3. IKUT SEKOLAH

10 2 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan vote!
Happy reading and enjoy guys 🐔💋

-

-

-

Sifat Dimas itu sangat sulit untuk ditebak, serius, tapi kadang sifat humorisnya akan muncul pada saat-saat tertentu. Berbeda dengan Gina, istrinya yang selalu membuat siapapun nyaman saat berada didekatnya.

"Andira, kamu berangkat sekolah. Nanti kesiangan," titah Dimas masih diam di tempat.

"Elvan mau ikut Bunda," ucap Elvan menatap Gina penuh permohonan.

"Kamu diem aja disini, saya masih ada banyak urusan. Main aja sama istri saya. Saya mau ke kantor," ucapnya kaku lalu pergi, Gina dan Andira sempat saling menatap dan beradu argumen dalam pikiran masing-masing. Apakah Dimas sekaku itu saat mengurus dirinya waktu kecil? Pikiran Andira menerawang bertanya-tanya, padahal Dimas itu ramah, hanya saja sikapnya yang sulit ditebak.

Tapi keduanya bernafas lega, mungkin memang mood Dimas saja yang sedang kurang baik. Untung saja pria itu tidak marah, hanya bertanya saja sudah membuat keadaan cemas.

"Bunda, aku mau ikut," ucap Elvan sekali lagi. Tapi kali ini bocah itu menghampiri Andira dan menggandeng tangannya.

"Ikut ya," pinta Elvan sekali lagi.

Entah harus bagaimana lagi Andira menolak, Elvan benar-benar kukuh pada pendiriannya. Siapapun orang tua anak ini, pasti sama keras kepalanya dengan Elvan.

Andira menghelas nafas, detik berikutnya ia mengangguk mengiyakan. "Jadi Elvan ikut?" Andira mengangguk sekali lagi.

"Yeay! Ikut Bunda sekolah!" pekik Elvan senang, bocah itu melompat-lompat kegirangan kesana kemari. Kenapa tidak dari tadi saja dirinya mengiyakan, dengan begitu ia tak perlu repot-repot berlarian di pagi hari seperti ini.

"Yaudah kalo cucu Nenek mau ikut, pake sepatu ya?"

"Emang Mama ada sepatu cowok?" tanya Andira heran, ia bahkan tak memiliki saudara laki-laki karena ia adalah anak tunggal, banyak yang bilang ia sangat beruntung karena terlahir di keluarga kaya. Dimas berkerja sebagai CEO di perusahaannya.

Tahun ini cabang Aldenandra Group akan bertambah satu di wilayah Jawa Timur, tentu saja membuat satu sekolah semakin takjub dengan kehidupan Andira yang kelihatan sempurna dan tak pernah kekurangan. Walau sejatinya manusia pasti memiliki kekurangan.

"Ada dong, dulu waktu kamu kecil. Kamu suka warna item, jadi beli nya sepatu laki-laki," jawab Gina diiringi tawaan kecil.

"Bunda itu perempuan atau laki-laki sih?" tanya Elvan menggaruk kepalanya.

"Bunda kamu perempuan, Elvan," jawab Gina menggelengkan kepalanya, cucu nya ini tukang komedi atau jelmaan patrick? Selalu saja ada pertanyaan konyol yang bocah itu lontarkan, jika dalam bahasa gaul mungkin Elvan itu bisa dipanggil si bocah kepo.

°°°


Sesuai kemauan Elvan, bocah itu sekarang sudah berada di ruang kelas Andira. Sungguh merepotkan, melihat ekspresi murid lain yang menatap aneh pada dirinya, membawa anak kecil ke sekolah, itu memang hal yang sedikit aneh. "Andira, kenapa kamu bawa anak kecil ke sekolah?"

"Dia nangis Pak, yaudah saya bawa ke sekolah. Daripada nanti saya yang pusing sendiri," jawab Andira malas. Sedari tadi tak hentinya Pak Kumis eh, ralat Pak Kurnia selalu bertanya tentang Elvan.

"Harusnya kamu kasih dia ke Ibu nya," ucap Pak Kurnia.

"Susah, Pak. Dia pengen ikut terus, kalo dia nangis terus bisa-bisa saya setres," ucap Andira menjawab asal, tak mungkin jika ia bilang bahwa Elvan ini anak angkatnya, reputasi dirinya di sekolah sebagai murid yang disegani akan hancur.

Ineffable [TERBIT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora