"DADDY!"

Samuel tertawa saat Mora berteriak sambil bertolak pinggang, matanya melotot membuat kesan lucu di mata Samuel. Kapan terakhir dia mengerjai putrinya itu?

"Apa?" tanya Samuel mengangkat alisnya sebelah.

"Mora bukan beban, ya! Mora itu cuma numpang hidup sama daddy sebelum Mora menemukan jodoh Mora."

"Kalau udah ketemu sama jodoh kamu, kamu gak akan tinggal sama daddy lagi?"

Mora mengangguk dengan semangat, "iya lah. Nanti Mora bakal tinggal di rumah jodoh Mora."

"Sama aja dong, beban. Bedanya kalau sekarang kamu jadi beban daddy, kalau nanti kamu jadi beban jodoh kamu."

Mora menghentak-hentakan kakinya, "ih daddy!! Ngalah kek sama anak.  Bikin kesel aja."

"Lihat tuh, kamu masih gak mah bantuin aku? Aku udah dicerca sama daddy, tapi kamu masih diem aja." kata Mora pada Alexo.

"Hubungannya sama Alexo apa? Mau kamu daddy bunuh juga gak ada urusannya sama Alexo, kamu kan masih tanggung jawab daddy."

"Ada lah, kan yang jadi jodohnya Mora itu Alexo. Kalau Mora mati, kasihan dong Alexo gak akan merasakan malam pertama."

Samuel tertawa remeh mendengar ucapan anaknya itu, "kayak Alexo mau aja sama kamu?!"

Freya menghela napasnya pelan, kenapa kedua orang ini tidak pernah mau berhenti berdebat? Dan yang membuat Freya heran, selalu ada aja topik perdebatan mereka.

Tapi giliran jauh satu sama lain, pasti saling menanyakan kabar. Selalu bilang kangen, tapi pas udah ketemu kayak kucing sama anjing.

"Udah lah, dad. Kamu usil banget sama anaknya. Lihat tuh mukanya udah kayak baju belum disetrika, kusut."

"Mommy sebenarnya niat bantuin aku atau enggak?"

Freya terkekeh, mungkin Samuel selalu mengerjai anaknya ini karena ekspresi yang dikeluarkan Mora saat kesal sangat lucu. Jadi sangat disayangkan kalau harus dilewatkan.

"Mommy niat bantuin, dek. Udah sana pergi sama Alexo. Kasihan dia udah nunggu kepastian dari kamu."

Mora menatap Alexo yang juga sedang menatap dirinya, mata Mora melotot. "Apa kamu lihat-lihat?"

Alexo kaget? Jelas. Mora tiba-tiba melotot di depan wajahnya. Tangan Alexo memundurkan wajah Mora dari depannya wajahnya. "Pengen aja sih."

"Kamu mau ajak aku jalan kemana?"

Alexo mengangkat bahunya acuh, "terserah kamu" kata Alexo bercanda.

Mora menghela napasnya kasar, "please ya Exo, jangan buat aku mengeluarkan jurus yang membuat kamu tidak bisa berkutik lagi!"

"Jurus apa emang yang bisa buat aku gak berkutik?"

Mora menatap remeh tunangannya, "memutuskan hubungan pertunangan kita!"

°°°°

"Mas, aku mau melihat Sandra dulu." kata Sinta beranjak dari kasur.

Revan menatap istrinya itu, tubuhnya masih bergulung dengan selimut untuk menutupi tubuh polosnya. "Ngapain lihat dia?"

Tanpa memperdulikan Revan yang berada satu ruangan dengannya, Sinta memakai bajunya di dalam kamar. "Cuman pengen lihat aja, boleh kan?"

Revan mengangguk, tidak masalah. Lagian dia yakin jika Sinta tidak mungkin melepaskan Sandra.

Setelah melihat suaminya mengangguk, Sinta langsung pergi keluar kamar dan berjalan menuju ruang bawah tanah. Sinta disambut dengan anak buah Revan yang memang bertugas menjaga ruangan bawah tanah.

"Nyonya, ada keperluan apa datang kesini?"

Sinta menatal sinis bodyguard yang menjaga ruang bawah tanah. "Memangnya kamu siapa sampai berani bertanya seperti itu kepada majikanmu?!"

Bodyguard itu menunduk, "maaf atas kelancangan saya, nyonya."

Sinta langsung masuk tanpa menghiraukan kedua bodyguard itu.

Hal yang pertama Sinta lihat saat membuka pintu adalah pemandangan dimana orang yang memiliki wajah yang serupa dengannya dalam kondisi terikat.

"Gimana rasanya dikurung selama belasan tahun, kakak?"

Sandra menatap tajam adik kembarnya itu, dia tidak menyangka jika dibalik penculikannya dulu adik kembarnya ikut terlibat.

"Kamu akan merasakan apa yang pernah aku rasakan Sinta!"

Plakk..

Sinta menatap kakaknya yang memalingkan wajahnya karena tamparan dari dirinya. Wajah Sinta terlihat panik, kemudian dia tertawa begitu lebar.

"Kakak, bagaimana caranya kamu membalasku jika kamu saja dalam keadaan terikat seperti ini, hm?"

Sandra menatap bengis pada Sinta, "Lihat saja. Tidak akan lama lagi, kamu akan merasakan apa yang aku rasakan Sinta." ucap Sandra dengan senyum yang menurut Sinta sangat menyebalkan kerena terlihat meremehkan dirinya.

Sinta mengeraskan rahangnya, tatapan meremehkan dari Sandra membuat jiwa iblis dalam dirinya bergejok. Tangan Sinta mencengkram dagu kakaknya, "sebelum kakak melakukan itu, aku duluan yang akan menghabisi dirimu!!"

Sandra menatap Sinta dengan tajam, dagunya seperti akan patah karena kuatnya cengkraman Sinta. Senyum meremehkan kembali Sandra perlihatkan, dan itu membuat Sinta murka.

Tangan Sinta terangkat untuk memukul wajah menyebalkan kakaknya itu.

Bugh.

_______

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang