HS-11

1.6K 199 28
                                    

Jisung mematut dirinya di cermin, memandangi seluruh tubuhnya yang belum mengenakan seragam sekolahnya. Tidak ada yang begitu ia kagumi dari tubuhnya, kecuali bekas luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya yang perlahan mulai memudar.

Tatapan Jisung kosong saat mengingat kejadian dimana dirinya melukai dirinya sendiri, disaat dirinya berada di titik terendah dalam hidupnya. Melukai diri adalah cara menyembuhkan yang cepat untuk hati yang hancur. Semakin ia menyakiti dirinya, semakin ia puas.

Jisung bukanlah orang yang bisa membagi perasaannya kepada orang lain tetapi ia selalu bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain yang bercerita padanya. Itulah dirinya. Memendam semua masalahnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Tok! Tok! Tok!

"Kenapa?" tanya Jisung dingin pada orang yang mengetuk pintu kamarnya itu.

"Ini aku, Jie. Aku akan menunggu mu di bawah" jawab orang dari luar kamar.

Jisung mengenali suara itu. Orang itu adalah Felix, sahabat satu-satunya. Jisung mengenakan pakaian seragamnya dengan cepat saat tahu Felix sudah datang menjemputnya.

Jisung kembali memperhatikan dirinya di depan cermin. Perlahan ia menarik sedikit kedua sudut bibirnya menunjukkan senyum kecil di wajah nya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan sebelum ia berangkat ke sekolah untuk menyemangati dirinya menunjukkan topeng tebal agar orang lain tidak tahu betapa hancurnya ia. Setelahnya barulah Jisung pergi ke luar kamar nya untuk menemui Felix yang sudah menunggunya.

"Maaf membuat mu menunggu lama" ucap Jisung setelah berada di hadapan Felix.

"Tidak selama biasanya. Kau tidak menangis hari ini" Felix tersenyum tipis pada Jisung lalu kemudian beranjak dan melangkah lebih dulu sedang Jisung mengikuti nya di belakang.

Felix dan Jisung bersamaan masuk ke dalam mobil Felix. Setelah memastikan Jisung memasang seatbelt nya barulah Felix menjalankan mobilnya menjauh dari halaman rumah Jisung.

"Kau sudah tahu video sex guru olahraga dan salah satu murid dari kelas kita itu? Video itu tersebar luas di dalam sekolah kita" ucap Felix pada Jisung yang duduk di sebelahnya.

"Tidak, aku tidak peduli dengan hal seperti itu" jawab Jisung datar. Pandangannya ia alihkan ke luar jendela, melihat banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang pagi ini.

"Kau memang tidak peduli. Tapi kau punya sahabat yang sangat peduli dengan masalah seperti ini. Lalu kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ku dengar dari teman Yeonjun,  murid perempuan itu bunuh diri karena guru itu tidak mau bertanggung jawab"

"Seharusnya dia tahu resikonya. Apa dia dari kelas paling bawah?" Jisung mengalihkan pandangannya ke arah Felix setelah mendengar cerita Felix tadi.

"Ya, kalau dia dari dari kelas 1, 2, 3, dan 4, tentu dia tidak akan meminta pertanggungjawaban melainkan nilai yang tinggi" jawab Felix sembari tertawa kecil.

"Lalu bagaimana sekolah menyikapinya?"

"Ku dengar sekolah berusaha menutupinya, kau tahu sendiri sekolah itu punya yeah semacam keistimewaan terlebih di bawah kendali kekasihmu si Yeonjun itu. Tentu Yeonjun tidak akan membiarkan orang luar tahu kebusukan tentang sekolah neraka itu" Felix menoleh sebentar ke arah Jisung dan tersenyum tipis.

"Ya, kau benar. Bahkan sampai sekarang tidak ada yang tahu bahwa masuk ke sekolah itu sama saja dengan mengantarkan nyawa mereka sendiri" suara Jisung memelan di akhir kalimat nya.

"Ngomong-ngomong bagaimana permainan kekasih gelap mu itu kemarin?" Felix mengubah topik pembicaraan mereka setelah melihat raut wajah Jisung yang berubah sendu.

"Kekasih gelap?" Jisung mengerutkan keningnya menatap Felix, sedikit bingung dengan maksud Felix.

