K e m b a l i | 10

1.5K 178 44
                                    

Di kamar inap itu hanya tersisa Jongin dan Dyo saja. Chanyeol serta Baekhyun memilih pulang ke rumah Jongin bersama Arvenda.

“Bisa kan pegang infusnya?” tanya Jongin sambil memosisikan tubuh Dyo dalam gendongan bridalnya.

“Ya bisa lah, tangan aku masih sehat loh, gak patah.” Dyo gemas sekali ingin menggigit telinga suaminya.

Jongin hanya tertawa sembari berjalan membawa sang juwita ke kamar mandi. Dia bantu si manis untuk duduk di kloset kemudian keluar dari kamar mandi.

“Aku tunggu di luar, kalau udah selesai bilang, jangan jalan sendiri keluar.” katanya.

“Iyaaa. Aduh cerewetnya.”

Yang lebih tinggi mengusap surai memanjang Dyo kemudian berlalu keluar. Membiarkan istrinya menuntaskan hasrat buang air kecil dan besarnya. Jongin menarik kursi kemudian duduk di sebelah pintu kamar mandi. Sudah sangat mirip penjaga kamar mandi umum.

Seperti kejadian beberapa tahun lalu yang menimpah Dyo, ada bekas merah di pergelangan kaki dan tangannya. Kala itu Dyo kesulitan berjalan karena luka yang masih membekas walaupun tak dapat dilihat secara kasat mata. Tapi Jongin bisa melihatnya. Memang tak ada luka mengerikan di wajah dan badan seperti yang dulu karena Dyo tak menerima pukulan atau siksaan apapun dari iblis yang menjaga. Hanya teror dan juga rasa takut akan makhluk-makhluk mengerikan yang menjaga rumah tua itu.

Jongin terdiam, memandang kosong ke arah lantai kamar inap yang bersih. Dia teringat obrolannya dengan Chanyeol sebelum ayah mertuanya itu pamit untuk pulang ke rumahnya menemani Arvenda.

Apa dia harus membawa istrinya pulang ke Lamongan saja agar Dyo lebih aman? Di sini, si manis itu selalu mendapatkan kejadian kurang mengenakkan. Jongin faham benar dengan kekhawatiran Chanyeol dan Baekhyun, dua orang itu merupakan orang tua Dyo, dua orang itu sejatinya punya ikatan batin dan darah yang lebih kuat. Tapi apa Jongin bisa?

Jongin punya dua pilihan di sini. Tetap bekerja di Bandung tapi harus berjauhan dengan Dyo, atau tetap bersama Dyo tapi dia harus meninggalkan pekerjaannya.

Jongin menyukai pekerjaannya, dia sudah nyaman berada di sana, pun perusahaan tempat dia bekerja merupakan perusahaan impiannya, perusahaan yang ingin dia pijaki sejak lama, dan sekarang dirinya bisa dikatakan menempati posisi yang bagus, dan gajinya juga cukup tinggi. Tapi di sisi lain istrinya tak aman berada di sini.

Jongin bingung.

Dia mengurut pelipis yang mendadak berdenyut. Saking larutnya dia dalam pikiran, hingga tak mendengar Dyo sudah memanggil sejak tadi.

“Kalau gak denger aku jalan sendiri nih.”

Segera Jongin tersadar. Dia bangun dari duduknya dan membuka pintu kamar mandi. Dia dapatin wajah merengut Dyo yang masih terlihat manis. Bibir manyunnya gemas sekali ingin dia kecup.

Jongin menyengir, “Maaf, Sayang.” katanya.

Dyo hanya mencibir dan mengalungkan tangannya di leher sang suami.

Jongin membawa istrinya kembali ke tempat tidur, menempatkannya dengan nyaman. Selama itu Dyo hanya diam dan memandangi wajah suaminya yang sejak tadi terlihat sendu.

“Bang,” panggilnya setelah Jongin duduk dan mengambil buah apel yang hendak dikupas.

“Hm?” Jongin menyahuti tanpa mengalihkan pandang pada Dyo, fokusnya terarah pada apel di tangan yang sedang dia kupas.

Dyo berdecak, dia arahkan tangannya ke depan dan mengangkat dagu suaminya agar pandangan mereka bertemu. Mau tak mau Jongin menurut, menatap mata Dyo yang sekarang tengah menatapnya dengan cukup tajam.

KEMBALI [KaiSoo] ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu