10

41 4 3
                                    

Bugh!

Allen meninju wajah suaminya dengan air mata berlinang. Dadanya naik turun, ia terlanjur kecewa dengan suami dan Wonjin.

"Gak usah dijelasin lagi! Aku muak, Serim! Kalian tega sama aku, terutama kamu Wonjin. Aku sudah menganggap kamu sebagai adikku sendiri, tapi nyatanya kamu menikung aku dari belakang!"

"Kak Allen, maafin aku," lirih Wonjin.

"Basi tau, gak! Aku kecewa dengan kalian!"

Allen keluar dari kamar Wonjin, dadanya terasa sesak melihat suaminya memeluk orang lain. Serim yang tidak tahan langsung mengejar Allen ke kamar.

"Sayang, kamu mau ke mana? Kenapa masukin baju kamu ke koper?" tanya Serim mencekal lengan Allen.

Allen menepisnya kasar, ia menatap tajam suaminya. Tatapannya membuat Serim terluka, ia tidak tega melihat Allen menangis.

"Aku mau pergi dari rumah ini. Aku gak mau lihat kamu! Aku kira kamu setia tapi nyatanya kamu brengsek! Aku gak nyangka kamu tega sama aku, mencintai orang lain. Apa kamu pernah berpikir sebelum melakukan itu?! Aku kecewa denganmu, Serim. Kamu lelaki brengsek yang aku temui! Aku—"

Serim langsung menyambar bibir Allen. Allen berusaha melepaskan diri, tapi ciumannya semakin dalam. Tangan Serim menerobos masuk ke dalam baju Allen.

Bugh!

Allen memukul lengan Serim membuat ciumannya terlepas. Allen menghapus bekas ciuman suaminya di bibir. Ia menatap tajam suaminya.

"Aku gak sudi dicium olehmu, Serim! Aku yakin kamu sudah melakukan itu dengan dia, kan?! Kamu jahat, Serim. Tega kamu sama aku. Aku kurangnya apa, sih?! Aku kurang menarik? Iya, aku akui aku kurang menarik, dia lebih sempurna dari aku!"

"Ya, aku pernah melakukannya itu tanpa kamu ketahui! Aku jatuh cinta pada pandangan pertama! Jatuh cinta bukan dosa! Aku mencintaimu dan mencintainya. Aku gak bisa jika harus memilih antara kalian!"

Allen menghapus air matanya kasar, sungguh ia tidak percaya dengan kejujuran suaminya. Orang yang ia cintai juga mencintai orang lain.

"Dasar brengsek! Aku membencimu, sialan! Jangan cari aku, aku gak sudi lihat wajahmu itu, Park Serim! Aku akan pergi dan kamu bebas melakukan itu dengan dia!"

Allen meraih kopernya lalu keluar dari kamar. Serim yang tidak tahan langsung mengejar Allen. Tepat di anak tangga, Allen berpapasan dengan Wonjin.

"Kak, aku minta maaf," lirih Wonjin sambil memegang tangan Allen namun, sang empu menepisnya kasar.

"Sudah terlambat, aku kecewa dengan kamu. Seharusnya aku gak memperkerjakan kamu, Ham Wonjin. Ternyata benar, musuh kita adalah orang terdekat kita. Sekarang kamu bebas melakukan apapun dengan dia. Aku terlanjur kecewa."

"Kak, aku memang mencintai kak Serim tapi aku gak ada niatan rebut dia dari kakak. Aku sadar posisi dan aku hanyalah orang asing yang datang di kehidupan kalian. Mulai sekarang, aku berhenti dari pekerjaan ini. Aku gak mau rumah tangga kalian hancur hanya karena aku."

Allen tidak peduli dengan ucapan Wonjin. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Wonjin menatap kepergian Allen dengan air mata berlinang.

"Wonjin, yang dikatakan kamu gak benar, kan? Kamu gak akan tinggalin aku, aku gak bisa hidup tanpamu, Wonjin. Aku cinta sama kamu."

Plak!

Wonjin menampar pipi Serim. Ia heran bagaimana bisa Serim mengatakan itu tanpa adanya rasa bersalah.

"Kamu gila, Kak! Aku akan pergi dari rumah ini! Benar kata kak Allen, kamu adalah lelaki brengsek yang aku temui. Seharusnya dari awal kamu setia dengan kak Allen. Kita ini berbeda, Kak! Kesalahan kakak sudah fatal!"

The Third Person || Sellen + Wonjin✔️Where stories live. Discover now