"Iya, kau dan Jaemin kan pacaran diam-diam tanpa sepengetahuan Yeonjun"

"Lebih tepatnya hanya partner, aku butuh keistimewaan yang ada dalam diri Jaemin untuk menyelesaikan masalah ini dan Jaemin butuh aku untuk membantu nya. Dan kemarin kami masih belum melakukan apa-apa, mungkin lain waktu aku akan memberitahu mu jika sudah merasakan penisnya"

Felix tertawa mendengar ucapan Jisung. Ia memang tidak terlalu berharap Jaemin bisa membuat Jisung mau melakukan hal seperti itu dengan mudah.

"Dia orang baik. Dia tidak memaksa ku untuk melakukan itu" Jisung berucap lagi. Tanpa sadar ia tersenyum mengingat kejadian kemarin. Dan pemandangan langka itu tidak luput dari penglihatan Felix.

"Bukalah sedikit hatimu untuk nya, mungkin dia malaikat yang kau tunggu untuk membawa mu keluar dari kegelapan yang mengurung mu selama ini" saran Felix yang di respon helaan napas panjang dari Jisung.

"Aku tidak tahu, Felix. Saat di dekatnya aku memang merasa tenang tetapi disaat yang bersamaan juga aku merasakan panas seperti di neraka"










Sementara itu di perpustakaan...

"Aku sungguh tidak mengerti dengan dirimu, Jaem. Kau menarik ku ke perpustakaan hanya untuk menonton video porno, kenapa kita tidak menonton saja di kelas? Tidak perlu sembunyi-sembunyi begini" kesal Lucas karena Jaemin menariknya ke dalam hal yang menurut nya tidak penting namun walaupun begitu matanya tetap mengarah ke arah ponsel Jaemin yang sedang menayangkan video porno beberapa menit itu.

"Dari sini dapat kita simpulkan murid perempuan yang meninggal bunuh diri itu memang menyukai guru olahraga itu tetapi disini terlihat ia melakukan hal seperti ini dengan terpaksa" ucap Jaemin setelah lama diam mendengarkan ocehan Lucas.

Lucas menatap Jaemin sebentar dengan ekspresi tidak percaya. Ia pikir Jaemin diam sedari tadi karena menikmati desahan yang keluar dari mulut murid perempuan itu tetapi kenyataannya Jaemin hanya ingin memastikan alasan apa yang membuat murid perempuan itu bunuh diri.

"Iya, tapi Yeonjun malah membuatnya kalau perempuan itulah sumber masalahnya padahal kan si guru olahraga itu. Tapi bagaimana kau masih bisa mendapatkan video ini, bukankah pihak sekolah sudah menutupinya?" Lucas menatap Jaemin penasaran.

"Rahasia" Jaemin menyeringai tipis yang membuat Lucas memutar bola matanya malas.

"Seharusnya aku sudah tidak perlu terkejut karena kasus seperti ini dimana malah korban yang menjadi pelaku dan pelaku yang menjadi korban di sekolah ini bukan kali ini saja, tetapi tetap saja aku selalu terkejut saat mendengar nya" ucap Lucas yang direspon anggukan singkat oleh Jaemin.

"Itulah gunanya uang dan kekuasaan. Nafsu adalah alasan banyak manusia melakukan tindakan yang salah"

"Orang seperti itu seharusnya bisa mendapatkan hukuman yang pantas" ucap Lucas yang direspon seringai kecil oleh Jaemin.

"Mereka pasti mendapatkan nya, tergantung siapa yang akan mendapatkan nya lebih dulu" Jaemin tertawa kecil di akhir kalimat nya.

"Ngomong-ngomong bagaimana kau dan Jisung kemarin?" Lucas mengalihkan pembicaraan saat teringat Jaemin pergi menemui Jisung kemarin.

"Sebatas menemaninya mengerjakan tugas, dia belum siap untuk melakukan itu. Aku juga tidak ingin memaksanya" jawab Jaemin datar sembari memainkan ponsel nya.

"Jisung itu masih bagian dari orang jahat itu. Apa kau sungguh ada perasaan padanya?"

Keheningan menyelimuti mereka berdua setelahnya karena Jaemin seperti tidak ingin menjawab pertanyaan Lucas. Sedang Lucas sendiri yang merasa canggung berdehem singkat untuk mengurangi rasa canggungnya karena atmosfer aneh itu.

"Jisung itu tidak jahat, dia hanya pintar menempatkan dirinya ke dalam hal yang menguntungkan nya. Dan untuk urusan hati ku, aku belum menemukan jawaban yang tepat. Tapi yang pasti aku membutuhkan Jisung untuk membalas dendam"

'Dan membuat jalan jiwa orang-orang sakit di sekolah ini lebih mudah menuju neraka'





























TBC.

See You

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria



Hell School 🔞حيث تعيش القصص. اكتشف الآن