7. EH?!

37 22 5
                                    

Pagi hari ini aku berangkat sekolah bersama ayahku karena pak Dery masih di rumah sakit untuk perawatannya.

"Luna, hari ini ayah akan mencarikan bodyguard untukmu dan besok mereka akan mulai menjagamu." Kata Ayahku.

"Iyaa, yah. kalau Luna menolak tetap tidak boleh ya?" Tanyaku.

"Nggak bisa, ini demi keselamatanmu juga. Ayah tidak mau kejadian seperti kemarin terulang lagi. Nanti pulang sekolah biar driver ayah yang menjemput kamu." Jawab ayahku.

Aku sudah menduganganya kemarin. Pasti ayahku tetap tidak mau jika aku pergi kemanapun tanpa penjagaan bodyguard.

Kejadian kemarin itu sepertinya sangat mengkhawatirkan untuk kedua orang tuaku. Aku tau sih kalau orang tuaku adalah orang terkaya saat ini, jadi mungkin memiliki banyak musuh. Tapi aku tidak mengira kalau aku bisa sampai diculik seperti kemarin.

"Pak ini sudah sampai sekolahnya." Kata driver ayahku.

"Luna duluan ya ayah." Kataku lalu menyalimi tangan ayahku.

"Inget ya nanti driver ayah yang jemput kamu." Kata ayahku sebelum aku keluar dari mobil.

Aku lalu berjalan menuju gerbang sekolah. Ketika aku berjalan, aku melihat banyak siswa perempuan yang melihat kearahku.

"Hari ini penampilanku lagi lucu atau gimana deh?" Pikirku.

Aku tidak bisa mendengar isi pikiran mereka seperti Kak Videl, jadi aku hanya bisa mengira-ngira.

"Lun!!!" Terdengar suara teriakkan perempuan ada di belakangku.

Merasa namaku dipanggil, akupun menoleh ke belakang. Aku melihat Vira dan Brian yang baru sampai di sekolah juga.

"Kenapa vir?" Tanyaku sambil menghampiri mereka.

"Kamu abis ngapain sama Kak Videl?!" Tanya Vira dengan wajah yang penuh dengan rasa penasaran.

"Hah?? Apaan???" Aku bingung mendengar pertanyaan Vira.

Padahal kemarin aku dan Kak Videl seharusnya tidak terlihat oleh siapapun. Apa jangan-jangan ada yg melihatku diculik?

*Plak*

"Tuhkan dia bingung, makanya kalau nanya tuh kasih tau informasinya dulu!" Brian yang melihat kami berdua akhirnya ikut bicara setelah memukul pelan kepala Vira.

*Plak* *Plak*

"Kamu nih kebiasaan mukul kepala aku mulu!" Jawab Vira setelah membalas Brian dengan 2 pukulan di kepala.

"Yaa maaf! abisnya geregetan." Sahut Brian.

"Eh ini kasih tau dulu dong konteksnya apaan? jangan malah pada berantem!" Kataku sambil melerai mereka berdua.

Vira mengeluarkan ponselnya dan memberikannya padaku.

"Ini liat! anak-anak sekolah pada ngeliatin kamu semua kan tadi? Itu tuh gara-gara ini!" Kata Vira sambil memperlihatkanku akun instagram Kak Videl lewat ponselnya.

"Tadinya instagram Kak Videl cuma follow 1 orang selebgram yang namanya Asm0deus. Sekarang followingnya nambah 1 dan itu kamu!" Brian menjelaskan.

Aku termenung setelah mendengar penjelasan Brian. Masasih gara-gara aku di follow Kak Videl, semua siswa perempuan di sekolah pada ngeliatin aku?

"Nah sekarang jawab! kenapa bisa Kak Videl follow kamu?!" Tanya Vira mendesak.

"Itu...." Belum selesai aku bicara, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang.

"Hai!" Suara seorang laki-laki terdengar di telingaku.

Aku melihat raut wajah Vira panik seperti melihat hantu, sementara mata Brian melotot seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Akupun menoleh dan akhirnya tau alasan kenapa tingkah mereka seperti itu.

Ternyata orang yang menepuk pundak dan menyapaku adalah Kak Videl! Pantas saja mereka berdua terlihat seperti itu.

"Pa-pagi kak!" Sapa Vira yang masih terlihat panik.

