chapter 5

8 3 0
                                    

Hai ketemu lagi hehe..

Gimana cerita sebelumnya? Bagus enggak..

Makasih buat kalian yang mau vote sama komentar nya..

Typo bersebaran..


Happy reading..


Vano menatap kedua orangtuanya. Menunggu mereka yang katanya ingin berbicara serius dengannya. Vano yang tadinya ingin pergi ke kamar untuk membersihkan diri setelah mengabulkan permintaan Mama-nya untuk ikut makan malam dengan koleksi sekaligus sahabat mereka, mengurungkan niat.

" Jadi kenapa Ma, Pa.." tanya Vano setelah keterdiaman mereka yang cukup lama

" Bagaimana menurut kamu Van?" Ucap Viona memulai obrolan.

Vano mengangkat alisnya bingung " siapa?"

" Sahabat Papa. Mereka yang tadi makan malam sama kita.." jelas Ardan

" Oh.. baik kok" jawab Vano sekenanya

Vano menatap kedua orangtuanya " udah gitu aja? Kalian cuman mau tau gimana pandangan Vano sama sahabat Mama dan Papa.." kata Vano malas

Ardan menggeleng " Enggak. Bukan cuma itu aja.." ucap Ardan ".. kamu ingat perkataan Mama seminggu yang lalu tentang calon istri" lanjut Ardan menatap Vano

Vano menghela nafas, mana mungkin dirinya melupakan itu. Hingga saat ini Vano masih memikirkan ucapan Mama-nya, sampai membuatnya sulit tidur.

" Masih.." angguk Vano

" Nah sebenarnya_"

" .. mereka calon mertua kamu Van" sela Viona santai

Vano terdiam, laki-laki itu tengah memproses ucapan Mama-nya di otak pintarnya yang mendadak jadi Lola. Sedangkan Ardan langsung menatap istrinya itu sebal.

" Ikh Mama! Jangan sele-sele ucapan Papa dong" protes Ardan sebal

Viona hanya mengangkat bahunya acuh

" Papa terlalu bertele-tele. Mama jadi greget!" Jawabnya acuh

" What! Calon mertua. Yang bener aja Ma! Pa!" Ucap Vano yang kembali mendapat kesadarannya

Ardan dan Viona menatap putra sulung mereka

" Ya bener lah.. masa kita boong" kata Viona

" Jadi tentang calon istri itu gak bercanda Ma.. jadi maksudnya, Vano dijodohin gitu!" Kaget Vano menatap Ardan dan Viona bergantian

Viona bangkit mendekati Vano, lalu duduk disamping putra sulungnya itu

" Maaf sayang .. ini juga wasiat dan permintaan Opamu sebelum beliau meninggal." Kata Viona dengan memegang lengan sang putra, merasa bersalah.

Vano memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

" Jadi ini alesan kalian yang tiba-tiba nyuruh Vano pulang dari Jerman. Karena kalian jodohin Vano.." kata Vano tak habis pikir

" Sayang.. Mama sama Papa minta maaf karena gak kuasa nolak permintaan Opa.." kata Viona ".. tapi kalau kamu menolak perjodohan ini.. Mama akan bicar baik-baik sama mereka" lanjut Viona

Ardan langsung menatap Viona " Ma.." tegurnya tak setuju

Viona tak menggubris teguran suaminya itu, wanita itu masih fokus pada anak sulungnya.

Vano menatap Mama-nya itu " Enggak usah Ma. Kalau itu permintaan terakhir Opa.. Vano gak papa. Vano mau, mungkin itu yang terbaik buat Vano.." kata Vano dengan menatap Mama-nya itu

Zhevamel [On Going]Where stories live. Discover now