"Apa ada orang lain yang tau bahwa aku pergi?" aku bertanya padanya dengan cemas.

"Kurasa tidak Ms, hanya aku..." dia berkata dengan yakin, jika memang tidak ada yang tahu bahwa aku pergi maka itu adalah keuntungan buatku.

"Richard, aku butuh bantuanmu" aku memotong perkataannya sambil menatapnya dengan pandangan memohon.

"Apa yang bisa kubantu Ms Warren?" tanyanya dengan pandangan serius

"Tolong jangan biarkan Sean tau soal hal ini, jangan beritahu Sean jika aku keluar dari penthouse malam ini"

"Apa yang ..."

"Aku akan berada dalam masalah jika dia mengetahuinya Richard, kumohon padamu, bantu aku sekali ini saja" aku kembali memohon padanya dan kurasa itu berhasil karena Richard terlihat mengalah dan akhirnya menuruti permintaanku asal aku berjanji jika aku tidak berbuat seperti ini lagi.

***

Setelah aku meyakinkan Richard aku langsung menganti bajuku dan kembali berbaring di tempat tidur, tentu saja aku tidak bisa tidur ketika aku memikirkan semua ini, aku sangat takut dengan apa yang nanti akan terjadi, aku takut dengan apa yang akan kuputuskan nantinya akan menghancurkan diriku sendiri, apakah aku masih bisa hidup saat aku melepaskan semuanya?, apakah aku bisa hidup saat aku tidak punya lagi tujuan hidup, mungkinkah aku berakhir seperti dulu.

Beberapa jam kemudian aku mendengar suara pintu terbuka, aku tahu itu pasti Sean, aku melihatnya dari ujung mataku, dia terlihat baik-baik saja, dia melepas mantel hangatnya juga kemejanya, lalu berjalan kearahku, dia terkejut ketika melihatku masih membuka mataku, dia membelai kepalaku lalu mencium pelipisku dengan penuh kelembutan, aku tersenyum padanya dan membelai rambut gelapnya.

"Hey" aku menyapanya dengan suara lembut, kini dia telah berbaring disampingku dengan kepalaku yang kuletakkan diatas dadanya.

"Tidak bisa tidur sayang?, mau kubuatkan camomile untukmu?" Sean menawarkan, aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalaku padanya, aku tidak ingin apapun saat ini, aku hanya ingin berada didekatnya.

"Aku tadi terbangun dan kau masih tidak ada disampingku" aku berdusta padanya, aku tidak berani menatap matanya saat aku mengatakannya, dan yang sekarang kurasakan adalah tangannya yang membelai halus rambutku, membuatku nyaman dengan semua yang dia lakukan padaku.

"Maafkan aku, aku kembali secepat yang aku bisa" Sean mengecup keningku dengan penuh cinta dan kasih sayang yang dimilikinya untukku.

"Apa terjadi masalah yang serius?"

"Ya, tapi semua sudah diatasi sekarang, kita bisa tenang"

"Sean?"

"Ada apa sayang?, kau sakit?" Sean sekarang bertanya padaku dengan khawatir, tapi aku menggelengkan kepalaku dan meyakinkan bahwa aku baik-baik saja, aku ingin mengatakan semuanya pada Sean, tapi aku sangat takut, aku tahu aku sama sekali tidak memiliki alasan untuk takut, tapi rasanya seperti mulutku tertutup rapat menahannya.

"Aku baik-baik saja, aku hanya merindukanmu"

"Oh sayang, aku juga sangat meridukanmu" dia berujar sambil mengecup telapak tanganku berulang kali.

***

Semalaman aku tidak tertidur, aku hanya menemani Sean yang tertidur dengan lelap, bahkan pagi ini aku bangun lebih dulu dari Sean, aku memakai baju kerja yang kemarin telah kusiapkan lalu berjalan ke arah dapur, disana aku melihat pengurus rumah telah bekerja, aku tersenyum pada wanita itu dan duduk di kursi tinggi. Tak lama kemudian Sean terlihat keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapi, kemeja putih dengan jas biru tuanya, aku tersenyum padanya dan dia juga membalas senyumanku

Forever MineWhere stories live. Discover now