadaku

"Dan Jungkook jangan terlalu keras padaku, aku ini isrimu" kata jimin memohon begitu mendengar kata hukum dariku.

"Aku hanya bercanda, sejak kapan aku kasar padamu hmm?"

Aku mencium kepala jimin merasakan wangi sampo khas jimin.

"Kamu melakukannya dulu" jimin ngotot begitu mengingat hal yang aku lakukan padanya saat aku cemburu.

"Ia dulu aku melakukannya karena aku cemburu,dan itu gara-gara siapa?, aku juga melakukan tebusan dengan cara memberimu makan dan mengikuti semua keinginanmu, bukanya itu cukup seimbang?"

"Membuat aku bahagia bukan tugasmu sebagai suami hmmm?" tanyanya

"Hah, aku memang tidak pernah memang melawan mu" aku mengelus pipi lembut jimin.

"Dan akan selalu aku yang jadi pemenangnya" Jimin menarik seutas senyum di bibir mungilnya.

"Ceritakan apa saja yang aku lakukan saat mabuk?"

"Yang jelas tidak ada yang akan menggodamu setelah ini" aku tersenyum

Jimin menatapku curiga "apa yang kamu katakan pada seniorku?" tanyanya penasaran

"Bukan aku, tapi kamu yang bilang aku suamimu"

"Yak joen Jungkook kamu berbohong padaku!"

Aku menggoda jimin "Yak joen jimin kamu yang mengatakan hal itu pada mereka"

"Aku park Jimin dan aku tidak mungkin mengatakan hal ini"

"Kamu joen jimin istri ku, mana ada orang mabuk bisa nyaring omongannya, mana yang mau di keluarkan atau tidak?"

"Gara-gara alkohol kamu menjadi pelupa sayang" aku tersenyum lebar

"Yak Jungkook kamu mengejekku?"

"Sayang, bagian mana pembicaraan kita yang kamu sebut ejekan?" kataku tak mau kalah

Dengan wajah sebel "kamu bilang aku pemabuk dan pelupanya, itu merupakan ejekan joen Jungkook"

"Masa? Padahal aku mengatakan yang sebenarnya"

"Yak joen Jungkook" jimin berteriak nyaring di dekat telingaku

Aku reflek menutup telingaku "sayang jangan teriak-teriak, nanti aku di kira ngapa-ngapain kamu lagi" aku setengah berisik tersenyum menggoda jimin

"Jungkook" Jimin berteriak kesal, karena tidak tau harus ngomong apa untuk melakukan pembelaan agar menang berdebat denganku.

"Ia sayang" dengan santai aku menjawab nya walaupun jimin sedang kesal, alasan aku simple, aku suka melihat Jimin kesal karena bibirnya  akan mengerucut lucu dan pipinya akan merah, dia akan terlihat sangat imut saat itu.

"Malas ah ngomong sama kamu" ucap jimin kesal

Jimin membalik badannya membelakangiku karena kesal aku menggodanya, dia kembali membungkus badannya dengan selimut, tidak perduli seberapa manjanya dia beberapa menit yang lalu.

"Sayang ko aku di belakangi?" dengan nada lembut

Dia tidak menjawabku, seakan aku sedang tidak bicara dengannya  saat ini.

"Sayang" aku terus memanggil walaupun dia tidak merespon sama sekali.

Aku mendekat padanya setelah beberapa kali aku menowel pipinya, memainkan telinganya, menggelitik, dan mengelus rambutnya tidak di respon olehnya.
Aku mengikis jarak di antar kami, hingga aku bisa mendengar napasnya begitu pula sebaliknya.
Tangan yang semula berada di atas kepal jimin, aku letakan di pinggangnya untuk memeluknya.

"Ah nyamannya" aku menutup mata setelah tubuh aku dan Jimin tidak ada jarak sedikitpun

"Aku minta maaf sayang" ucapku lagi

"Kamu tau alasan aku membuatmu kesal hanya satu, kamu terlihat sangat imut saat itu, dan bodohnya aku sangat menyukainya, walaupun aku tau kamu akan marah, tapi aku tetap melakukannya, bodoh bukan?"

"Aku pasti sudah gila karena mencintai kamu segininya" aku tertawa renyah begitu menyadari betapa orang bisa rela melakukan apapun untuk orang yang dia cintai.

"Tapi aku tidak bohong saat kamu mengaku aku adalah suamimu, kamu mungkin tidak ingat karena semalam kamu mabuk parah"

"Sayang maafiin aku, balik sini dong, memelukmu dari belakang memang nyaman tapi aku tidak bisa lihat wajah kamu" aku memohon pada jimin.

Jimin dengan wajah yang sedikit melunak berbalik ke arahku dan memeluk menyembunyikan wajahnya di dadaku"

Aku tersenyum puas, walaupun jimin masih memasang wajah masam tapi dia sudah berbalik ke arahku dan memelukku lagi.

"Apa yang harus aku lakukan jungkook saat bertemu para senior besok?" ucap jimin pelan

"Hmmm, apa sebegitu buruknya menjadi istri aku?" aku bertanya fokusku tertuju pada jimin, aku ingin lihat bagaimana tanggapan dia terhadap pertanyaan yang aku buat, aku sedikit tersinggung dengan jimin seolah menutup rapat hubungan kami agar tidak di ketahui oleh siapapun, tidak perduli seberapa berusaha aku menunjukkan posisi istimewa jimin di hidupku, aku bahkan tidak malu mengakuinya bahwa jimin adalah milikku.
Tapi mungkin kenyataanya akan berbeda dengan pandangan Jimin terhadapku.
Aku sudah berusaha mengabaikan semuanya, aku beranggapan yang penting aku dan jimin saling percaya sudah cukup, tapi makin kesini aku melihat Jimin mulai membuka diri, aku takut dia akan berpaling dariku.

Rasa takut itulah yang membuat aku ingin memperjelas hubungan kami.
Hubungan yang kami mulai dengan kepura-puraan.

Jimin menengadah melihat wajahku, dia tidak menjawab apapun, seolah ada beban yang ia rasakan, dia tidak menjawab hanya ada ekpresi bersalah dari wajah dan matanya.

"Tidak usah jawab kalau pertanyaan aku membuatmu tidak nyaman, aku tidak akan bertanya lagi tentang itu"

Jimin meminta maaf, aku tersenyum walaupun aku merasa kecewa.
Pertanyaan yang sangat sederhana tapi tidak bisa di jawab oleh orang yang paling aku cintai.

Entahlah Mungkin hanya aku yang terlalu berharap pada jimin?

pengantin jiminWhere stories live. Discover now