WWT - 5

7 3 0
                                    

"kamu umur berapa?" memang pertanyaan yang sangat basic tetapi mau bagaimana lagi? Dion harus bisa mencairkan suasana walau dia yakin jika mungkin saja Harin menganggap dirinya aneh.

"25 tahun, kamu?"

INI DIA! Dion sedari tadi menunggu Harin bertanya sesuatu atau hanya sekedar bertanya balik.

"saya 27 tahun dan bulan depan 28 tahun. Jarak umur kita cukup jauh ya? Ehm tapi tenang saya ga keliatan setua itu kok."

Harin terkekeh pelan mendengarkan penjelasan Dion, sangat terlihat jika pria itu tak ingin terlihat tua. Lagipula Harin tak berfikir seperti itu dan memang pada dasarnya Dion tak terlihat setua umurnya, dia tampan dan menggoda.

Dion memutar stir mobilnya menuju ke salah satu mall "kita mau apa?" Harin kembali bertanya.

"makan aja gimana?"

"aku ga lapar."

"yaudah kalau kamu ga lapar gapapa, kamu temenin saya makan aja."

Deg...

Jantung Harin berdebar, dua perasaan yang muncul kini berbaur menjadi satu. Harin memang bisa berdebar jika berada di dekat pria, sama seperti wanita pada umumnya tetapi munculnya jantung yang berdebar itu tak hanya karena adanya interaksi di antara dirinya dan juga Dion, tetapi juga ada sedikit rasa takut pada hati Harin.

Wanita itu takut jika semisal Dion akan melukai dirinya, terdengar mustahil tapi tetap saja itulah pemikiran Harin. Jadi Harin merasa harus tetap waspada walau Dion terlihat baik di hadapannya.

Mereka duduk di salah satu restoran steak yang berada di mall besar itu. Sudah tiga kali Dion menawarkan Harin untuk memesan namun tetap saja jawabannya sama, dia tetap tak mau. Baiklah dia tak akan memaksa.

Pada akhirnya Dion hanya memesan satu porsi steak berukuran large untuk dirinya. Dion sengaja memesan yang besar, jika semisalnya Harin mau mereka bisa makan bersama.

Keduanya duduk di balkon, gedung gedung tinggi terlihat cukup jelas dari atas sini. Harin benar benar menikmati pemandangan kala sore itu dan sebentar lagi langit jingga akan muncul.

Sambil memainkan sedotan pada es cappuccino nya, Harin diam diam memperhatikan Dion yang sedang melahap steak nya.

Dion awalnya tak sadar namun tadi tanpa sengaja dia melihat Harin yang sedang mencuri curi pandang ke arahnya "kamu yakin ga mau?"

Harin langsung menggelengkan kepalanya kukuh sebagai jawaban bahwa dia tak ingin "engga! Ga usah."

Walau Harin tak mau, Dion justru menusuk satu potongan daging menggunakan garpu kemudian memberikannya kepada Harin "cobain, enak." Dion menawarkan. Harin tampak ragu untuk menerima tawaran Dion.

Dion terus menyodorkan potongan daging tersebut di hadapan Harin, sampai akhirnya Harin menerimanya.

Tangan Dion terangkat sebagai isyarat untuk memanggil pelayan "mas! Boleh minta garpu satu lagi?"

"baik mas tunggu ya!" satu menit berlalu, pelayan tadi membawa sebuah garpu untuk Dion.

Sedari tadi Harin hanya diam ternganga memperhatikan Dion, apa yang pria itu akan lakukan?

Suara bangku yang Dion tarik sukses menarik perhatian beberapa pelanggan di sana. Dia memindahkan kursinya tepat di sebelah Harin, lalu Dion menarik piring steak nya lalu meletakkannya tepat di antara dirinya dan juga Harin.

"makan ya." ucapnya seraya tersenyum manis.

Harin mulai salah tingkah, buru buru Harin mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika Dion menatap dirinya. Sungguh, wangi parfum Dion semakin membuat Harin berdebar.

when we're together | Doyoung Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora