01

81 5 14
                                    

"Sayang," panggil pria paruh baya dengan setelan jas hitamnya.

Yang dipanggil sayang menoleh ke sumber suara, lalu tersenyum manis. Ia berjalan mendekati pria paruh baya itu. Pria paruh baya itu membenarkan baju yang digunakan putranya. Hari ini adalah hari pernikahan putranya dengan kekasihnya.

"Pa, Allen gugup," kata lelaki mungil yang dipanggil sayang tadi.

Chris mengelus surai rambut putra tunggalnya. "Jangan gugup, rileks oke. Papa dulu juga gitu, gerogi mau menikah ayah kamu—Seungmin. Awalnya memang gugup, tapi lama kelamaan enggak kok. Ya udah kita keluar, acara sudah mau mulai."

Allen menghela napasnya, ia berjalan beriringan di samping Chris. Ketika pintu terbuka, mereka disambut meriah oleh tamu undangan yang hadir di pernikahan Allen.

Chris menggenggam tangan Allen, dan mengantarkan putranya ke altar pernikahan. Di atas altar, ada calon suami Allen. Lelaki itu tersenyum manis, membuat Allen semakin gugup. Lelaki itu mengulurkan tangannya ke Allen, dan disambut baik olehnya.

"Apa kalian sudah siap?" tanya Pendeta.

"Siap!" balas mereka kompak.

Pendeta mulai membacakan sumpah pernikahan dan wajib diikuti mempelai pengantin. Setelah pembacaan ikrar oleh mempelai pengantin, mereka sudah sah menjadi pasangan suami.

"Tuan Serim, silakan cium kening suami anda."

Serim menarik pinggang Allen, lalu mencium kening suaminya dan sedikit memberi lumatan di bibir. Semua orang bersorak bahagia melihat pasangan itu menikah.

Serim menggandeng tangan Allen turun dari altar, dan menemui tamu undangan. Satu persatu tamu undangan mengucapkan selamat atas pernikahan Serim dan Allen.

Setelah selesai, kini orang tua Serim dan Allen menghampiri mereka. Seungmin—ayah Allen memeluk putranya, ia tidak menyangka putra tunggalnya sudah menikah.

"Sayang, akhirnya kamu menikah juga. Ayah senang dan terharu melihat kamu menikah dengan orang yang kamu cintai."

Seungwoo—papa Serim menepuk pelan bahu putranya. " Tolong, kamu jaga Allen. Jangan sampai sakiti dia, dia berhak dicintai. Perlakukan dia dengan baik. Awas saja kalau kamu sampai menyakitinya."

"Iya, Pa. Aku ngerti, kok. Aku cinta mati sama Allen."

Daniel—ayah Serim gantian memeluk putranya. Ia sama dengan Seungmin Daniel masih tidak menyangka Serim sudha menikah. Awalnya Serim ingin menikah tahun depan, tapi Daniel melarangnya. Daniel tidak mau Serim jadi pria tidak tanggung jawab.

"Habis ini kalian langsung pulang atau menginap?" tanya Kang Daniel.

"Langsung pulang saja. Aku gak sabar menempati rumah itu," jawab Serim dan diangguki oleh Allen..

"Ya sudah kalau gitu. Jangan lupa malam pertamanya," bisik Seungwoo.

Dugh!

Daniel memukul punggung Seungwoo lumayan keras, membuat sang empu berpura-pura kesakitan. Seungwoo mencium pipi Daniel berulang kali. Sedangkan Serim memutar bola matanya malas, di mana-mana orang tuanya selalu bucin.

"Kak, jangan ajarin yang aneh-aneh. Biarin aja," kesal Daniel.

"Kan, kita biasanya juga gitu bahkan sampai sekarang. Kamu lupa tiap malam kamu mengeluarkan suara desahanmu."

"Kak Seungwoo!" teriak Daniel.

***

Sesampainya di rumah baru, Serim dan Allen masuk ke rumah. Allen menyukai rumah yang dipilih oleh suaminya. Rumah ini adalah hasil dari kerja keras Serim dalam memimpin perusahaan yang didirikan Seungwoo.

The Third Person || Sellen + Wonjin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang