Sejak kejadian itu, aku tidak lagi bisa melihat masa depan. Dan hidupku tidak lagi diselimuti kebahagiaan. Aku menyesal karena menjadi orang terakhir yang melihat gadis itu hidup. Atau mungkin aku lebih menyesal karena tidak bisa menolongnya. Aku tidak tahu. Semakin aku pikirkan. Semakin aku merasa napasku tercekat dibuatnya. Dan tanpa kusadari, aku sudah sampai ditempat kerjaku.

"Hei, Ale! Astaga! Kau ini bagaimana? Pesanan sedang menumpuk dan kau malah datang telat?! Ck,ck,ck. Cepat sama, lakukan pekerjaanmu!" Teriak seorang pria tua yang rambutnya nyaris putih sempurna. Pria itu adalah bosku. Dan seperti bagaimana cara dia memerintahku, dia cukup pemarah. Untungnya dia tidak pernah berniat memecat pegawai tidak becus sepertiku. Entah aku harus bersyukur atau tidak untuk itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera menuju ketempat pengambilan pesanan.

"Hai, Ale! Kau datang telat?"
Sapa Narnia sembari tersenyum manis kepadaku. Jika ada satu-satunya hal baik yang ada ditempat kerjaku. Maka itu adalah Narnia. Gadis cantik, dengan senyumnya yang ramah kepada semua orang, termasuk kepadaku. Kurasa semua orang ditempat kerjaku menyukainya. Selain karena dia ramah, dia juga pandai dan cekatan, dia selalu menjadi pegawai terbaik yang dipuji-puji oleh bosku. Yah, bahkan aku tidak bisa mengatakan menghindar pada pesonanya yang menonjol itu. Namun, seperti Ale yang biasanya. Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis membalas senyumannya.

Setelah menerima beberapa kotak pizza sekaligus alamat pengiriman, aku segera menyalakan motorku. Bergegas mengirimkan pesanan ini supaya aku bisa segera mengirim pesanan selanjutnya.

***
Cukup jauh aku menempuh perjalanan ketempat pelanggan yang satu ini. Dia memesan banyak sekali pizza, tapi aku tidak mengira bahwa orang kaya yang memesan pizza ini tinggal didaerah terpencil yang minim penduduk. Setelah sampai ditempat tujuan, aku cukup tercengang sesaat karena rumah orang itu sangat besar. Disebelah kanan dan kiri rumahnya tidak ada rumah lain. Melainkan pepohonan hijau yang tinggi dan rimbun. Jika saja para sutradara film horror mengetahui lokasi rumah ini, kurasa mereka kan berlomba-lomba untuk bisa menyewanya.

Aku berjalan dengan langkah pasti, sebelum memencet bel rumah besar itu.

"PAKET PIZZA SUDAH DATANG!" Ujarku seperti biasa.

Kemudian pintu besar itu terbuka, menampakkan seorang wanita tua dengan kemeja dapur yang dipakainya.

"Oh, sudah datang? Terima kasih ya?"Kata wanita itu, dan aku tersenyum ramah membalasnya.

"Saya permisi" Aku bergegas pergi sebelum mendengar balasannya. Tapi, langkahku terhenti diujung lantai rumah saat tiba-tiba hujan turun mengguyur bumi dengan derasnya.

"Ah, sepertinya hujannya akan lama. Lebih baik anda berteduh saja dulu. Jarak dari sini kekota juga cukup jauh." Tawaran wanita itu, membuatku berpikir keras. Kalau aku memaksakan pulang, sama saja aku menyiksa diri sendiri karena jelas jarak dari sini kekota sangat jauh. Ditambah hujan yang begitu lebat ini. Pada akhirnya aku mengangguk walau dengan perasaan tidak enak hati karena sudah merepotkannya.

Dia mengajakku untuk masuk kedalam rumah, dan aku begitu terkagum dengan banyaknya benda-benda antik yang langka dirumah ini. Dekorasinya sangat mewah dan bergaya vintage.

"Silahkan, duduk dulu. Saya harus kembali kedapur untuk menyiapkan makan malam dulu. Karena sebentar lagi majikan saya akan datang. Tidak apa-apa?" Tanyanya sopan kepadaku. Aku tersenyum kepadanya dan mengangguk kecil.

"Tentu. Terima kasih dan maaf sudah merepotkan." Ujarku padanya. Dan dia hanya tersenyum lalu kembali memasuki sebuah ruangan yang aku pikir, itu adalah dapur.

Aku kembali memperhatikan setiap sisi ruang tamu yang cukup besar ini. Namun, manik mataku menangkap sebuah pemandangan yang sangat menarik perhatianku. Sebuah papan Mading besar, berlapis kaca yang didalamnya ditempeli banyak kertas-kertas lusuh. Tanpa sadar kakiku melangkah mendekati papan Mading itu untuk melihat lebih jelas. Disana aku melihat ada foto-foto anak remaja perempuan yang wajahnya dicoret hitam. Sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat rupa mereka. Lalu, aku beralih pada beberapa lapisan koran yang ditempel disebelah foto-foto itu. Dilihat dari jenis kertasnya. Jelas sekali itu adalah koran lama.

Tanpa sadar aku membaca koran itu dalam hati.
______________________________________
Tragedi Pembunuhan berantai yang menewaskan 4 orang siswi SMA.
______________________________________
Pembunuhan berantai yang terjadi beberapa tahun lalu, kini mulai mendapatkan titik terang. Setelah terbunuhnya salah satu siswi kelas 12 SMA Garuda berinisial E yang diduga merupakan korban keempat dari pembunuhan berantai ini. Pelakunya ternyata adalah pembunuh berantai yang sama dengan yang membunuh tiga siswi lain sebelumnya. Diketahui bahwa pembunuh itu adalah seorang pedofil yang gila dan memiliki gangguan mental , sehingga membuatnya terobsesi pada para gadis muda. Dia juga diduga melecehkan korban-korbannya sebelum membunuh mereka dengan keji. Tersangka yang kini telah didakwa sebagai pelaku itu adalah seorang pria pengangguran berinisial B dan kini dia terancam mendapatkan hukuman mati.
______________________________________

Mataku sontak membelalak saat membaca berita dikoran itu. Aku mendadak kesulitan bernapas. Dan jantungku berdebar dipenuhi perasaan gelisah. Karena aku tahu berita itu. Aku tahu gadis itu. Aku tahu siapa pelaku berinisial B itu. Rasanya seperti ditarik kembali kemasalalu. Masalalu yang sangat gelap.

Dan mendadak kepalaku terasa sangat sakit bahkan aku rasa dia bisa saja pecah saking sakitnya. Seberkas kejadian melintas dikepalaku. Dejavu? Aku seakan merasakan kelebihan ku melihat masa depan beberapa detik lebih cepat seperti dulu. Kejadian itu begitu cepat. Aku melihat seseorang....seseorang memegang pistol. Tidak terlalu jelas! Dan...dan dia mengarahkannya pada seseorang. Seseorang dengan baju seorang pengantar pizza. Seseorang yang mirip seperti....aku?!

Apa?!

Dorr!

Aku akan menoleh kebelakang sebelum suara tembakan terdengar nyaring ditelingaku. Sebelum aku sempat melihatnya. Terlambat. Aku sudah lebih dulu menutup mataku. Dan mendadak semuanya menggelap.

***
🐌


















Aleandra : Reverse the Time 'Find the Doer!'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang