Chapter Nine

1.5K 217 48
                                    

Aloha~

Roses are red, violets are blue
Ini bukan pantun, mau aja bikin gitu 🙂🙂🙂

Selamat membaca~



“No woman really wants a man to carry her off; she only wants him to want to do it.”
—Elizabeth Peters—

Rose merasa jika pikirannya memang sedang tidak baik-baik saja. Permintaaan Jaehyun yang sebenarnya sangat sederhana ia tanggapi sedikit berlebihan. Padahal profesor muda itu hanya minta ditemani mengobrol—di manapun asal bukan di rumahnya—tapi hampir tanpa pertimbangan dia justru mengajaknya ke tempat ‘paling terlarang’. Penyesalan sudah tidak berlaku, Rose tidak bisa menutup pintu rumahnya dan mengusir Jaehyun  tanpa belas kasih. Apalagi pria itu tampak sangat penurut dan tidak sesinis biasanya. Mungkin belum, ia tak percaya kalau Jaehyun akan berhenti bersikap sinis. Itu sudah seperti identitasnya.

Sekali lagi dia menengok ke belakang, seolah memastikan kalau tamu pertamanya merasa nyaman. “Silahkan duduk, Profesor Jung. Maaf kalau agak sepi.”

“Saat kuminta rekomendasi tempat yang bisa kugunakan untuk merenung semalam suntuk, aku tidak menyangka kalau kau akan membawaku ke rumahmu. Ini di luar prediksi; bahkan kalaupun kau mau menemani, kupikir kau akan merekomendasikan tempat seperti pantai yang sunyi.” Jaehyun bicara sambil mengamati tiap sudut penthouse yang didominasi oleh warna hangat itu dengan saksama. Perhatiannya sontak teralih saat seekor anjing mix-breed berwarna putih dan cokelat berlari ke arah Rose; makhluk berbulu itu melihat ke arahnya sebelum berlari dan membaui kakinya. Spontan ia berlutut dan meraih anjing kecil itu dengan senyum mengembang di wajahnya. “Oh hai, siapa namamu?”

“Hank,” jawab Rose dari balik kulkas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Hank,” jawab Rose dari balik kulkas. Ia mengeluarkan sebotol air mineral lalu menuangnya ke dalam gelas.

Seolah lupa dengan pernyataan pertamanya, Jaehyun justru sibuk berkenalan dengan Hank dan hanya mengajukan pertanyaan seputar makhluk berbulu itu. “Kau membelinya?”

“Tidak, aku mengadopsinya. Dia ditelantarkan lalu tempat penampungan membawa dan merawatnya. Sepertinya kami memang berjodoh, karena beberapa hari setelahnya, saat ke tempat penampungan untuk memberi sumbangan bulanan, aku bertemu Hank dan langsung jatuh cinta padanya,” terang Rose penuh kebanggaan.

“Dia masih sangat muda, mungkin empat bulan?” Jaehyun kembali bertanya.

“Wah, bagaimana kau bisa tahu?” Rose tak percaya kalau ketajaman analisa Jaehyun juga berlaku untuk binatang. Sontak dia berjalan dan berjongkok di sampingnya, mengamati Hank yang tampak tenang meski berada dalam pangkuan orang tak dikenal. “Hank baru kubawa pulang bulan lalu, dia harus dirawat karena punya banyak penyakit. Sekarang Hank sangat sehat dan tampan!”

The Poem We Cannot ReadWhere stories live. Discover now