Chapter Twelve

1.6K 227 52
                                    

Heyaaa~~~

Manage to get back within a week, which is impressive. Miss you guys so much. Please left your love and support here. Yes. I need it. Enjoy~

❄️
❄️
❄️

“Sometimes fate is like a small sandstorm that keeps changing directions. You change direction but the sandstorm chases you. You turn again, but the storm adjusts.”
—Haruki Murakami—

Setumpuk pertanyaan dengan konteks yang sama terus Jaemin ajukan selama satu bulan terakhir. Jaehyun dibuat takjub dengan persistensi keponakannya tersebut; sayangnya anak ini tidak bisa melakukan hal serupa terhadap studinya kendati ini merupakan tahun terakhirnya di sekolah menengah atas. Itu pertanyaan yang tidak ingin Jaehyun jawab. Ia benar-benar tak punya komentar apapun terkait keputusan yang dibuatnya bulan lalu; yang hingga saat ini masih belum mendapat sambutan pasti dari perempuan yang dia tawari. Komitmen. Itu hal yang rumit. Jaehyun mungkin harus mengapresiasi kehati-hatian Rose dalam memutuskan sesuatu. Dia lebih cerdas dari yang dirinya kira. 

Rose tidak mengatakan ‘ya’ ataupun ‘tidak’ secara gamblang; bisa jadi karena dia orang yang plin-plan. Dia hanya berkata, ‘Aku selalu percaya kalau kau itu orang yang sangat serius dan penuh pertimbangan. Tapi saat ini, entah bagaimana, aku sedikit meragukanmu,’ kemudian meneguk air di gelasnya dengan terburu-buru. Jaehyun dibuat termanggu—sekaligus terpukau. Satu-satunya respon yang ia berikan setelah itu hanya satu senyum yang diikuti pertanyaan, ‘Kau mau mulai dari tahap perkenalan dulu? Aku bisa memberitahukan hal-hal dasar padamu; begitupun sebaliknya. Oh tidak, aku sama sekali tidak marah, kenapa aku harus marah? Kau ini konyol sekali. Itu hal yang normal, aku senang karena kau meragukanku. Tandanya kau berpikir, kan? Kenapa wajahmu memerah? Aku mengajukan terlalu banyak pertanyaan? Okay, I’ll stop here.’ Setelah hari itu hubungan mereka perlahan berubah. Mereka lebih banyak bertemu terutama saat akhir pekan dan hampir di semua kesempatan saat Rose mempunyai waktu luang.

Jaehyun, secara tak terduga, menjadi pihak yang lebih pasif kendati dirinya merupakan inisiator di balik ‘hubungan’ penuh resiko ini. Di sisi lain, Rose tampak lebih leluasa dalam mengekspresikan diri; dia sangat bawel dan manja tapi bisa juga menjadi sangat cerdas terutama saat sedang membicarakan musik. Sepasang mata indahnya akan berbinar layaknya hamburan bintang di langit gelap tiap kali ia membicarakan musik yang ingin dikerjakannya di masa depan; mengatakan ini dan itu secara berapi-api sementara Jaehyun hanya duduk sambil mendengarkan. Pria itu tak memahami musik kontemporer. Ia hanya pernah mengikuti kursus piano dan beberapa alat musik klasik lain sepanjang masa kanak-kanaknya (itupun karena dipaksa), menjadikan pemahaman musik Jaehyun terbatas pada hal itu-itu saja.

Tapi Jaehyun merupakan pria cerdas sekaligus pendengar paling baik. Ketika dirinya tidak mengetahui sesuatu, alih-alih mengubur diri di tengah ketidakpastian, dia akan selalu mencari tahu setelah Rose selesai berbicara. Tidak ada perubahan signifikan dalam cara Jaehyun bersikap, dia masih sangat sinis—ini sudah seperti sifat yang sulit diubah—bahkan beberapa kali mengomentari perlakuan Rose terhadap orang lain yang dia anggap kelewat baik. Menurut Jaehyun (untuk ke sekian kalinya pria ini menegaskan kalau kewaspadaan adalah hal yang wajar) Rose harus selalu menaruh sedikit prasangka pada manusia lain. Tidak ada manusia yang benar-benar baik, bahkan Jaehyun sendiri mengakui kalau kebaikannya mungkin memiliki motif; jadi tetap waspada adalah cara paling ampuh untuk menghindarkan diri dari malapetaka. Apalagi Rose merupakan selebritis yang sangat terkenal—pasti banyak pihak yang mau meraup keuntungan darinya.

Jaehyun merasa kalau perlakuannya terhadap Rose hanya menjadi sedikit lebih baik; pada dasarnya dia memang bukan tipe manis dan romantis. Beberapa kali dia akan datang ke rumah Rose—mengantarnya dari kampus atau tempat syuting layaknya seorang supir—lalu menjaga Hank yang entah bagaimana punya semacam ikatan emosional sangat kuat dengan dirinya. Mungkin menjaga Hank adalah hal yang paling Jaehyun sukai; bahkan dia berada di rumahnya sekarang. Hank yang tampan hanya duduk tenang sambil melihat Jaemin uring-uringan selama tiga puluh menit penuh.

The Poem We Cannot ReadOnde histórias criam vida. Descubra agora