Eleven

310 43 168
                                    

Gw post sekarang aja ya karena ini tgl yah kalian tau lah tgl brp, tgl tua donk pada belom gajian kan? Drpd mumet mending baca STAY aja🤭
Pasar sepi bikin pening jg ademin baca nih ff 🤣
Gw jg lagi posing, my baby J sakit belom jadi plg Seoul, apa ini jawaban Tuhan krn banyak yg minta Jessica gak plg Seoul? Hmm kadang mikir gtu wkwkwkwk

Yasudah lah met baca aja yak 🤗

🌟🌟🌟



{ Sekarang }

"Fany fany fany." Yuri menanggil Tiffany ketika mereka keluar ruang latihan hendak pulang. Yang lain paham situasi pasangan tersebut lebih dulu pergi, mereka tidak mau ikut campur lebih jauh.

"Apa????" Tiffany sedikit berteriak ketikan menjawab panggilan Yuri.

"Aigoooo long time tidak mendengar suara teriakanmu membuat aku merindu," Yuri tersenyum, ia menarik tangan Tiffany agar duduk bersandar tembok. "Satu bulan lebih ini tidak ada komunikasi diluar Group bagaimana rasanya? Rindu aku tidak?"

"TIDAK!!!"

"Mulut bisa berbohong tapi tidak dengan hati, Fany-ah." Yuri masih berusaha percaya diri.

"Kenapa memangnya? Aku justru bebas sesuka hati sebulan ini."

"Ohya?" Yuri menaikan alisnya tidak percaya, "Tapi Sooyoung bilang kau lebih sering minum, tidur tidak teratur selalu mengecek ponselmu setiap menit, jika sedang bersama Sooyoung selalu menengok ke belakang merasa ada yang mengikuti atau ketika pintu diketuk kau segera membuka pintunya, waeyo??? Menunggu seseorang datang ya?" Yuri tersenyum penuh makna ketika mengatakan hal yang Sooyoung bagikan perihal tingkah Tiffany selama satu bulan ini.

Tiffany memutar bola matanya, mengibas rambutnya tidak peduli dengan ucapan Yuri meski semua itu benar ia lakukan, Tiffany seperti orang bodoh selama 1 bulan, selalu uring-uringan, makan pun tak nafsu jika bukan Nichkhun yang memaksa untuk bertemu dan menyuruhnya makan. Di apartemen sendiri ia benar-benar merasa sepi untuk itulah ia selalu bersama Sooyoung.

"Aku sudah berpisah dengan Juran Unnie. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya pada dia siapa yang sebenarnya aku takutkan untuk pergi dan orang itu adalah kau, Fany," Yuri membalikan tubuh Tiffany menghadapnya, "Aku salah dan itu memang faktanya, aku minta maaf padamu karena sudah menghancurkan kepercayaanmu padaku, sudah memecahkan keyakinanmu padaku, maaf Fany, tapi jujur terserah kau percaya atau tidak aku takut jika harus berpisah darimu karena kau tahu? Aku yang sudah memilihmu, aku ingin kau menjadi pelabuhan terakhirku, aku ingin ada suka bersamamu, duka kita lewati bersama, hanya satu aku ingin kau. Masa laluku kau sudah tahu, cacatku saat ini pun kau sudah tahu. Aku memang banyak kekurangan tidak seperti masa lalumu, mereka jauh lebih baik dari aku," Yuri menahan perih matanya mengatakan isi hati.

"Alasan mengapa aku bisa bersama dengan dia pun sudah aku katakan padamu, semuanya tidak kurang dan lebih, aku berkata semuanya. Aku ingin kita seperti dulu, Fany-ah. Seohyun memang benar, aku dan dia hanya sebatas bermain, keseriusanku memang kau. Kau mau seandainya aku memintamu kembali seperti dulu, bukan seperti orang asing satu sama lain, kau mau memaafkan kesalahanku ini meski sulit dan butuh waktu?"

Tiffany menggigit bibirnya kuat mendengar hal itu dari Yuri.

"Aku takut, aku takut kau membuatku kecewa lagi dan lagi, Yul. Aku takut 3 tahun ini membuatmu menjadikan kebiasaan tersebut. Kau bisa saja menduakanku lebih sering karena kecewamu padaku, karena masa laluku dengan Taeyeon. Aku takut akan hal itu."

Yuri mengusap pipi Tiffany lalu menyeka air mata yang sudah mengalir dari gadis ber-eyes smile itu.

"Fany-ah, kau ingin aku berkata jujur? Setiap kita berkumpul bersama melihat kedekatan kau dan Taeyeon, rasa itu hadir lagi, sakit. Tapi aku menepis semua rasa yang hadir karena aku meyakinkan diriku bahwa kau tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Aku menerima masa lalumu dengan Taeyeon, sangat menerima karena aku sayang padamu, Fany-ah. Aku pun malu padamu karena sampai berkhianat, mematahkan janjiku padamu tetapi kembali lagi, aku ingininkan kau menjadi segalanya untukku." Yuri memeluk Tiffany erat tidak ingin kekasihnya itu melihatnya menangis.

STAYWhere stories live. Discover now