3. Sedikit tentang Leana

263 31 3
                                    

Pagi pagi begini saat hari libur biasanya Leana sudah ada di lapangan basket komplek nya bersama Giselle. Berbeda dari minggu sebelumnya kali ini sudah ada Prince yang menemani dia sesuai janji Prince sebelumnya. Keduanya sedang asik duduk di bangku penonton.

"Senyum dong" pinta Prince.

Leanna semakin murung jadinya.

Prince bingung apa yang harus dilakukannya hanya bisa ikut menatap lurus kedepan memperhatikan anak-anak komplek yang ikut basket tentunya ada Theo disana. Yang kebetulan saja dia tidak sibuk jadi mau keluar rumah.

Sebuah ide muncul dibenak Prince, lantas pemuda itu berdiri dan menghampiri Theo yang sedang bermain basket dengan anak-anak lainnya. Prince membisikkan sesuatu kepada Theo, tak lama kemudian Prince kembali dan menjulurkan tangannya kepada Leana. Leana menatap Prince penuh tanya, membuat Prince mau tak mau harus menunjukkan sesuatu di tangannya.

"Kuncinya si red?" Leana.

"Yoi, yuk healing pake red" Ajak Prince.

Senyum manis terbit dari bibir gadis itu, lalu bangkit berjalan mendahului Prince yang terkekeh dengan kelakuannya. Prince mengambil jaketnya yang ada si kursi lalu mengikuti langkah lebar Leana.

Disinilah mereka berdua berakhir, di pinggir sungai. Meskipun sudah menjelang siang sinar matahari tak terasa begitu menyengat untuk keduanya. Leana memejamkan matanya sebentar menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajah cantiknya. Sedangkan Prince sedang sibuk menikmati ciptaan tuhan yang begitu indah, wajah ayu Leana.

Leana menghembuskan nafasnya kasar, membuka matanya perlahan dan menoleh. Senyumannya kembali terbit kala dia menatap mata Prince.

"Im okay" Leana.

"Aku tau"

Prince menghadapkan tubuhnya condong kearah Leana berada.

"Le, kadang kamu itu perlu nangis kalo emang udah nggak sanggup sama semuanya, nangis itu bukan tandanya kamu lemah le" ucap Prince lembut.

Mata Leana sedikit berkaca, sekuat apapun dia menyembunyikan sesuatu pasti Prince akan dengan mudahnya mengetahui.

"Oke nggak papa kalo nggak mau cerita, aku nggak maksa tapi please jangan terlalu terbebani ya sama apapun itu" pinta Prince.

Leana jadi menangis, ucapan Prince benar. Prince menarik gadis itu untuk masuk kedalam pelukannya. Memberikan tepukan lembut di bahu gadis itu yang langsung menangis kuat tanpa bersuara. Rasanya sakit sekali.

"Prince aku gak tau harus gimana" ucap Leana disela tangisnya.

"Mama sama Papa nggak bisa di cegah lagi"

Prince diam mendengarkan dengan seksama. Memang jadi Leana itu hal yang sulit. Tapi Prince tidak menyalahkan takdir Leana, dia hanya perlu ada di sisi gadis itu saat dibutuhkan.

Leana melepaskan pelukannya dan menatap Prince dengan mata sayu nya mengisyaratkan kelelahan batinnya. Oh ayolah Prince tidak suka itu.

"Prince, mereka nyuruh aku pilih salah satu dari mereka"

"Tapi dua-duanya bertindak seolah-olah mereka nggak mau bawa aku Prince"

Tangis Leana semakin menjadi, hatinya sangat sakit sungguh. Fakta bahwa Papa dan Mama akan berakhir membuat Leana merasa sesak. Papanya selingkuh dan Mamanya gila kerja. Mana yang harus Leanna pilih? Dia tidak mau tinggal bersama ibu tiri, namun Mama juga seolah tak peduli dengan Leana menyuruhnya untuk ikut sang ayah dengan alasan hidupnya akan terjamin. Lalu Mama sendiri? Apa hidupnya akan terjamin tanpa Leana. Leana pikir jawabannya adalah iya, Mama saja jarang dirumah pantas saja papanya selingkuh. Bukan berarti Leana membenarkan perbuatan papanya, hanya saja ah lupakan terlalu sakit untuk dijelaskan.

Circle LifeМесто, где живут истории. Откройте их для себя