☆SAGARA 39☆

548 45 6
                                    

Atlas membawa Alana ke rumah sakit memeriksakan penyakit Alana yang sempat di lupakan minggu lalu sempat Alana menolak untuk periksa dengan jurus andalan Atlas adiknya mau untuk periksa ke dokter yang telah di rekomendasikan Sagara beberapa waktu lalu.Butuh satu jam untuk sampai di rumah sakit itu wajah Alana terlihat pucat karena sempat terasa sesak dadanya meminum obat mengurangi sesak itu mereka bergegas masuk ke rumah sakit.Alana duduk di kursi roda di dorong oleh Atlas untuk ke ruangan dokter itu.

Dokter cantik dengan kepala yang di balut hijab berwarna biru laut senyum yang menyambut Alana membuat hati Alana terasa hangat.Dokter itu mempersilahkan Alana berbaring di brankar berbagai alat mulai di pasang di tubuh Alana sang pasien pasrah hanya karena satu alasan dia mau melakukan pemeriksaan ini.

Setelah berjalan setengah jam Dokter itu melepas alat dari tubuh Alana membantunya untuk duduk dan meminum segelas air putih.Atlas menghampiri Alana "Cukup membaik tinggal minum beberapa obat kehendak tuhan Alana bisa sembuh total".

Alana meneteskan air matanya ia bertahan untuk bisa melihat dunia indahnya melihat seseorang yang ia rindukan kembali memeluknya.Ia beranjak dari brankar dan keluar dari ruangan dokter Atlas mengajak Alana untuk makan di sebuah Cafe.Entah apa setiap tempat ia selalu teringat Sagara.Ia memutar lagu yang selalu ia nyanyikan dengan Sagara bahkan hingga reff nya membuat Alana menjatuhkan air matanya.

Oh Cintaku
Ku mau tetap kamu
Yang jadi kekasihku
Jangan pernah berubah

Slamanya....

"Bahkan menu yang selalu kamu pesan aku tau gar" monolog Alana membaca satu persatu menu pilihannya jatuh kepada coklat panas dan croissant strawberry.Atlas hanya memesan secangkir americano tangan Atlas mengusap kepala Alana beberapa hari ini Alana banyak diam banyak waktu di dalam kamar keluar hanya untuk mengambil paket itu saja.

"Mau ke Amerika kok murung gini?tinggal beberapa hari doang loh" Atlas tersenyum saat Alana mengangkat kepalanya. "Tapi Alana pengen ketemu Sagara dulu sebelum kesana" Atlas menghela nafas mencubit pipi Alana sejenak.

"Sagara pasti kembali na"

"Tapi bukan ke Alana ya?" Atlas menggeleng "Karena kemarin Alana marah ke Sagara". Atlas membawa Alana ke dekapannya air mata Alana kembali turun menjalari pipi.

"Katanya Sagara butuh waktu,berati selama ini Alana ganggu Sagara ya?"

"Gaboleh pesimis gitu Na nggak baik" seorang pelayan datang membawa pesanan mereka berdua "Sebelum di minum,baca kertas di bawah cangkir ya kak" ucap pelayan itu Alana enggan melepaskan pelukannya dari Atlas padahal Atlas sudah meminta Alana untuk melihat kertas di bawah cangkir itu.Dengan susah payah Atlas mengambil kertas itu dari bawah cangkir.

tidak akan lama

Atlas mengerutkan dahinya mencermati kata pada kertas.Melihatkan kertas itu pada Alana membuat Alana mengambil kertas itu dari tangan Atlas "Maksudnya apa kak?" Atlas menggeleng tak tau sambil menyesap kopinya.

Sebuah notif muncul dari handphone Atlas pesan dari Malik ia buru-buru membuka isi pesan itu.

Jadwal akan di percepat besok lusa.

Untung saja Atlas tidak tersedak dengan minumannya bagaimana tidak kaget Alana belum menyiapkan apapun.Atlas langsung melihatkan notif itu dan Alana langsung mengajak Atlas untuk pulang dari Cafe.

°•°•°

Sementara Jelita dan Garva sedang berada di tepi danau mereka menikmati masa terakhir sebelum Jelita akan terbang ke Amerika Garva lebih memilih tidak ikut ke Amerika karena kasus bundanya belum lagi di mulai dari Sagara yang tiba-tiba hilang.Kepala Jelita bersandar di bahu Garva.

"Kamu beneran nggak ikut aku?" Kepala Jelita bertumpu pada lengan Garva.Lelaki itu mengusap kepala Jelita mengecup pelipis itu "Kamu yang rajin sekolah disana ya,aku bakal nunggu kamu disini sampai sekolah kamu selesai" Jelita mengangkat kelingkingnya meminta perjanjian.Garva terkekeh menurunkan tangan Jelita "Tuhan memegang ucapanku" lanjut Garva.

Mereka hanya diam melihat air danau yang tenang tanpa di sadari Garva menangis ia harus berpisah dengan Jelita padahal mereka baru beberapa minggu ini dekat sekarang bukan Jelita sebagai musuhnya tapi sebagai teman jiwa nya untuknya Garva menyembuhkan senyum yang pernah luka dan kini harus bahagia untuk Jelita.

"Ta aku lupa kalau aku wisuda mau ke makam bunda"

"Ayo aku ikut" Mereka meninggalkan danau dan menuju ke makam bunda Garva.Mereka duduk berdampingan di samping makam.Jelita mencabuti rumput liar di sekitar makam dan menaburi bunga berwarna putih di atas makam.

Garva mengusap nisan ibu-nya mencium nisan itu sekilas tanpa sadar air matanya turun "Bunda...Garva udah selesai masa SMA dulu Garva ngira Garva nggak bakal bisa sekolah tapi ternyata Garva bisa lulus dengan nilai baik bun..sekarang Garva tinggal sama ayah syukurnya ayah udah dapat perusahaannya yang dulu bun semua berkat Sagara" Jelita menyandarkan kepalanya pada bahu Garva list tempat ternyamannya untuk selamanya adalah bahu Garva.Ia mengusap lembut lengan Garva mengucapkan kalimat penenang untuk Garva di akhiri "Bun Garva kesini nggak sendiri Garva bawa temen" Jelita mengerutkan dahinya mendengar ucapan teman dari Garva "Teman hidup" lanjut Garva membuat Jelita sedikit salting dengan ucapan Garva.

"Assalamualaikum Bunda...eh nggak papa aku panggil bunda va?" Garva mengangguk.Ia tersenyum "Bunda ini Jelita.Sekarang aku yang bakal jagain Garva bunda jaga Garva dari sana dan aku yang bakal jaga Garva dari sini.Untuk Bunda Jelita berjanji" Jelita membasuhkan air mawar pada nisan bunda Garva."Berikan aku kebahagiaan satu kali lagi tuhan" batin Garva.

Setelah itu mereka pamit dari makam dan memgantarkan Jelita ke-rumahnya dan Garva segera menuju Atlas yang berada di Apartemen Sagara mereka mengambil berkas itu dan membawa berkas itu ke LA ke pusat Aleister berada.

Garva kaget melihat Alana yang berbeda seperti biasanya ini bukan Alana wajah Alana sangat lesu tidak ada Alana yang ceria seperti dulu.Ia menepuk bahu Alana dan tersenyum menandakan semua akan baik-baik saja.

Alana ikut masuk kedalam apartemen Sagara.Ia langsung menuju ke kamar Sagara aroma parfum Sagara menguar di ruangan semua tertata rapi bahkan lemari Sagara masih lengkap dengan baju-bajunya seragam SMA masih tergantung di lemari.Ia mengambil jaket kulit Sagara yang sempat Alana pakai.Ia memeluk jaket itu mencium dalam aroma dari jaket kulit dengan lambang singa di bagian lengan kanan.

Alana keluar dari kamar Sagara masih membawa jaket itu.Ia ingin membawa jaket itu ke amerika walaupun ia tidak bertemu dengan sang pemilik jaket tapi jaket itu lah yang akan menandakan seseorang itu dekag dengannya.Garva sempat melarang tapi dengan tatapan lelah Alana.Garva pun mengangguk.

Mereka keluar dari Apartemen Sagara ini hari terakhir Alana sebelum ia akan berangkat ke Amerika ia meninggalkan gantungan kecil burung merpati."Ketika kamu kembali aku udah pergi" ucap Alana dan ikut pergi.

Alana harus menjemput masa depannya.

•°•°•


S A G A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang