HS-05

2.6K 260 14
                                    

Bel pulang telah berbunyi, guru yang mengajar di kelas juga sudah mengakhiri pelajarannya. Beberapa kesimpulan penilaian yang dapat Jaemin ambil dari 2 hari bersekolah di sekolah barunya ini, yaitu pelajaran yang tidak masuk akal, guru yang mesum dan bejat, murid yang merasa berkuasa akan berbuat semaunya, dan tidak adanya keadilan bagi murid-murid lemah.

Murid-murid di kelas 12-1 mulai beranjak dari kursi mereka ingin keluar dari kelas setelah guru yang mengajar di kelas itu telah keluar sebelumnya. Di kelas 12-1 ada peraturan dimana murid-murid yang berkuasa akan keluar lebih dulu sedangkan murid-murid yang dianggap lemah dari mereka keluar terakhir sembari membawa tas murid-murid yang dianggap punya power.

Namun untuk pertama kalinya dalam kelas ini ada seseorang yang berani menentang peraturan yang dibuat oleh Yeonjun itu. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jaemin sendiri. Yeonjun yang saat itu melemparkan tasnya pada Lucas untuk dibawa berhasil memancing emosi Jaemin.

Tanpa banyak basa-basi Jaemin mengambil tas Yeonjun dari tangan Lucas dan melemparkannya ke lantai lalu menginjak nya di depan mata Yeonjun sendiri.

"Kau tidak perlu melakukan itu" ucap Jaemin pada Lucas yang terdiam mematung.

Jaemin mengabaikan tatapan dingin Yeonjun dan cemoohan dari murid-murid lain yang menganggap Jaemin sok pahlawan. Namun berbeda dengan murid-murid yang lemah, Jaemin itu ibaratkan pelangi yang muncul setelah hujan. Mereka memiliki sedikit harapan untuk bisa menjalani kehidupan sekolah dengan tenang andaikan Jaemin bisa mengambil alih kekuasaan di sekolah neraka ini.

"Sekolah bukanlah kerajaan hewan dimana yang kuat memangsa yang lemah. Bahkan singa sekalipun tidak berkoar-koar untuk menunjukkan kalau ia adalah raja hutan. Tidak ada yang perlu tunduk pada anjing yang menggonggong!" ucap Jaemin kemudian menarik Lucas untuk pergi dari situ. Dan setelahnya murid-murid yang lemah pun beranjak pergi menyusul Jaemin.

Untuk pertama kali nya peraturan yang sudah menjadi hal yang mutlak di dalam kelas ini dipatahkan begitu saja. Bagi mereka yang merasa diuntungkan dengan peraturan itu akan menganggap apa yang dilakukan Jaemin adalah pengkhianatan besar sedangkan bagi mereka yang merasa dirugikan tentu saja menganggap apa yang dilakukan Jaemin adalah suatu tindakan yang patut dikagumi.

"Sepertinya setelah kau hajar anak itu makin berani sampai melupakan dimana dia sekarang" ucap Kylie pada Yeonjun. Kylie sendiri merupakan primadona di sekolah itu karena kecantikannya. Ia adalah salah satu perundung yang cukup di takuti karena jika ada yang tidak mematuhinya maka murid itu akan menghilang keesokan harinya. Kylie punya power besar namun kedudukannya masih dibawah Yeonjun.

"Jika kau tidak memberikan saran apapun lebih baik tutup mulutmu itu!" ucap Yeonjun datar. Yeonjun tengah berusaha menahan amarahnya untuk tidak mengobrak-abrik kelas ini namun Kylie makin memperburuk suasana hatinya.

"Tidak perlu marah-marah sayang. Kau ingin apa? Kenikmatan di ranjang, hm?" Kylie menjamah lembut wajah Yeonjun dan berbisik seduktif di telinganya.

"Kau baru saja dipakai oleh kepala sekolah kemarin malam. Sebelum kau menawarkan itu padaku, kau harus pastikan dulu bekas yang semalam bersih atau tidak" Yeonjun menatap tajam Kylie sebelum kemudian melempar seringai mengejek dan melangkah pergi menyusul kekasihnya -Jisung- yang telah keluar dari kelas bersama Felix, meninggalkan Kylie yang malu dan marah karena ucapannya.

"Kylie, jangan hiraukan ucapan Yeonjun. Dia memang seperti itu" ucap Lucy sahabatnya.

"Jika saja dia bukan Dewa di sekolah ini maka jangan harap ia bisa menghirup udara segar keesokan harinya" ucap Kylie dingin sembari menatap tajam punggung Yeonjun yang telah pergi bersama para sahabatnya itu.










Jaemin terbangun lagi ditempat yang ia lihat saat kemarin malam. Tempat yang dikelilingi oleh api yang panas. Jaemin masih belum mengerti mengapa ia berada ditempat ini dan tempat seperti apa yang ia lihat ini. Semua hanya api yang siap membakar.

"Bertemu lagi, Jaemin"

"Sebenarnya siapa kau? Kenapa kau selalu membawa ku ke tempat seperti ini?" tanya Jaemin setengah berteriak pada sosok yang berada cukup jauh darinya. Ini adalah pertemuan ketiga mereka. Pertama di UKS sekolah, kedua saat malam tadi saat Jaemin tertidur dikamar nya, dan sekarang saat Jaemin tertidur setelah pulang sekolah. Tetapi sayang, sosok itu masih tidak tampak jelas di mata Jaemin.

"Bukankah sudah ku bilang aku adalah dirimu yang lain? Kita adalah satu, aku dan kau. Tempat ini adalah ruang di jiwa mu yang berapi-api. Berapa lama lagi kau ingin menolak kehadiran ku? Bukankah akan sangat menyenangkan jika kita bersatu untuk menghancurkan jiwa orang-orang sakit dan membawa mereka ke neraka?"

"Aku tidak butuh bantuan mu. Aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri" ucap Jaemin yakin.

"Kau selalu mengatakan itu saat malam tadi. Apakah menjalin hubungan dengan kekasih dari berandalan itu adalah salah satu bagian dari rencana mu?"

"Kau tidak perlu tahu"

"Ku sarankan agar kau berhati-hati juga dengannya. Walaupun dia bukan di pihak Yeonjun, bisa saja dia punya tujuan tertentu yang lain. Jika kau ingin dia menuruti kemauan mu maka kau harus bisa buat dia tunduk padamu. Hubungan tanpa ada yang mendominasi tidak seru 'kan?"











"Anda memiliki tamu, tuan muda"

Jisung mengalihkan pandangnya dari komputer nya pada pelayan yang masuk ke dalam kamarnya. Melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 10 malam, Jisung mengerutkan keningnya menebak siapa yang bertamu saat hampir larut malam begini.

"Ini bukan tuan Yeonjun, tuan muda. Kami baru melihatnya" ucap pelayan yang sudah tahu kalau Jisung tidak menyukai Yeonjun.

"Kalau begitu suruh dia ke kamar ku saja. Aku malas beranjak" ucap Jisung sebelum kemudian kembali mengalihkan pandangnya pada layar komputernya saat pelayannya itu mengangguk dan pamit undur diri.

"Hai, sayang"

Deg!!

Jisung memutar kursinya cepat saat mendengar suara yang tidak asing. Ia melebarkan matanya saat melihat tamu yang tidak diundang itu menutup pintu kamar nya dan melempar senyum menawannya.

"Jaemin. Bukankah sudah ku bilang untuk memberiku waktu sampai besok malam?" tanya Jisung bingung.

"Aku ingin menanyakan beberapa hal padamu sekaligus menginap"

"Aku mengizinkan untuk kau bertanya tetapi tidak untuk menginap"

"Aku tidak bertanya, Jisung. Itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan. Apa yang sedang kau rencanakan sehingga tertarik berteman dengan orang gila ini?"

"Kau mengakui dirimu itu gila?"

"Gila bukan lah sebuah hal yang memalukan, terkadang itu adalah hal yang mengagumkan yang belum tentu orang lain bisa mencapainya" ucap Jaemin yang membuat Jisung tidak habis pikir dengan karakter Jaemin.

"Baiklah, seperti kataku aku ingin kita bekerjasama untuk mengembalikan sekolah itu kembali ke peraturan semula. Saat pertama kali melihat mu aku melihat kau memiliki sesuatu yang berbeda. Seperti api hanya saja itu masih kecil"

"Lalu sekarang?"

Jisung menatap Jaemin lama. Ia bisa merasakan aura itu. Aura yang semakin membesar daripada sebelumnya. Aura yang siap membakar jika sampai ada yang menyulut nya.

"Aku merasakan api itu semakin membesar dalam dirimu"

"Apa yang lebih mendominasi?"

Jisung diam. Maniknya menatap lama Jaemin. Jaemin sendiri menunggu jawaban dari Jisung. Jaemin penasaran apakah yang dikatakan sosok itu tentang Jisung adalah benar.

"Nafsu"

Dan Jaemin tidak bisa menahan senyum lebarnya saat mendengar jawaban Jisung. Ucapan terakhir dari sosok itu padanya tentang Jisung kembali terputar di otak nya.

"Anak itu, dia punya kelebihan yang tidak semua orang punya. Bagaimanapun, kau harus bekerjasama dengannya jika ingin menang"












TBC.


See U

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Hell School 🔞Where stories live. Discover now