10. Kekuatan Penyembuhan

9 4 0
                                    

Akhirnya hari ini selesai juga. Aku sudah kembali berbaring di atas kasurku setelah semua temanku termasuk Kak Videl pulang dari rumahku.

Aku masih memikirkan pembicaraan kami di meja makan. Bisa-bisanya ayah mengira diriku dan Kak Videl itu pacaran. Padahal kami saja baru kenal tidak sampai seminggu. Aku bahkan tidak tau kalau Kak Videl itu manusia atau bukan!

"Hah..." Aku menghela nafas panjang mimikirkan kejadian hari ini.

Sebenarnya aku juga tidak akan menolaksih kalau berpacaran dengan Kak Videl. Selain dia tampan, Kak Videl juga bisa diandalkan.

Yang membuatku kesal adalah sikap ayahku yang langsung menarik kesimpulan, ditambah lagi Kak Videl juga tidak membantah kesimpulan itu!

Padahal Kak Videl saja belum pernah menyatakan suka padaku. Setidaknya kalau pacaran bilang dulu kek kalo punya rasa denganku!

"Huh! dasar makhluk aneh!" Keluhku.

****
Esok paginya, aku terbangun dengan wajah yang masih agak lelah.

Ohiya, kebetulan kalau hari ini adalah hari libur. Jadi aku tidak perlu berangkat ke sekolah. Tapi, aku merencanakan untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Pak Dery.

"Mandi dulu ah abis itu berangkat." Pikirku.

Aku tidak ingin terlalu siang untuk menjenguk Pak Dery. Jika terlalu siang, rumah sakitnya pasti akan ramai dengan pasien.

Kalian masih ingat Pak Dery kan? Dia itu supir pribadiku yang diserang oleh para penculik sebelum mereka menculikku.

Begitu aku selesai siap-siap, aku langsung turun kebawah untuk sarapan sebentar. Makanku tidak banyak, hanya roti yang dioles dengan selai strawberry.

"Hai Luna!" Suara itu terdengar begitu aku keluar dari pintu rumah.

Kak Videl rupanya yang memanggilku. Hari ini ia berpakaian casual dengan celana jeans dan jaket hoodie hitam di tubuhnya.

"Kak Videl?! Kakak ngapain pagi-pagi ada disini?!" Tanyaku.

"Aku kan sekarang jadi body guardmu, tentu saja aku ada disini. Kamu mau pergi kemana hari ini?" Kak Videl sepertinya menyadari jika aku ingin pergi ke suatu tempat.

"Aku mau ke rumah sakit kak untuk melihat keadaan Pak Dery." Jawabku.

"Oh oke, aku akan ikut bersamamu." Jawab Kak Videl.

Kami berdua akhirnya berangkat ke rumah sakit diantar driver ayahku.

****
"Non, saya nunggu di parkiran sana ya!" Kata Driver ayahku sambil menunjuk kearah barisan mobil yang terparkir di dalam rumah sakit.

"Oke pak!" Jawabku.

Saat ini kami sudah tiba di rumah sakit. Aku dan Kak Videl langsung masuk kedalam untuk mencari kamar inap Pak Dery.

Kami pun menghampiri bagian administrasi untuk menanyakan nomor kamarnya.

"Bu, pasien atas nama Dery Liani kamarnya ada dimana ya?" Tanyaku pada salah seorang wanita yang terlihat sudah agak tua.

"Sebentar ya, saya carikan dulu." Jawab wanita itu.

Wanita itu berpindah melihat ke komputer di sampingnya. Matanya dengan teliti melihat layar komputer itu.

"Ini kamarnya nomor 307 di lantai 3." Kata wanita itu setelah beberapa saat matanya terfokus pada layar komputer.

"Okee, terimakasih Bu!" Balasku.

Aku dan Kak Videl pun menggunakan lift untuk mencapai lantai 3 rumah sakit ini.

"305... 306... 307! Ini kamarnya!" Kataku.

DARK WINGSWhere stories live. Discover now