Bagian 15

33 4 0
                                    

"Baiklah Mas, aku tunggu di lobi ya. Hati-hati!"

Gia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas ketika dia mendengar suara seseorang memanggil namanya.

"Gia!"

Gia menoleh ke arah suara. Gia terkejut melihat sosok yang sedang berjalan ke arahnya.

"Mbak Irene!"

Gia menyambut wanita itu dengan hangat.

"Apa kabar Mbak?"

"Baik Gia..."

"Mbak kok bisa ada di sini?"

"Aku baru saja menghadiri launching novel terbaru kamu."

"Oh ya? Maaf ya Mbak, aku ga lihat Mbak."

"Iya gak apa-apa, lagipula tadi aku duduk di belakang jadi pasti tidak terlihat olehmu," jelas Irene.

"Mbak ada waktu? Aku mau ngobrol sebentar boleh?"

Kebetulan Irene muncul, Gia ingin menggunakan kesempatan ini untuk bertanya pada Irene.

"Boleh. Aku memang sengaja datang ke sini untuk menemui kamu."

"Ayolah kita bicara didalam kafe itu Mbak!" Tunjuk Gia ke kafe di seberang jalan.

"Duduk Mbak!"

"Terima kasih Gia."

"Mbak pesanlah sesuatu," kata Gia sambil menyodorkan buku menu.

Setelah memesan, Gia memulai percakapan kembali.

"Mbak, aku tadi serius nanya kenapa Mbak bisa ada di sini."

"Lho memang aku harus ada di mana Gi?"

"Bukankah seharusnya Mbak sedang mendampingi Mas Ikmal di luar?" Tanya Gia.

"Oh...jadi itu maksud pertanyaan kamu?"

"Iya, memang ada yang salah Mbak?" Gia balik bertanya.

"Enggak Gi. Aku pikir ya aku ada di sini karena menghadiri acara kamu. Aku sudah lama follow instagram kamu jadi aku tahu acara launching hari ini. Keren ih kamu bisa berkarya selagi menjadi istri pak dokter yang sibuk."

"Terima kasih banyak Mbak sudah jauh-jauh datang ke sini tapi aku mulai menulis jauh sebelum dekat dengan Mas Akmal," jelas Gia.

"Oh iya dimana Mas Akmal? Kok aku belum melihatnya?" Tanya Irene.

"Baru on the way ke sini. Tadi pagi Mas Akmal hanya bisa mengantar saja karena sedang banyak pasien."

"Oh gitu."

"Mbak maaf, pertanyaanku yang tadi,"sela Gia.

"Oh iya maaf. Darimana ya aku mulai karena aku tidak tahu seberapa banyak yang kamu tahu atau malah kamu belum tahu sama sekali."

Ucapan Irene membuat Gia terdiam sesaat.

"Ada apa Mbak?" Tanya Gia kemudian.

"Mas Ikmal memang sedang belajar di luar negeri tapi aku tidak mendampinginya karena aku bukan istrinya lagi."

"Bukan istrinya lagi? Maksud Mbak apa?" Gia meninggikan suaranya karena terkejut mendengar penuturan Irene.

"Gini Gia. Sebenarnya aku dan Ikmal sudah lama bercerai. Kamu ingat ga kurang lebih setahun yang lalu saat Mas Akmal membawamu ke rumah Mama Rena?"

"Iya." Gia mengangguk.

"Saat itu kami, maksudku, aku dan Ikmal sedang dalam proses perceraian."

Gia mengucap istighfar dalam hati.

GIAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें