02

51 3 21
                                    

"Akh!" pekik Allen.

Serim yang terlelap dalam tidurnya, ia langsung membuka matanya saat mendengar suara rintihan suaminya. Serim membulatkan matanya melihat Allen terduduk di lantai.

"Kamu, ngapain di bawah?" tanya Serim, lalu menggendong Allen ke ranjang.

Allen menenggelamkan wajahnya di dada bidang Serim. "Bagian bawah aku sakit, aku mau ke kamar mandi."

Serim menangkup kedua pipi Allen, lalu mengecup singkat pipinya. "Kenapa gak bangunin aku? Kalau kamu kenapa-napa, gimana? Aku gak mau kamu terluka."

"Aku gak mau ganggu tidur kamu, Serim," lirih Allen.

Serim mengulas senyuman manisnya, hal itu membuat Allen terpesona. Senyuman Serim memang manis.

"Astaga, Sayang! Kamu, kan suami aku, jadi aku harus jaga kamu. Udah yuk, kita mandi takut terlambat kerja."

Serim menggendong Allen ala koala menuju kamar mandi. Allen masih setia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Serim. Serim mengisi air di bathub. Sambil menunggu air terisi penuh, Serim duduk di samping Allen.

"Sayang, bagaimana kalau kita menyewa asisten rumah tangga? Jangan khawatir, ia akan menginap di sini sekalian nemenin kamu pas aku lagi lembur. Gimana menurut kamu, Sayang?" tanya Serim lembut.

Allen berpikir sejenak, ia tersenyum manis. "Iya, boleh saja. Aku gak mau sendirian di rumah besar ini. Kalau bisa, lelaki saja biar enak kalau curhat."

Serim mengelus pipi gembul Allen. "Iya, aku juga berpikiran yang sama dengan kamu. Nanti aku minta Minkyu mencarikan orang itu, kamu tenang saja."

Setelah mandi, mereka turun ke bawah. Serim menggendong Allen ala koala-seakan badan Allen ringan. Serim mendudukkan Allen di kursi meja makan. Serim hendak memasak, namun dengan sigap Allen menahan lengannya.

"Biar, aku saja," kata Allen.

"Gak papa, aku saja yang masak. Kamu, duduk anteng."

Allen menghela napasnya, mau tidak mau ia harus menuruti perkataan suaminya. Sembari menunggu suaminya selesai masak, Allen memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, Serim kembali dengan membawa dua piring ke meja makan. Menunya sederhana yaitu sandwich.

"Nih, makan dulu."

"Rim, aku boleh kerja, gak? Aku pasti bosan di rumah terus."

"Nggak, kamu gak boleh bekerja. Urusan uang biar aku cari, kamu tinggal duduk manis dan menerima uang dari aku. Aku gak mau buat kamu capek, Ong Allen."

Allen mengerucutkan bibirnya, kesal. "Tapi, kan aku maunya kerja. Kamu tau sendiri, aku gampang bosan."

Serim mengelus pipi gembul Allen. "Bentar lagi, kamu gak akan kesepian. Aku akan segera mencari asisten rumah tangga dan menemani kamu selama aku pergi. Minkyu, kan punya banyak kenalan."

Allen menganggukkan kepalanya, ia menyantap sarapan buatan suaminya. Tidak terlalu buruk dan rasanya enak di lidah. Serim tersenyum tipis, ia beruntung bisa menikahi Allen setelah mereka pacaran selama 7 tahun.

Selesai sarapan, Serim pergi ke kantor. Serim mengecup singkat bibir Allen sebelum ia masuk ke dalam mobil. Allen melambaikan tangannya saat mobil Serim berjalan.

"Mending aku bersih-bersih rumah, deh," gumam Allen.

***

Seorang lelaki membuka matanya perlahan, ia menetralkan pencahayaan yang masuk lewat jendelanya. Setelahnya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia merasa asing dengan ruangan ini.

The Third Person || Sellen + Wonjin✔️Where stories live. Discover now