^Menuntut Jawaban^

42 31 40
                                        

"Lo dikasih pelet apa sama cowok lo itu Fay?" tanya Kai di sela-sela waktu mengerjakan tugas.

Ruang kelas yang biasanya berisik saat tidak ada guru berbeda jauh dengan kelas XII IPA 1. Kelas ini dihuni oleh kumpulan siswa siswi pintar dan berbakat dalam berbagai bidang baik secara akademik maupun non akademik.

Tentu bukan hal mudah untuk bergabung menjadi salah satu bagian dari kelas ini. Sebagian orang pun sudah tahu jika Brilian High School terkenal sebagai sekolah favorit dan sangat ketat saat penerimaan murid baru. Tidak sembarang orang dapat bersekolah di sini.

"Nggak usah bahas itu Kai," sahut Fay seraya masih terus fokus mengerjakan soal tugas mata pelajaran biologi.

Kai menarik napas panjang. Sebenarnya memang bukan haknya untuk banyak bertanya. Jujur Kai pun tidak seperti biasa. Rasa penasaran itu tidak bisa dielak dan membutuhkan jawaban agar cepat tuntas tanpa meninggalkan dugaan yang belum tentu benar.

"Gue rasa masih ada yang lo simpen sendiri sekalipun lo udah cerita Fay. Apa yang nggak gue tau? Apa lo bakalan terus tanggung semua sendiri? Lo anggap gue apa kalo lo nggak kasih kesempatan gue buat bantu atau sekedar jadi pendengar?" tanya Kai. Nadanya penuh akan keseriusan.

Tangan kanan Fay yang semula sibuk menorehkan tinta di atas kertas putih seketika terhenti. Pandangan gadis itu beralih menatap teman sebangkunya yang juga tengah memandang menuntut penjelasan.

"Bukannya nggak mau cerita, tapi jujur Fay nggak tau harus cerita mulai dari mana. Mungkin sebagian besar dari cerita Kai udah tau. Kai bener, ada beberapa bagian yang belum Fay bilang. Karena Fay sama sekali nggak mau bawa orang lain ke dalam masalah ini," ungkap Fay menyampaikan seadanya.

Kai memilih untuk diam. Memberikan kesempatan pada Fay agar mau mengalir menceritakan apa yang belum ia ketahui. Terkadang seseorang hanya perlu didengarkan agar beban yang dirasa mereda.

"Pulang sekolah ada acara apa Kai?" tanya Fay melempar topik pembahasan ke arah lain.

Kai menggeleng. Sebuah isyarat yang sudah sangat jelas untuk dipahami oleh lawan bicara. Ada sedikit kekecewaan dalam hati Kai karena Fay masih saja tidak mau menceritakan yang sesungguhnya. Padahal lelaki itu sudah menanti sejak tadi.

"Berarti nanti pulang sekolah bisa ya kita ke tempat biasa?" Fay kembali bertanya. "Kalo Kai bener-bener mau tau. Fay bakalan coba cerita semua."

"Gue mau."

Dua kata yang dilontarkan dengan cepat membuat Fay menyunggingkan sebuah senyuman kecil. Begitu juga dengan Kai yang tidak lagi menampilkan raut wajah keruh. Ikut tersenyum walaupun terlihat sangat samar. Setidaknya Fay sudah memiliki niatan untuk bercerita. Kai hanya berharap ini adalah langkah awal agar tahu lebih banyak mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk melindungi dan membantu sahabat kecilnya.

~999~

Sesuai kesepakatan. Seusai pulang sekolah Kai dan Fay mampir terlebih dulu ke tempat biasa. Sebuah cafe dengan nuansa alam yang sejuk karena dikelilingi oleh banyak pohon dan tanaman. Mereka memilih untuk menempati tempat outdoor karena langsung berdampingan dengan alam.

"Nggak kerasa ya udah jarang banget kita datang ke tempat ini. Padahal dulu kita sering banget main di taman, lari sambil kejar-kejaran, duduk di pinggir danau, bahkan kadang juga ujan-ujanan sambil terus main," mata Fay bergerilya menyusuri setiap hal yang terjangkau oleh penglihatannya.

"Iya lo heboh banget waktu kecil," timpal Kai di samping ingatan yang perlahan membawanya kembali ke memori masa lalu. "Lari-lari terus akhirnya kalo lo capek gue lagi yang gendong."

Fay tertawa kecil. Mengingat apa yang dikatakan Kai barusan membuatnya geli sendiri. Terbesit kembali kenangan akan dirinya dulu yang selalu senang mengusili Kai dengan berbagai cara. Tidak tahu mengapa melihat ekspresi kesal Kai bagaikan sebuah hiburan gratis untuknya.

When You Need MeWhere stories live. Discover now