PART 29

2.6K 436 33
                                    

Pram hendak ke ruang makan, tapi saat melihat bangku Dante kosong, dia tidak jadi berbelok, lanjut melangkah, melewati ruang makan.

"Pram, gak sarapan?" Erik memanggilnya.

"Udah, Pa. Berangkat, ya!" Pram menyahut nyaring tanpa menghentikan langkahnya.

Motor Dante sudah tidak ada. Pagi sekali orang itu berangkat. Pram naik ke motornya, memakai helm lalu melaju.

-

Memasuki area sekolah, Pram belok ke arah gedung kosong. Melangkah dengan cepat. Kemudian langkahnya memelan. Pram mendecak... telat... punggung Dante terlihat sudah pergi menjauhi gedung kosong. Buat apa dia menguntit Deki lagi di sini?

Seorang siswa yang tak dia kenal, terlihat keluar dari gedung kosong.

"Eh, Pang, napa?"

Pram masuk ke dalam ruangan itu. Ada Deki yang sedang duduk di atas meja dengan handphone di tangan, mendongak meliriknya.

"Siapa, Bang?" tanya Pram menunjuk ke arah luar. Orang yang tadi keluar dari ruangan ini, sudah berjalan menjauh.

"Temen kelas gue. Tumben lo mampir sini dulu. Kenapa?"

"Gue berangkat kepagian," sahut Pram.

"Ohhh."

Pram duduk di kursi dekat Deki. Mengeluarkan handphone.

" Gue mau ke kelas. Lo mau ke kelas sekarang juga, gak?"

"Kalo lo mau ke kelas, ya gue juga ke kelas. Serem banget sendirian di sini."

Deki terkekeh. "Kenapa? Takut setan? Setannya juga masih tidur jam segini, abis begadang semaleman."

Mereka berjalan bersama menuju gedung-gedung kelas. Setelah menepuk bahu Pram, Deki melangkah ke arah tangga menuju kelasnya.

Pram juga melanjutkan langkah, menuju kelasnya, tapi sebelum ke kelas, dia berbelok ke toilet, masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Pram duduk di atas penutup toilet duduk. Mengeluarkan buku dalam tasnya; sebuah buku notebook berwarna hitam dengan tulisan besar dari spidol putih di jilid depannya: 'BACA INI'.

Buku notebook yang dibelinya beberapa minggu yang lalu. Antisipasi jika penyakitnya membuat dia melupakan banyak hal, soalnya Pram merasa sifat pelupanya kadang terasa keterlaluan, terakhir kejadian kemarin saat Miki memintanya membelikan minum, dia tidak ingat sama sekali minuman apa yang diinginkan Miki.

Baru satu lembar kertas dalam buku notebook itu yang sudah terisi; isinya tentang dirinya sendiri.

Setiap hari Pram membawanya dalam tas. Dan kejadian pagi ini harus dia tulis. Siapa tahu tiba-tiba besok Pram melupakan semua yang tengah terjadi. Untuk saat ini, dia tidak boleh melupakan apa pun. Tidak boleh! Setidaknya Pram tidak boleh lupa; penyelidikannya pada Dante.

Dante ngikutin Deki lagi. Lo harus cari tahu apa yang lagi Dante cari. Apa yang mau Dante laporin ke guru soal Deki.

Pram menulis seperti itu. Dia bukan orang yang pintar menorehkan kata, ya sudahlah, dia hanya menulis apa yang harus diingat.

-

Suara bel pertanda jam istirahat, berbunyi panjang. Seorang guru selesai mengajar, keluar dari kelas. Kelas pun langsung riuh.

"Pang, kantin." Miki menepuk pundak Pram.

"Lo berdua duluan aja, gue nanti nyusul. Mau diskusi dulu sama si Salsa."

"Sok diskusi lo, si Salsa aja muak sama lo, beban kelompok."

"Mulut lo, Mik!" Pram melotot, kakinya menendang pelan kaki Miki.

PUNK (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang