Bagian 18

39 3 0
                                    

"Akmal! Gia!"
Mama berdiri di pintu dapur sambil geleng-geleng kepala.

Akmal dan Gia spontan menghadap ke arah pintu. Akmal melepaskan kedua tangannya yang memeluk tubuh Gia. Keduanya nampak salah tingkah mendapati Mama Rena yang berdiri di sana.

"Sebaiknya kalian cepat masuk kamar dan beristirahat!" seru Mama Rena.

"Sebentar Mah! Gia selesaikan dulu ini."
Gia berbalik menghadap wastafel.

"Sudah tinggalkan saja," kata Mama Rena sambil memasuki dapur.

"Lagian kenapa harus dicuci sekarang? Nanti juga bisa. Sudah istirahat sana!" tambah Mama.

"Tapi Mah..."

Akmal menatap Gia lalu menggeleng.

"Baik Mah, kami akan ke kamar," jawab Akmal kemudian menggandeng tangan Gia menuju kamar.

"Mas, kenapa ngajak ke kamar? Cucian piringnya..." tunjuk Gia ke arah dapur.

"Kamu lupa? Mamah ga suka dibantah. Kalau kita masih di dapur, Mamah malah akan marah sama kita."

"Oh. Terus kita mau ngapain? Kita baru saja makan masa langsung tidur?"

"Kalau mandi dulu gimana?" tanya Akmal.

"Aku ga mau. Mas saja duluan. Aku mau ngadem dulu, badan masih keringetan ga enak kalau langsung mandi."

"Sama, aku juga mau ngadem dulu."

Gia geleng-geleng kepala mendengar jawaban suaminya.

"Aku keluar dulu ya Mas!"

"Mau kemana?"

Akmal menyusul istrinya yang berjalan menuju ke halaman belakang rumah.

"Taman."  Gia menggumam.

Langkahnya terhenti saat tiba di taman dengan gazebo yang berada di tengahnya. Gia tertegun melihat ke arah taman. Dulu dia banyak menghabiskan waktu di taman itu bersama Ikmal.

"Rendezvous? Ingat Ikmal?"

Gia berpaling dan menatap Akmal. Pertanyaan suaminya terdengar kurang mengenakkan di telinga Gia.

"Ini yang aku takutkan saat kita kembali ke rumah. Kamu pasti akan teringat lagi dengan Ikmal. Ayo pergi!" Akmal menggandeng paksa tangan Gia.

"Aku ga mau!" Gia berusaha melepaskan tangannya.

"Agia!" Tiba-tiba Akmal berteriak  lantang.

Gia menatap suaminya tak percaya. Selama dekat kemudian menikah dengan Akmal, ini kali pertama Akmal berteriak padanya. Mata Gia berkaca-kaca. Dia tidak menjawab lagi dan meneruskan langkah ke arah gazebo.

"Sayang!" Akmal tersadar.

Akmal mengejar Gia kemudian menghalangi langkahnya. Akmal berdiri di hadapan Gia sambil membentangkan kedua lengan tangannya.

"Minggir Mas! Jangan kekanakan!" ujar Gia sambil menghalau tangan Akmal kemudian kembali melangkah.

"Sayang, aku minta maaf," ucap Akmal sambil berbalik.

"Sayang."

Akmal berjalan mendekati Gia yang sudah duduk di dalam gazebo.

"Mas ini kenapa sih?" tanya Gia dengan wajah tertunduk saat Akmal sudah duduk di sampingnya.

Akmal mengangkat wajah istrinya yang tertunduk. Dia melihat butiran bening menuruni pipi Gia.

"Maafkan aku!" ucapnya seraya menarik tubuh Gia. Gia tidak bisa menahan lagi, tangisnya pecah dalam pelukan Akmal.

GIAWhere stories live. Discover now