BAB 20

10.6K 777 4
                                    

Bruummm

Suara mobil yang berhenti didalam garasi mansion mewah Andreaxa pada pukul 20.36 malam membuat Bi Kara dapat menghela nafasnya lega.

"El sama Al udah pulang." Seru Elvano saat masuk ke ruang tengah dimana ada Kakak sulung mereka, Ren.

"Ayah mana, Kak?" Tanya Elvano saat tak mendapati sang kepala keluarga tidak berada di ruang tengah tempat biasanya Ayah Devan meminum kopi sambil mengerjakan berbagai dokumen.

"Luar kota." Jawab Ren singkat dengan mata masih tertuju pada televisi yang menampilkan berita tentang kasus penculikan anak remaja.

"Ooh, dinas toh." Gumam Elvano mengerti.

Alvano mulai melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua dengan menaiki tangga. Baru dua anak tangga yang dirinya pijaki ketika suara Bi Kara hadir mengisi pendengarannya.

"Loh, Non Esya gak bareng sama Den Al dan Den El?" Tanya Bi Kara kebingungan.

Alvano langsung saja membalikkan tubuhnya ketika mendengar pertanyaan Bi Kara. Kernyitan tipis hadir di dahi pemuda tersebut.

"Maksudnya Bi Kara gimana, ya?" Tanya Elvano yang sama bingungnya dengan Alvano.

"Kalau Bi Kara gak salah jam setengah tiga siang itu sebenernya Non Esya udah selesai acara di sekolah. Tapi, Non Esya bilang mau nunggu Den Al sama Den El di kafe depan sekolah sama temen barunya. Masalahnya Om Zai lagi nganterin dokumen ke Tuan Besar Devan di luar kota." Jelas Bi Kara dengan nada khawatir.

"Lah, saya ma Bang Al tadi abis pulang sekolah langsung main ke rumahnya Geo." Ucap Elvano yang tampak sangat kebingungan.

Alvano yang sudah mengerti langsung saja berlari ke arah garasi, tak lupa mengambil kunci mobil yang diletakkan Elvano di atas meja depan televisi.

"Kemana?" Tanya Ren yang melihat Alvano.

"Jemput." Jawab singkat Alvano.

"Gue ikut!" Seru Elvano menyusul Kakak kembarnya.

Mobil tersebut mulai melaju membelah jalanan Jakarta yang cukup ramai saat malam seperti ini. Elvano yang menyetir tentunya, entah kenapa ia tak mengijinkan Alvano yang menyetir.

Sedang Alvano menghidupkan data handphonenya, karena memang dirinya mematikan data internetnya ketika pelajaran berlangsung sampai di rumah Geo pun dirinya terlalu sibuk bermain game tanpa membuka handphonenya.

Saat itu juga rentetan chat dari nomer tak dikenal masuk ke whatsapp-nya.

081*********

Ini Nafesya, Bang. Esya dapet nomer Bang Al dari Bi Kara.
Esya sekarang lagi di kafe depan SMA sama Lenci, temen barunya Esya.
Esya tunggu dijemput, ya!
14.42

Bang Al udah pulang belum? Lenci udah pulang dulu masalahnya mamanya nyariin.
16.07

Bang Al lagi ada ekstrakurikuker ya?
17.22

Bang Al ini dah malem, belum selesai juga?
19.08

Bang Al......
19.56

Setelah itu tak ada lagi chat yang masuk dari gadis bernama Nafesya tersebut. Membuat perasaan Alvano gelisah saja.

Alvano bahkan mencoba sebanyak lima kali untuk menelfon nomer itu namun sebanyak lima kali pula tak dapat menyambung.

Kenapa gue kayak gini?, Batin Alvano gelisah.

Elvano yang mempunyai ikatan batin kuat dengan Alvano juga dapat merasakan kegelisahan yang dirasakan sang kembaran.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang