61. Setitik Kebahagiaan

83 12 1
                                    

Haii👋

I'm comeback, ada yang kangen Bumi dan Langitnya karena kemarin tidak update? xixixi

Btw, kemarin nggak sempat update karena lagi banyak kegiatan di kampus. Hari ini juga, huhu:)

Tapi, hari ini Bumi dan Langitnya comeback. Give applause for me👏😆

Jadi, udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Mari, taburkan banyak cinta untuk cerita ini💕

Happy reading❤

●●●

61. Setitik Kebahagiaan

Bumi baru saja kembali dari dapur dengan membawa dua cangkir teh hangat dan sepiring martabak yang Bumi beli sepulang dari kafe sore tadi. Bumi kemudian mendudukkan dirinya di sofa, tepatnya di sebelah lelaki paruh baya yang kini nampak asyik menonton tayangan berita terbaru dari benda elektronik berbentuk kotak tipis tersebut.

"Ayah," sapa Bumi. "Diminum dulu, Yah," lanjutnya, mengeser lebih dekat cangkir berisi cairan berwarna cokelat gelap tersebut.

Arga yang semula tidak tahu kehadiran anak semata wayangnya itu pun akhirnya menoleh dan tersenyum. Lengkungan bibirnya benar-benar mirip seperti Bumi. Bahkan, Bumi terlihat seperti versi Arga di masa muda dulu. Setelahnya, lelaki paruh baya itu pun mengambil cangkir berisi teh tersebut dan meneguknya sedikit.

"Makasih, Bumi," katanya.

Keadaan Arga sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Lelaki paruh baya itu juga sudah bisa melakukan aktivitas walaupun tidak bisa seperti sedia kala pasca kecelakaan yang mengakibatkan cidera di bagian kaki sebelah kirinya. Bahkan sampai sekarang, lelaki paruh baya itu masih bergantung pada kursi roda.

"Bumi," panggil Arga, suaranya yang tegas namun tetap terdengar menenangkan itu yang sangat Bumi kagumi dari ayahnya. Arga tegas namun tetap ramah dalam waktu yang bersamaan.

"Iya, Ayah?" sahut Bumi. Dia mengambil sepotong martabak dari piring yang ada di atas meja yang tadi dia bawa. Memakannya dengan sangat tenang.

"Bumi, sekarang kamu lagi dekat sama siapa?" tanya Arga, menatap jahil anak semata wayangnya tersebut.

Dahi Bumi sedikit mengernyit. "Sama Ayah. Kan, sekarang Bumi lagi duduk di sebelah Ayah. Gitu aja, kok, ditanya, sih, Yah?" tanya Bumi.

"Bukan itu maksud Ayah, Bumi!" geram Arga karena anaknya itu tak bisa langsung paham akan pertanyaannya tadi.

"Lalu apa, Yah?"

Arga menarik napasnya sebentar dan berkata, "Maksud Ayah, setelah hubunganmu putus dengan Hana, kamu dekat sama siapa lagi sekarang, Bumi?" kata Arga dengan nada bicara yang sangat pelan agar anaknya itu mengerti.

"Oh, itu," kata Bumi."Kenapa Ayah tiba-tiba tanya hal begitu?"

"Nggak ada, Ayah," jawab Bumi akhirnya.

"Bohong!" kata Arga, menaikturunkan alisnya sembari masih menatap Bumi dengan tatapan jahilnya.

"Benar, Ayah!"

"Masa, sih?" tanya Arga, masih tak percaya dengan ucapan Bumi.

Bumi menghela napasnya lagi. "Terserah Ayah aja mau percaya apa, nggak, sama Bumi," kata Bumi, pasrah akan tuduhan ayahnya tersebut.

Bumi dan Langitnya | EndOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz