Ken hanya mendengus tak minat dengan topik perledekan itu.

Anna kini beralih ke Galang. Remaja tampan itu tiba-tiba menghembuskan nafas lirih. Ia mencoba menggapai sisir dari wanita yang beberapa hari lalu mengangkat nya sebagai anak.

"Ma..."

"Biar Mama aja."potong Anna dan mulai sibuk merapihkan rambut Galang.

Remaja itu tersenyum tipis, ia melirik ke arah Andrew yang tengah menikmati sarapan. Ia masih canggung dengan lelaki paruh baya itu. Sejak ia berada di rumah sakit, keduanya sama sekali tidak pernah mengobrol. Mungkin hanya basa-basi sekedar bertanya tentang keadaan nya.

Galang juga sadar diri, pria bermartabat seperti Andrew mana mungkin langsung menerima orang asing yang tiba-tiba masuk dalam keluarga nya.

"Habisin ya."ujar Anna membuyarkan lamunan Galang. Remaja itu mengangguk kaku.

Anna melepas apron nya dan mengambil tempat di sisi sang suami. Ia kembali melirik Galang. "Kalo Galang mau makan sesuatu, bilang sama Mama ya. Tenang aja, Mama ini jago masak tau."ujar Anna sedikit menyombongkan diri.

Andrew yang berada di samping nya hanya terkekeh seraya menyentil jidat Anna pelan."Sombong."cibir nya.

"Fakta!"sahut Anna cepat.

Visya tertawa renyah, ia bersyukur keluarga nya bisa kembali utuh. Tangisan ia saat berusia 9 tahun itu akhirnya tak sia-sia. Kedua orang tuanya kembali bersama setelah 5 tahun berpisah.

Tanpa di sadari, Galang menatap sendu makanan di depan nya.

Dulu, bahkan Mama nya tak peduli ia sudah makan atau belum. Jangan kan menanyakan tentang makanan favoritnya, berbicara dengan nya saja sang Mama sangat terlihat muak.

Galang benar-benar tak habis pikir. Bahkan ia tak mengharapkan di lahir kan dari rahim nya.

Remaja itu tiba-tiba tersentak saat merasakan tepukan di pundak nya. Ia menoleh ke arah Ken.

"Nyamuk."datar Ken.

Visya hampir saja menyemburkan susu nya. Ia melihat nya sejak tadi. Kennard sebenarnya berusaha menyemangati Galang. Namun apalah daya gengsi nya yang menembus langit.

"Gemes banget, pengen gue cekek."batin Visya seraya menatap Ken si wajah tembok itu.

***

Ceklek!

Ruangan yang dominan berwarna hitam itu terlihat. Aroma mint menyegarkan menerobos indra penciuman.

"As..."

Tak ada sahutan dari sang pemilik kamar. Namun suara gemericik air terdengar, menandakan sang empu tengah melakukan ritual mandi nya.

Aya menggeleng pelan. Melirik jam weker di atas nakas menunjukan pukul 9 pagi. Penyakit Asgara yang susah bangun pagi seperti nya kambuh lagi. Aya jadi teringat cerita Mama mertua nya Emely, ia pernah bercerita jika suami nya Dewa saat kecil sangat susah bangun pagi, bahkan Dewa dulu pernah berangkat jam 10 dimana waktu sekolah dasar biasanya melakukan jam istirahat.

Asgara benar-benar duplikat dari Dewa.

Eh, tapi tentu saja tidak seratus persen. Jangan lupakan fakta jika darah nya juga mengalir di tubuh anak itu. Seperti sisi lain dari seseorang, Asgara juga memiliki nya, namun sejauh ini hanya diri nya lah yang mengetahui nya. Bahkan Dewa pun mungkin tak banyak tau tentang sifat Asgara satu ini.

AVWhere stories live. Discover now