"Halo kak." Brian juga ikut menyapa walupun aku tau sebenarnya dia juga masih kaget.

"Kak Videl ngapain disini?" Tanyaku.

"Hmm? Aku kan sekolah disini, ya jelas aku lewat gerbang ini dong kalau masuk sekolah." Jawab Kak Videl sambil tersenyum melihatku.

Aku tau mungkin maksudnya menemui kami agar aku tidak lupa dengan janjiku untuk merahasiakan kemampuan yang dimiliki Kak Videl.

"Aku masuk duluan deh ya, kalian sepertinya masih ingin membicarakan sesuatu." Lanjut Kak Videl lalu berjalan meninggalkan kami.

*Plak*

"Cerita nggak kamu!" Kata Vira yang tiba-tiba memukul lenganku.

*Clap* *clap* suara tepuk tangan Brian.

"Aku nggak ngapa-ngapain!" Jawabku sambil mengelus lengan yang dipukul Vira.

"Hebat kamu lun, orang kayak es batu gitu bisa tiba-tiba ramah ke kamu." Kata Brian kagum.

"Aduh pokoknya nanti di kelas kamu harus cerita! Sekarang kita masuk dulu, itu anak-anak yang lain makin intens ngeliat kesini." Kata Vira lalu menarik tanganku dan membawaku berlari masuk ke gedung sekolah.

"Woi!! Tungguin kali!" Teriak Brian yang tertinggal di belakang.

****
Saat jam istirahat, aku akhirnya menceritakan kejadian yang menimpaku kemarin. Dari mulai aku diculik sampai ditolong oleh Kak Videl. Tapi tentu saja aku tetap merahasiakan tentang kekuatan dan juga sayap milik Kak Videl.

"Wah gila juga tuh si es batu, 7 orang beneran KO sama dia?" Tanya Brian dengan wajah terkagum-kagum.

"Berisik deh Brian! orang lagi makan juga. Tuh muncrat-muncrat kuah baso-nya!" Protes Vira melihat tingkah Brian.

"Yaudahsih, kan yang muncrat kuahnya doang bukan baso-nya!" Balas Brian.

"Ini orang kalau dibilangin ngelawan mulu ehmm." Vira mencubit perut Brian.

"Sakit woi!!!" Keluh Brian.

"Hahaha kalian kalau diliat-liat kayaknya cocok deh berdua." Celetukku yang dari tadi melihat tingkah mereka berdua.

"Nggak!!!" Jawab Vira dan Brian bersamaan.

"Tuhkan! Hahahha!" Kataku sambil tertawa.

Aku tau mereka selalu bertengkar, tapi melihat mereka menjawab celetukkanku dengan jawaban dan waktu yang bersamaan membuatku tambah merasa kalau mereka berdua itu memang cocok.

"Eh tapi serius lun, Kak Videl beneran nolongin kamu?" Tanya Brian.

"Iya bener kok. Tapi tolong di rahasiakan ya, aku gamau satu sekolah tau kalau kemarin aku diculik." Jawabku.

"Iyaa, santai." Jawab Brian.

"Kalau itu gelang juga dikasih sama Kak Videl?" Tanya Vira sambil melirik ke pergelangan tanganku.

Sepertinya Vira memang peka. Ia mungkin tau kalau aku baru mulai mengenakkan gelang ini hari ini.

"Iya, itu aku yang kasih." Terdengar suara familiar di belakangku.

Aku tau pemilik suara ini. Karena suara ini juga yang aku dan teman-temanku dengar pagi tadi.

"Kak Videl?!" Celetuk Vira yang duduk bersama Brian di Sebrangku.

"Hai! aku ikutan makan disini ya." Jawab Kak Videl sambil meletakkan piring berisi spagetti di meja kami.

"Oh silahkan kak." Kata Brian mempersilahkan.

"Kalian tadi lagi bahas gelang ini kan? Ini emang aku yang kasih. Wajarkan kalau seorang pemilik memberikan tanda pengenal ke sesuatu yang merupakan miliknya." Jawab Kak Videl sambil menunjuk gelang yang ada di pergelangan tangan ku.

"Eh?!" Sekali lagi Vira dan Brian membuka mulutnya bersamaan.

"Hah?!" Akupun ikut bingung dengan penjelasan Kak Videl.

Kami melihat kearah Kak Videl, tapi ia hanya tersenyum melihat wajah kebingungan kami.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang