Episode 14 : Sport Day

55 8 62
                                    


Anna terbangun karena teriakan Ramsey dan Max yang melengking. Seperti biasa –mereka sedang bermain-main dan mengisengi sama lain tak kenal waktu sedikitpun. Dia melirik jam, waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.

Ia buru-buru bangkit dari kasurnya dan membereskan kasur seperti hari kemarin. Keributan itu lagi-lagi terjadi, batin Anna yang mulai mengerti bahwa ribut adalah kultur keluarga ini. Dia lantas turun ke bawah dan melihat Ramsey serta Max yang sedang mengganggu satu sama lain di dapur, saat kepala keluarga Soedrajat nampak sedang mencuci potongan udang.

Satu pertanyaan yang ia tanyakan saat itu ialah, di mana Leo sekarang?

"Cari Leo?" tanya mertuanya kepada Anna.

Anna mengangguk dan menjawab pelan, "Iya ...,"

"Leo sedang pergi dulu ke luar untuk mengambil beberapa peralatan yang dibutuhkan mobilnya. Dia mau reparasi mobil hari ini. Jadi toko akan tutup untuk satu hari," ujar bapaknya Leo menjelaskan.

Sepagi ini pria itu sudah keluar? Anna heran tapi tidak terkejut sama sekali. Leo memang kadang pergi dan pulang tanpa izin apalagi berpamitan dan memberi kabar. Tapi meninggalkannya di rumah mertuanya ini adalah suatu kecanggungan yang luar biasa bagi Anna. Bagaimana ia harus bersikap agar tidak salah dan tidak menimbulkan kesan buruk pada keluarga Leo? Anna berfikir keras. Bukannya ibunya tidak memberitahu apa yang harus ia lakukan sebagai menantu, namun kultur serta budaya keluarga Atmajaya dan keluarga Soedrajat ini sangat berbeda sehingga Anna kadang tidak tahu bagaimana cara menempatkan diri.

Seperti saat ini, ia melihat baba sebagai kepala keluarga justru sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Di keluarganya dan keluarga Atmajaya, semua sangat berbeda. Para laki-laki di kedua keluarga itu, jangankan memasak, menyentuh dapur juga tidak pernah. Semua ini berbanding terbalik dengan keluarga Leo yang serba mandiri dan serba melakukan semuanya sendiri. Bahkan, anak-anak seusia Max dan Ramsey pun sudah dilatih sedemikian keras untuk bisa berdagang dan bisa mengerjakan tugas rumah --sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terjadi di hidup Anna.

"Cici Anna baru bangun?" tanya Max di situ. Ia mengangguk pelan dan hanya tersenyum pada bocah kelas 5 SD itu.

"Cici .. Hari ini aku mau main badminton di lapangan kampung." Ramsey berujar.

"Wah? Kamu bisa main badminton?" seru Anna penasaran.

"Iya dong!" Ramsey menjentikkan jarinya, "Itu olahraga kesukaan Ramsey."

"Kalau Max?"

"Max sukanya renang. Tapi kalau Max disuruh main badminton sama Ramsey, pasti menang terus kok, Ci!"

"Huuuuuu!!! Tukang bohooong!" Ramsey menyoraki kakaknya dengan pandangan tidak senang. Mereka berdua memang sangat cepat bertengkar tapi cepat pula rukunnya.

Baba kemudian berkata, "Ayo kalian! Sapu dan pel dulu rumah kalau mau dikasih uang jajan sama baba buat di GOR nanti!"

"GOR? Apa itu GOR?" bisik Anna kepada anak-anak yang ada di sampingnya.

"Aduh, Ciiii! Itu tuh singkatan dari gelanggang olah raga! Masa gitu aja enggak tahu!" Max kini mengomeli Anna.

"Iya. Memangnya cici Anna tidak pernah pergi ke GOR ya?" tanya Ramsey pada Anna.

Anna menggeleng, "Belum ...,"

"Kalau begitu ... Ayo, cici ikut juga Max dan Ramsey ke GOR!" ucap Ramsey antusias.

Max mengangguk-angguk dan menepuk tangannya sendiri, "Iya. Nanti cici bisa lihatin aku sama Ramsey main badminton sambil jagain botol minum kita!"

"Betul itu betul ... Biar enggak disembunyiin lagi sama anak-anak nakal itu tuh!" Ramsey berujar ketus.

Whisper To Me [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang