BRUK.

Tiba-tiba saja ada suara gaduh yang membuat Edgar tersentak. Persis suara orang jatuh.

"Akh, Edgar," rengek Moana yang sudah terkapar di lantai memegangi kakinya. Dia meringis kesakitan karena terpeleset di lantai yang licin.

Bukannya membantu Edgar malah tertawa terbahak-bahak dan semakin menggelegar ketika Moana menangis kesakitan.

"Lon jahat banget sama istri sendiri! Gue lagi jatuh malah di ketawain!"

Edgar menjulurkan lidahnya, "Di sekolah kita bukan suami istri tapi hanya dua orang yang saling mengenal. Gitu kan konsepnya?"

Gadis itu masih terus meringis dan menangis sesenggukan. Suwer, kakinya terasa sulit di gerakan, bokongnya juga sakit sekali karena mencium lantai. Moana tidak bisa berdiri bahkan berjalan pun sudah rasanya.

"Sakit, Edgar," ringisnya pelan.

Dengan perasaan bersalah Edgar membuang botol bekas air minum sebelum membantu Moana bangkit. Di pegangnya lengan Moana agar gadis itu mampu berdiri.

Tulang-tulang Moana terasa remuk redam. Ngilu dia rasakan di sekitaran bokong sampai ke paha sehingga untuk berdiri tegak pun tidak memungkinkan. Tangan Moana bertumpu pada bahu Edgar yang kokoh dan seluas samudera.

"Edgar, kayaknya gue nggak bisa jalan kalo kayak gini. Rasanya sakit banget," keluh Moana menekan bahu Edgar di saat dia menapakkan kakinya yang gemetaran dan sakit.

"Pakai acara kepeleset segala. Karma tuh karena nggak mengakui gue sebagai suami di sekolah," ejek Edgar tetap menahan tubuh Moana agar tetap berdiri.

Langit semakin mendung menandakan hari sudah mulai memasuki sore. Edgar berfikir keras supaya bisa membawa Moana dengan cepat menuju lantai bawah. Kalau dia paksa Moana berjalan sendiri akan semakin lama sampai di parkiran.

Edgar tidak ada pilihan lain selain menggendong Moana ala bridal style. Tangannya menyelusup ke paha Moana sehingga reflek gadis itu mengalungkan tangannya di leher Edgar.

"Edgar, turunin gue! Gue masih bisa jalan sendiri kok buat turun."

"Lama. Nunggu lo nyampe lantai bawah bisa-bisa udah malam aja. Gini kan kita cepat sampai ke parkiran."

Moana meronta-ronta ketika Edgar tidak menurunkannya. Malah menuruni tangga dan meninggalkan sisa hukumannya.

"Kalo siswa lain tahu mereka bisa curiga," bisik Moana di telinga Edgar.

"Gue akan bilang lo abis kepeleset dan gue niat nolongin." Moana tidak menerima alasan itu dengan lapang dada. "Nanti mereka berspekulasi yang enggak-enggak," bisiknya lagi.

"Sekolah sepi. Lo bisa terima aja nggak apa yang gue lakuin!"

Moana diam. Sesampainya di parkiran Moana langsung di lemparkan ke kursi sebelah pengemudi oleh Edgar.

"Gue ambilin tas lo dulu," pamit Edgar yang langsung gercep menuju kelas Moana.

Dalam hati Moana berdoa semoga tidak ada yang melihat Edgar membawakan tasnya. Seingatnya semua teman sekelasnya sudah pada pulang. Moga-moga saja tidak ketahuan.

***

"ARGH, PIJITNYA PELANIN, EDGAR!"

Sehabis menangis dan merengek kesakitan, Moana berteriak keras di dalam rumah ketika Edgar memijit kakinya. Gadis itu merasakan sakit yang luar biasa di saat kakinya di tekan dengan jari.

Secret WifeWhere stories live. Discover now