"Kapan ibu menghentikan kebiasaan ini?"

"Hei, bukankah baju ini keren? Aku baru membelinya dua hari yang lalu."

Dia mengalihkan pembicaraan. Dan akupun tidak bertanya lagi karena terlalu lelah. Lelah dengan mimpi buruk yang selalu menghantui tidurku, lelah dengan tuntutan dari ibu, dan lelah dengan hidupku yang rasanya sangat monoton.

Tanpa bicara lagi, aku segera menuju kearah kamar mandi dan bersiap-siap menjalani pekerjaanku yang membosankan seperti hari-hari biasanya.

"Ale, dengarkan ibu! Berhentilah dari pekerjaanmu dan dapatkan pekerjaan baru yang lebih bagus dan menjanjikan. Kalau begini, kau tidak akan kaya Ale! Ingat! Umurmu sudah 25 tahun. Kau sudah harus memikirkan tentang pernikahan, jadi kau harus sudah menyiapkan semuanya Ale!"

"Katakan dengan jelas, maksud ibu!"
Aku tahu bahwa dia sedang merencanakan sesuatu.

"Maksudku, aku tidak akan memintamu untuk membeli barang-barang mewah ataupun berpura-pura menjadi kaya lagi. Tapi, dengan satu syarat."

'Jangan bilang syarat yang sama?!'

"Kau harus menikah dan memberikanku cucu. Ya?"

Aku menghela napas lelah. Berkali-kali setiap ibu menemuiku. Dia selalu menyerukan hal yang sama. Menikah, menikahlah, berikan aku cucu, pokoknya semua yang berhubungan dengan itu. Andai saja mendapatkan wanita semudah membuang tahi. Mungkin aku sudah menikah sekarang.

Yah, Aleandra Elanor. Pria yang biasa-biasa saja. Dengan pekerjaan yang sangat biasa. Tidak berpengalaman dalam urusan cinta, dan seumur hidupnya tidak pernah pacaran. Sungguh mengenaskan dan membosankan sekali bukan hidupku? Dan lebih parahnya, Ibuku justru mendesakku agar cepat menikah, padahal calonnya saja aku tidak punya?! Hah....

"Akan aku pikirkan nanti. Sekarang aku harus siap-siap bekerja. Supaya aku cepat kaya." Ujarku tanpa menunggu balasannya lagi dan segera memasuki kamar mandi.

***

"Ibu akan menginap dirumahmu selama beberapa hari kedepan. Dan cobalah untuk mendekati wanita-wanita ditempat kerjamu. Tidak mungkin kau memiliki kelainan pada sesama jenis kan Ale? Demi tuhan, jangan sampai itu terjadi!"

Kata-kata ibu terngiang-ngiang di kepalaku. Bahkan saat lalu lintas kendaraan sedari tadi berisik ditelingaku. Dikepalaku justru hanya memikirkan tentang itu.

'Cobalah mendekati wanita-wanita ditempat kerjamu'

Jujur saja, pasti mereka akan memandangku jijik kalau sampai aku melakukan itu. Bagaimana tidak? Bahkan aku hanya mengenal beberapa diantara para wanita ditempat kerjaku. Komunikasi diantara kami hanyalah sebatas menyapa dan tersenyum canggung jika kebetulan saling bertatapan atau bertemu. Hanya sebatas itu. Dan tidak pernah lebih dari itu.

Jika saja aku bisa menikahi motor Scoopy hitamku yang sedang ku kendarai ini. Kurasa aku pasti sudah menikahinya. Ya, dan jika itu terjadi kurasa aku sudah gila. Sebenarnya aku nyaris tidak memiliki kelebihan apapun. Selain memiliki wajah suram sesuram hidupku. Tapi, ada satu hal yang orang lain tidak tahu, bahkan ibuku sendiri. Kenyataan bahwa aku, bisa melihat masa depan beberapa detik lebih cepat. Walau hanya sekelebat kejadian, tapi percaya atau tidak, itu benar-benar terjadi.

Tentunya, kelebihan ini datang tiba-tiba. Dan pergi tiba-tiba juga. Aku tidak mengerti cara kerjanya. Dulu, sewaktu SMA, kelebihan ku ini sering sekali muncul. Namun, seiring bertambah dewasa aku sudah tidak bisa melihat masa depan lagi. Ah, lebih tepatnya setelah kejadian itu. Kejadian beberapa tahun yang lalu, yang hingga saat inipun masih membuatku dihantui rasa bersalah. Walaupun itu tidak sepenuhnya kesalahanku.

Aleandra : Reverse the Time 'Find the Doer!'Where stories live. Discover now