PART 42

3.7K 556 157
                                    

"Pang."

Pram membuka matanya untuk yang kedua kali; tadi di ruangan yang asing--hanya untuk beberapa detik dan dia tidur lagi karena matanya terasa berat untuk terbuka, sekarang di ruang rawat biasa--kesadarannya sudah penuh.

Pram melihat Nunu... ya, yang berdiri di samping ranjangnya... itu Nunu.

Nunu memasangkan alat di telinganya.

"Gila lho, dua hari gak bangun. Takut banget gue."

Pram menggeleng. "Baterenya abis, Bang. Sekarang gue gak bisa denger lo, sekalipun lo teriak," ucapnya pelan; terdengar masih lemah.

Nunu melirik kanan kiri, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Ah, handphone! Nunu merogoh handphonenya, mengetik dalam catatan.

"Bang, gue aus."

Nunu mengalihkan pandangnya dari handphone, melirik Pram yang bersuara lirih. Diambilnya aqua gelas yang tersedia di atas nakas.

Pram melepas selang oksigen yang terasa mengganjal di hidungnya. Lalu menyedot air dalam aqua gelas yang disodorkan oleh Nunu. Dia mengernyit saat merasakan pusing.

"Udah, Bang."

Nunu kembali menyimpan aqua gelas itu di atas nakas. Menyelesaikan ketikannya kemudian memperlihatkan layar handphone ke hadapan Pram.

Lo hampir dua hari gak bangun. Apa yang lo rasain sekarang? Dokter bilang kemungkinan lo shock. Kalo gak ada respon lewat dari dua hari, tadinya Dokter bakal ambil tindakan. Untung lo kemarin respon dan syukurnya hari ini bangun.

Nunu menarik handphonenya lalu mengetik kembali.

Gue gak hubungin bokap lo. HP lo bunyi terus juga gak gue angkat. Takutnya Jhona nyamperin ke sini.

"Lo yang nolongin gue?" tanya Pram. Dia tidak ingat apa pun lagi. Setelah melihat Jhona pergi, pandangannya langsung menggelap.

Nunu kembali mengetik.

Iya, gue telat, sorry. Kemarin gue, Cipong, sama Raka diinterogasi polisi. Waktu itu Demon langsung heboh di grup: lo yang dateng buat nyelamatin Dante, katanya malah dihajar Jhona. Demon shock liat Jhona dateng tiba-tiba dan sialannya dia bersyukur karena Jhona dateng langsung hajar lo, jadi dia bisa kabur. Kemarin Demon sama yang lainnya ditangkep polisi. Deki udah duluan ketangkep, sekarang dia di rutan, gak tahu bakal kena hukuman atau nggak. Gimana ceritanya Jhona bisa dateng tiba-tiba? Dan malah lo yang dia hajar?

Pram memejamkan mata, membaca kalimat panjang membuat pusingnya bertambah. Dia menggeleng. "Dante sialan," rutuknya dengan suara pelan. "Gue bantuin dia, abangnya malah tiba-tiba dateng nyerang gue."

Nunu mendengkus kasar. Dari kemarin dia kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Pram membuka mata. "Bang, anterin gue nemuin Bang Deki."

Nunu mengetik sahutan.

Nggak sekarang. Lo belum kuat gue rasa. Nanti, ya, nunggu lo baikkan. Gue juga belum nengok kok.

Pram mengangguk. Dia memang merasa belum terlalu baik; masih terasa pusing dan lemas.

-

Nunu menginap di rumah sakit, sepertinya sejak kemarin juga begitu. Kakak kelasnya itu tidur di sofa. Kaki jenjangnya menjulur melewati lengan sofa. Dengkuran halus terdengar. Pram sendiri belum tidur, dia memikirkan Deki. Kata Nunu: Deki mungkin tidak akan dipenjara, dia bisa dibebaskan jika orang tuanya membayar uang jaminan dan Deki juga tidak mengkonsumsi obat-obatan, dia tidak akan direhabilitasi, pasti langsung pulang. Pram harap Deki bisa pulang. Dia akan mengajak Deki untuk tinggal jauh dari tempat ini. Membangun bisnis bersama; mungkin mereka bisa mencobanya. Tidak harus melanjutkan sekolah.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang