Episode 23 : The Enlightment

48 5 18
                                    


Ingatan Leo kembali ke beberapa minggu yang lalu. Satu hari sebelum kematian Ferdian.

Leo menatap pria itu dengan tatapan bengis. Dia kemudian menyunggingkan senyum sarkasnya pada pria berumur penghujung dua puluhan itu sambil mengangkat gelas kopinya dan berkata, "Jangan sekali-kali bohongi Tarumanagara. Saya peringatkan Anda, Ferdian Atmajaya."

"Ini cuman ...," Ferdian yang wajahnya sedikit menegang kini menggigit bibirnya dan berkata, "Anda tahu ... Perusahaan biasanya merubah format neraca perdagangan sedikit agar likuiditas perusahaan bisa terlihat lebih cair dan lebih sehat sehingga—"

"Kamu kira kamu bisa menipu saya?" Leo menatap Ferdian dengan tatapan tajam. Membuat pria itu jadi semakin grogi dan salah tingkah akibat intimidasi yang dia dapatkan dari Leo.

"Pak Leo, saya sungguh bisa jelaskan semua ini. Saya—"

"Perusahaan Atmajaya me-mark up harga mesin sebesar dua puluh lima persen, lalu memasukannya di neraca perdagangan dibawah angka buku. Apa namanya kalau bukan penipuan besar-besaran?" Leo menatap sengit Ferdian sambil menggebrak meja di depannya.

'Brak-brak-brak!' meja itu dipukul-pukul tangan Leo yang menekankan seberapa marahnya dia kepada orang yang ada di depannya.

"Pak Leo ... Saya sudah berusaha untuk menjelaskan kepada semua pihak kalau penawaran harga baru akan disepakati di MoU yang akan diadakan akhir Januari ini. Tapi mereka memaksa saya untuk yakin kalau angka ini sesuai—"

"Lari kemana sisa dua puluh lima persen uang ini, Ferdian?"

"...." Ferdian tidak menjawab.

"Kemana?"

".... Pak Leo."

"KEMANA?!"

".... SAYA TIDAK TAHU MENAHU, PAK LEO. SAYA ADA DI BAWAH TEKANAN!!!"

'brak!'

Leo menggebrak meja sekali lagi dan kini meraih kerah leher Ferdian dengan penuh emosi. Pria itu lantas menekan tubuh Ferdian ke arah tembok dan meraih rahang pria itu seraya berkata, "Kamu calon CEO dari Atmajaya Group. Dan sebagai anak perusahaan Tarumanagara ..., Kamu tahu kan, kamu harus mendapatkan restu dari saya agar kamu bisa naik tahta dengan aman?"

"Pak Leo ...," Ferdian kini nampak menangis, dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Tolong bantu saya agar keluar dari krisis ini, Pak Leo. Kalau mereka sampai menjalankan rencananya, saya akan menjadi tumbal proyek ini. Saya mohon, Pak Leo. Saya masih ingin menikahi kekasih saya. Saya masih ingin hidup ....,"

"Makanya. Kerjakan tugasmu dengan benar. Saya tidak memasangkan kamu sebagai negosiator antara Guangzhou dan pihak kita hanya untuk mendengar omong kosong kamu, Ferdian." Leo mengancam pria itu dengan sengit.

"Pak Leo ...,"

"Kamu harus menentukan pilihan, anak muda ...," Lelaki itu mengelus bahu Ferdian yang nampak ketakutan, "Apa kamu mau ada di pihak pemenang seperti saya, atau kamu mau ada di pihak pecundang ....,"

"Di mana uangnya kalau begitu sekarang, Ferdian." Tanya Leo dengan tenang sekali lagi sambil mencekik leher Ferdian dengan sadis.

"Se-se-sebenarnya ... Pak, Leo ...,"

"Katakan yang sebenarnya ....,"

"Saya curiga kalau uang itu sudah dipindahkan oleh Anthony Hartono."

"Kenapa bisa ada di tangan Anthony Hartono?"

"Karena dialah orang sebenarnya yang punya koneksi dengan Perusahaan Guangzhou, Pak. Dialah yang selama ini berkomunikasi dengan Guangzhou mengenai proses transfer teknologi sekaligus yang bisa menetapkan harga dengan Guangzhou." Ferdian menjelaskan.

Whisper To Me [COMPLETE]Where stories live. Discover now