Bagian 3

545 45 2
                                    

"Gia, ibu mau ajak kamu ke tempat catering. Kamu sudah siap untuk pergi sekarang?"Tanya Ibu sambil membuka tirai kamar Gia.

"Gia, kamu sakit?"Ibu menghampiri Gia yang sedang terbaring.

"Tidak bu, tapi perasaanku tidak enak sejak pagi tadi. Kira-kira ada apa ya Bu?"Gia terlihat bingung.

"Kamu sudah menelpon Ikmal?"

"Belum bu, dari tadi sudah aku coba tapi ponselnya sedang tidak aktif."

"Kenapa tidak menghubungi mamanya?"

"Iya, ibu benar. Tunggu sebentar ya Bu, aku telpon dulu."

"Iya, ibu juga ada perlu dulu sama bapak."Ibu meninggalkan kamar Gia.

Gia mengambil ponselnya dan mencoba menelpon mama. Lama nada berdering tapi tidak juga dijawab. Gia menunggu dengan perasaan gelisah. Lima menit kemudian mama yang menelpon balik.

Seusai mama berbicara, sekujur tubuh Gia langsung lemas.

"Bu...ibu..." Dia berusaha memanggil ibu.

"Gia, ada apa?"ibu panik melihat Gia terduduk lemas di lantai kamar. Gia menunjuk ponsel yang terjatuh di sampingnya. Ibu segera mengambilnya dan melanjutkan pembicaraan dengan mama Rena.

Gia mendengar ibunya mengucapkan istighfar.

"Ya mbak, terima kasih banyak," ucap Ibu.

Ibu segera mengangkat tubuh Gia dan memapahnya ke tempat tidur.

"Ibu ambilkan minum dulu ya," kata ibu buru-buru ke dapur.

Ibu masuk kamar lagi bersama bapak. Bapak duduk disamping Gia.

"Sabar Gia...yang penting Ikmal selamat."

Bapak benar. Ikmal memang selamat dari kecelakaan itu. Ikmal mengalami kecelakaan saat akan berangkat kerja. Dia menghindari sebuah angkot yang sedang melaju kencang hingga sepeda motornya jatuh tergelincir.

"Gia harus ke Bogor sekarang Pak."

"Tapi kamu sedang kurang sehat nak," kata ibu khawatir.

"Aku tidak apa-apa, Bu. Aku mau lihat keadaan Mas Ikmal,"jawab Gia.

"Bagaimana ini Pak?" Tanya ibu pada bapak.

"Ya sudah, ijinkan saja dia pergi bu tapi minta tolong ditemani sama Ratih. Bapak juga khawatir kalau Gia pergi sendiri."

"Ibu panggilkan Ratih ya Gi? Kamu bereskan pakaianmu dulu."

"Terima kasih banyak bu."

Bapak mengantar Gia dan Ratih sampai terminal.

"Hati-hati ya. Tih, pakde titip mbak Gia ya.." pesan Bapak.

"Iya pakde."

***

Setibanya di Bogor, Gia langsung menuju ke rumah sakit tempat Ikmal dirawat. Dia bertemu mama di lobby rumah sakit.

"Ma..."Gia mencium tangan mama.

"Oh Gia...terima kasih kamu sudah langsung datang."

"Mas Ikmal gimana keadaannya Ma?"

"Dia masih di IGD, belum sadar Gi..." ucap Mama terisak.

Gia ikut sedih tapi dia tidak menunjukkannya di depan Mama. Dia ingin cepat bertemu Ikmal.

"Ayo kita melihat keadaan Ikmal." 

Mama mengantarkan Gia sampai di ruangan IGD. Gia membuka pintu kamar, dia melihat Ikmal yang terbaring.

"Mas..."Gia menggenggam tangan Ikmal.

"Sabar ya sayang...mama tahu kamu pasti sedih tapi kita doakan Ikmal supaya cepat sadar."

"Iya Ma ...". Gia berusaha tetap tenang meski hatinya diliputi perasaan khawatir melihat keadaan Ikmal.

"Sebaiknya Mama pulang dan istirahat di rumah saja. Gia yang akan menjaga Mas Ikmal."

"Tapi kamu baru sampai Nak?"

"Aku bisa istirahat di sini Ma."

"Ya sudah, dua jam lagi Akmal juga datang, nanti dia yang akan menjaga adiknya. Ratih biar ikut mama pulang ya Gi."

"Iya ma, aku sampai lupa. Nanti aku telpon bapak untuk menjemput Ratih di rumah mama. Terima kasih sebelumnya ma,"ucap Gia.

"Iya. Cepat kabari mama ya kalau ada perubahan?"

"Pasti aku kabari. Hati-hati ma..."

GIAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum