Bagian 13

39 2 0
                                    

"Agia...capek ya?" tanya Akmal sambil menaiki tempat tidur.

Sejak keluar dari kamar mandi Akmal sudah melihat Gia sedang melamun di atas tempat tidur. Mungkin Gia kelelahan karena acara resepsi pernikahan baru saja berakhir.

"Iya, sedikit."

"Jadi malam ini kita akan langsung tidur saja atau..."
Akmal sengaja menggoda Gia.

Gia menutupi wajah Akmal dengan bantal.

"Hey, kenapa?" Tanya Akmal sambil menyingkirkan bantal dari wajahnya dan dia melihat wajah Gia yang tersipu.

"Jangan dulu ya Mas, ga enak kedengaran bapak sama ibu ditambah lagi masih banyak saudara."

"Memang kita mau ngapain Gi?" Akmal menggoda istrinya lagi sembari senyum-senyum.

"Udah ah!"
Gia menarik selimut dan berbaring membelakangi Akmal.

"Yah...Agia, balik badan dong!"
Akmal menarik tubuh Gia pelan. Mereka pun berbaring berhadapan. Akmal memainkan anak rambut yang jatuh di kening Gia.

"Terima kasih ya," ucap Akmal.

"Untuk?"

"Menerima aku dengan ikhlas sebagai suamimu. Aku sangat bahagia karena memiliki kamu seutuhnya."

Gia tersenyum.

"Sama-sama Mas. Aku juga berterima kasih padamu. Aku banyak sekali kekurangannya tapi Mas mau menerimaku sebagai istri."

"Berarti kita sama-sama beruntung memiliki satu sama lain?"

Gia mengangguk. Akmal meraih jemari tangan Gia.

"Gi, aku mau tanya sesuatu."

"Ya Mas."

"Apa yang kamu lamunkan tadi?"

"Melamun?" ulang Gia sambil berpikir.

"Iya. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku melihat kamu sedang melamun."

"Oh itu. Kalau aku bilang, Mas tidak akan marah?" tanya Gia ragu.

"Soal apa?"

"Mas Ikmal dan Irene. "

"Oh...mereka. Apa yang ingin kamu ketahui?"

Gia diam sejenak.

"Mereka, apa memang benar-benar tidak bisa datang ke pernikahan kita?"

"Iya. Mereka kan tinggal jauh jadi ga mungkin bisa pulang dengan cepat."

"Mas mengabari mereka ga?" tanya Gia lagi.

"Itu urusan mama. Aku kurang tahu. Sudah ya, kita ga usah bahas itu," jawab Akmal cepat dengan ekspresi wajah yang tidak terbaca oleh Gia.

Akmal memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Gia.

"Agia, aku sangat mencintaimu. Aku mohon, tolong lupakan Ikmal. Jangan pernah sebut namanya saat kita sedang berdua. " ucap Akmal lembut namun tegas, menandakan rasa tidak suka atas pertanyaan Gia.

"Aku sudah sangat bersabar menunggu sampai luka di hatimu sembuh agar aku bisa memasuki ruang hatimu dan memenuhinya dengan cintaku."

"Mas..."
Gia menatap wajah suaminya.

"Aku tahu pasti sangat sulit bagimu untuk melupakan Ikmal sepenuhnya. Kalian dijodohkan, dari yang awalnya tanpa cinta sampai akhirnya saling mencintai dan hampir menikah. Aku yakin kamu masih memikirkan Ikmal tapi aku berjanji akan lebih bersabar sampai kamu bisa membalas perasaanku," ucap Akmal dengan menatap balik wajah Gia.

GIAWhere stories live. Discover now