9. Satu Lawan Sepuluh

9 5 1
                                    

"Aku saja sudah cukup untuk menjaga Luna." Kata Kak Videl pada ayahku dengan penuh percaya diri.

"Anak kecil sepertimu mana mungkin bisa membantu Luna ketika ia diserang seseorang!" Jawab ayahku kesal.

"Kita belum taukan kalau belum dicoba!" Balas Kak Videl.

Kak Videl lalu berjalan perlahan menuju para bodyguard yang sedang berbaris menunggu perintah ayahku.

"Bapak-bapak sekalian, mari kita sparing!" Kata Kak Videl kepada para bodyguard itu.

Para bodyguard terlihat bingung dengan ucapan Kak Videl dan menatap kearah ayahku.

"Hmph." Suara ayahku sambil menggelengkan kepalanya kekanan, pertanda memberikan ijin untuk mereka bertarung.

"Majulah nak!" Salah seorang bodyguard memisahkan diri dari barisan untuk menghadapi Kak Videl.

"Hmm aku bukan ingin bertarung one on one, langsung maju sekaligus saja!" Jawab Kak Videl.

Ucapan Kak Videl itu membuat para bodyguard yang berjumlah 10 orang itu memasang wajah kesal. Mereka merasa diremehkan oleh seorang anak SMA.

"Kak!" Teriakku khawatir.

Aku bukannya takut kalau ia akan terluka, tapi aku takut para body guard ini justru dibunuh oleh Kak Videl.

"Tenang saja, aku bisa mengendalikan kekuatanku." Jawab Kak Videl di dalam kepalaku.

"Jangan sok jagoan kamu!" Teriak seorang bodyguard.

Akhirnya 3 orang bodyguard maju melawan Kak Videl.

Aku bisa melihat wajah Kak Videl yang masih tenang berjalan mendekati mereka. Ia terlihat tidak takut sama sekali menghadapi 3 orang bodyguard bertubuh besar itu. Masing-masing dari mereka memiliki tubuh yang mungkin satu setengah kali lebih besar dari Kak Videl.

"Haa!" Seorang body guard melancarkan sebuah pukulan kearah Kak Videl.

*Plak* *bruk*

Kak Videl berhasil menangkis serangannya lalu menjatuhkan bodyguard itu.

Setelah ia menangkis serangannya, Kak Videl meraih tangan bodyguard yang digunakan untuk memukul lalu memutar dan meletakkan tangan itu ke punggung bodyguard dan setelah itu mendorongnya ke tanah.

"Sudah ku duga, kalau hanya sendiri itu terlalu mudah bagiku." Kata Kak Videl sambil menoleh kearah ayahku lalu kearah para bodyguard lainnya.

"Haa!!" Kali ini kedua bodyguard yang masih berdiri menyerang Kak Videl bersamaan.

*Duarr!"

Kak Videl menghindari serangan mereka berdua. Kemudian ia dengan cepat meletakkan kedua telapak tangannya ke wajah masing-masing bodyguard. Dengan tenaganya, ia mendorong tangan yang ada di wajah bodyguard itu hingga kedua bodyguard itu terjatuh dengan suara yang agak keras.

"Dengan ini tersisa tujuh lagi." Kata Kak Videl sambil tersenyum kearah para bodyguard.

"Busett!! Ini orang kuatnya nggak main-main!" Teriak Brian yang daritadi hanya diam menyaksikan.

"Lun! aku percaya kalau Kak Videl beneran nolongin kamu waktu kamu di culik kemarin!" Kata Vira yang berdiri di sebelah Brian.

"Ha..ha...ha..." Aku berpura-pura tertawa menyauti komentar mereka berdua.

"Anak ini yang menyelamatkanmu ketika kamu di culik kemarin?" Tanya ayahku.

Sepertinya ayah nendengarkan ucapan Vira barusan, makanya ia bertanya padaku.

"Iyaa yah." Jawabku.

"Kenapa nggak cerita dari kemarin! Tau gitu ayah nyuruh anak ini aja buat jagain kamu!" Kata Ayahku.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang