16. Jadi Teman

155 26 0
                                    

Denise masuk ke restoran dengan terburu-buru. meski bukan karyawan disana, Denise selalu menyempatkan dirinya untuk sekedar singgah sebentar dicaffe. Katanya aroma kopi yang menyeruak sedikit memberi ketenangan. Dia baru saja belajar menjadi barista, dan dia menikmatinya.

Suara musik di resto pagi ini membuat Denise tertarik untuk menggerakkan tubuhnya mengikuti tarian aslinya. Feel My Rhythm dari Girl Grup ternama dari SM entertainment siapa lagi kalau bukan Red Velvet, Denise adalah penggemar dari grup ini.

"Next time shigyereul dollyeo eodiro gabolkka"

Denise menyanyi sambil mengelap meja pelanggan yang masih kosong. Belum ada pelanggan pagi ini jadi Denise si introvert ini masih bisa bertingkah sesuka hatinya.

"Come on ttodashi shijakae You and I"

Denise mengambil gagang pel-pelan yang ada di dekatnya, harusnya benda itu tidak disana, entah siapa yang meninggalkan benda tersebut. Akan Denise omeli nanti, sekarang dia akan melanjutkan konser solonya dulu.

"Whoa whoa whoa whoa woo"

Ting.

Lonceng di atas pintu berbunyi, tanda seseorang datang. Tapi karena budeg dadakan Denise jadi tidak mendengarkan. Dia masih asik berdansa ala-ala kerajaan Eropa bersama dengan gagang pel-pelan.

Dia yang baru masuk dibuat terkejut dengan tingkah gadis itu. Baru pertama kali dia melihat sosok itu dengan gaya yang aneh. Sebenarnya terlintas dibenaknya untuk kembali keluar, takut membuat Denise malu nanti kalau dia sadar. Tapi sepertinya perutnya minta diisi dengan segera buktinya sekarang saja perutnya kembali kram seolah-olah cacing-cacing didalam sana memalu dinding perut.

Musik berakhir, bak seorang penari teater Denise membungkukan diri entah kepada siapa, intinya putari saja semua sudut ruangan. Hingga akhirnya dia tersadar ada sepasang sepatu dihadapannya.

Denise mendongkak  untuk mengetahui kaki jenjang yang memakai sepatu sneakers putih tersebut. Karena malu Denise menyelampirkan poninya ke telinga dan tersenyum canggung.

"Hai Denise, sorry restonya udah buka kan?" Tanya seseorang itu.

Denise mengangguk, sambil masih memegang batang pel-pelan. Sedetik kemudian Denise yang hobi ngelag pun tersadar dan mempersilahkan orang itu untuk duduk memilih kursi yang tersedia.

"Silahkan Rin, lo pelanggan pertama hari ini sorry ya ga disambut dengan baik"

"Apaan si disambut baik kok, buktinya lo happy-happy aja dansa sama gagang pel-pelan"

Karin terkekeh, tau si kalau Denise malu. Tapi mau gimana lagi setelah jogging perut Karin bergejolak minta di isi dan dia ingat restoran ini, restoran yang pernah dia kunjungi bersama dengan orang-orang penting di hidupnya.

Denise mengecilkan volume musik yang diputar, meletakkan gagang pel-pelan yang sedari tadi dia pegang ketempat seharusnya kemudian merapihkan apronnya. Buku menu di atas meja kasir dia ambil lalu berjalan menuju meja dimana Karin berada.

"Nih Rin buku menunya silahkan dilihat-lihat dulu menunya"

"Gue kaya biasa aja nis"

"Biasa?"

"Oiya, gue baru dua kali ini ketemu lo di restoran ini ya hehe lupa, ya udah matcha latte sama beef steak nya ya Nis"

"Oke Rin, ditunggu ya pesanannya"

Denise meninggalkan Karin guna memberitahukan pesanan kepada para pekerja dibalik sana. Kemudian berjalan ke arah kasir dan mulai menghitung jumlah total pesanan Karin.

Tak perlu menunggu waktu lama pesanan Karin sudah siap, kertas struk Denise bawa bersama dengan nampan ditangannya.

"Ini Rin, selamat menikmati ya" Denise hendak berbalik kembali ke posisinya namun suara Karin yang menginterupsi dirinya untuk tetap berada disana membuat Denise mengurungkan niatnya. Tak apa toh dia juga masih senggang.

Circle LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang