Part 8 - Longdistace RelationSHIT

87 2 0
                                    

Ketika malam tiba dia mengantarku pulang, ayah sudah tidur karena waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Aku memasuki rumah diikuti dengan dia, menaiki tangga dan membuka pintu kamarku. 

Melepas jaket dan mengambil piyama, dia duduk dipinggiran ranjangku. Setelah mencuci muka dan sebagainya, aku mendekati dia.

"Aku pulang ya?" katanya, selembut mungkin. Menangkup wajahku dan menatapku lekat, aku menggeleng, berusaha menyembunyikan tangisku

"Nyanyiin satu lagu sebelum aku terlelap. Dan setelah aku terlelap kamu boleh pulang" kataku dan tidak terbantahkan.

Dia mengambil gitar yang ada disudut ruangan yang biasa kita mainkan saat bersama, memangku gitarnya dan mulai memetik senar-senar kecil itu,

You left me hanging out from a thread we once swung from together
I licked my wounds but I can never see them getting better
Something's gotta change
Things cannot stay the same

Het hair was presses against her face
Enraged by things unsaid empty beds and bed behavior
Sometying's gotta change
Its must be rearranged
Oh!

Dia melirikku sekilas. Menampakkan lesung pipinya dengan suara bass yang cukup enak meskipun jauh dari penyanyi aslisnya.

I'm sorry
I did not mean to hurt my little girl
Its beyond me
I cannot cary the weight of heavy world
So goodnight, goodnight, goodnight, goodnight.
Goodnight, goodnight, goodnight, goodnight, goodnight.
Hope that things work out alright..

Aku menatapnya, mengenal lagu ini dengan baik. Lagu yang setiap malam ayah nyanyikan namun hanya bagian reffnya. Sedangkan ini full version.

Aku membuka mata perlahan merasakan sinar matahari menerpa wajahku dengan tegasnya, menyatakan bahwa kini hari sudah pagi. Menyesuaikan pandangan, aku menggeliat pelan dan mencoba menyandarkan kepalaku dikepala ranjang, melihat nakas dan mengambil gelas lalu menyatapnya hingga tandas, ku lirik jam weker ternyata sudah setengah 7 pagi dan pantas saja ayam-ayam sudah mulai berisik.

Teringat sesuatu membuatku tertegun, diam.

Reno sudah berangkat, dewi batinku berteriak kencang seolah kesakitan itu begitu menyiksa. Dadaku rasanya sangat sesak sampai aku kesusahan bernafas, menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk mataku, aku kembali diam.

Masih sangat jelas suara indahnya ketika bernyanyi semalam, sempat dia mencium puncak kepalaku dan berbisik tentang perasaannya.

Reno, aku merindukanmu.

Air mata sudah benar-benar lepas dari sarangnya, menyadari bunyi 'bip' dari jam weker aku menoleh dan ternyata sudah pukul tujuh tepat. Aku hanya mempunyai waktu setengah jam untuk bersiap-siap berangkat kerja.

Baiklah, untuk saat ini aku mencoba menerima itu meski dalam hati aku belum bisa. Aku mengendarai mobil tua itu kekantor, dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai karena bolos kemaren.

Aku yang tidak biasanya bersikap dingin, kini aku melakukannya. Aku, aku terlampau galau ditinggal Reno untuk satu tahun kedepan dan kita hanya akan berkomunikasi dua bulan sekali, yang artinya hanya 6 kali. Ya Tuhan?

Jam makan siang-pun tiba, tanpa sadar aku melangkahkan kakiku ke kafenya, ada rasa berbeda tidak menemukan dia disana dan bahkan bukan dia yang menjamu-ku. 

GoodnightWhere stories live. Discover now