PART 28

2.7K 445 21
                                    

"Pang!"

Yang dipanggil menoleh. Deki mempercepat langkah, merangkul bahu Pram saat langkahnya sudah sejajar.

"Kenapa lo gak masuk kemaren?" tanya Deki.

"Sakit gue. Tumben, Bang, lo pagi?"

"Lah, emang biasa gue pagi. Sekarang kesiangan malah."

"Kata Bang Cipong, lo kesiangan mulu."

"Kesiangan masuk kelasnya. Kalo ke sekolahnya, gue paling pagi. Biasa, nemenin dulu penghuni gedung kosong," canda Deki diiringi kekehan.

"Serem banget lo."

Kekehannya lalu terhenti, Deki melirik Pram dalam rangkulannya. "Lo sakit apa lagi, Pang? Pusing?"

"Iya, apalagi, masalah gue di itu."

"Lo coba minumin obat penambah darah dah, mungkin lo anemia. Udah disuntik waktu itu juga, lo gak sembuh-sembuh."

"Kalo gue sembuh, Bodrex di warung gak ada yang beli, Bang," cetus Pram.

Deki tergelak. "Emang si paling bodrex lo."

Mereka terus melangkah berdampingan sampai di belokkan menuju gedung kosong. Deki berbelok ke sana dan Pram lurus; melanjutkan langkah ke arah gedung kelasnya. Dia melihat Dante yang tengah bersandar pada pilar, depan deretan ruang kelas 1. Lagi ngapain tuh orang? Gebet anak kelas satu?

Pram awalnya melanjutkan jalan, tak peduli, tapi kemudian dia menengok lagi ke belakang. Terlihat punggung Dante yang berbelok ke belokkan jalan menuju gedung kosong. Pram merutuk; apa yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya ternyata benar. Apalagi yang akan dia lakukan?!

"Pang!"

Suara nyaring yang memanggil namanya terdengar. Miki berlari menghampiri Pram.

"Ngapain diri di situ? Ayok ke kelas," kata Miki sembari merangkul bahunya, menarik Pram untuk melangkah bersama menuju kelas sambil berceloteh perihal tidak masuknya Pram kemarin.

Miki selalu su'udzon, yakin kalau Pram tidak masuk sekolah, itu hanya karena malas saja, sakit adalah alasan.

-

"Pang, gue kan es jeruk, ini teh manis."

Pram duduk di sebrang Miki, menyedot es teh manis di tangannya dengan santai. "Sama aja, Mik. Penjualnya sama kok," sahutnya.

"Ya, sama penjualnya, tapi kan gue pesennya beda."

"Di tempat rame gini gue susah nangkep omongan lo," alibi Pram sembari lanjut melahap mie gorengnya dengan tenang, tidak merasa bersalah.

Miki mendesah. "Ah elah, mau gue katain... dosa ngatain kekurangan orang."

Alex terkekeh. "Sabar, Mik. Ini Pang."

Miki menghela napas, menjaga untuk tetap sabar. Pram sendiri tetap acuh, menikmati mie goreng dan es teh manis sebagai menu makan siangnya.

"Mm, kok hari ini Bos Deki gak ngambil order lagi, sih? Masih pengen gelut nih gue," Alex berkata sembari melihat group chat di handphonenya, berharap ada kata order yang dikirim oleh nomor Deki.

"Kemaren Bang Deki bilang, kemungkinan hari ini ada," sahut Miki. "Lo ikut, Pang, kalo hari ini ada?"

Pram mengangguk. "Ngikut."

"Tapi, kalo ada, biasanya udah dari sekarang nih kasih tahunya." Alex melihat handphonenya, menunggu tak sabar.

"Tunggu aja dulu, Lex, gak sabar banget lo urusan gelut," ucap Pram.

PUNK (Selesai) Where stories live. Discover now