Setelah Kiara meneliti si perempuan, dia sedikit ragu dengan fikirannya tadi. Karena seingat Kiara, kemarin dia memakai kemeja berwarna navy. Tapi di foto itu, si perempuan terlihat memakai dress merah maroon. Dia juga terlihat sedikit lebih tinggi dari Kiara.

"Dir. Ini kok kayanya bukan gue, ya" ujar Kiara yang masih meneliti foto di depannya saat ini.

"Gue kata juga apa. Itu bukan lo. Kan lo kemaren ke sana pake kemeja, bukan pake dress gini"

"Terus ini siapa, Dir?" Tanya Kiara sembari menatap wajah Dira.

"Ya kalo lo tanya gue, terus gue tanya siapa? Harusnya gue yang tanya sama lo. Kan lo calon istrinya-"

Kiara menutup mulut Dira waktu melihat ada Pak Andra yang sedang berjalan ke arahnya. Dosennya itu terlihat membawa sebuah kertas di tangannya. Sepertinya dia akan memasuki kelas Kiara.

"Kiara, Dira. Kenapa masih di luar? Ayo masuk. Saya akan membagi kelompok dan dosen pembimbing skripsi untuk kalian"

Kiara dan Dira langsung membelalakkan matanya. Mereka berharap semoga tidak mendapat dosen pembimbing yang galak seperti Pak Taeha.

"I-iya, pak. Ayo, Dir"

Suasana ruang kelas Kiara terlihat tegang ketika Pak Andra mulai menyebutkan nama-nama mahasiswa beserta dosen pembimbing skripsinya. Beberapa orang sudah bisa bernafas lega karena mereka mendapatkan dosen pembimbing yang mereka inginkan. Tapi ada juga sebagian orang yang menghela nafas kecewa karena mendapat dosen pembimbing yang tidak mereka harapkan.

"Kanaya Stephanie, Syakira Darydaffa, Arsel Devano , sama Hamdan Hakiki. Kalian pembimbing skripsinya saya"

Ke empat orang itu langsung bersorak gembira saat nama-nama mereka terpilih untuk di bimbing oleh Pak Andra. Lain halnya dengan Kiara. Gadis itu langsung berdecak kecewa saat namanya tidak ikut di sebut oleh Pak Andra.

"Kiara kali, pak. Bukan Kanaya" ujar Kiara tidak terima.

"Kanaya Stephanie, bukan Kiara Anastasya" jawab Pak Andra.

Kiara langsung mengerucutkan bibirnya. Padahal dia berharap jika Pak Andra lah yang menjadi dosen pembimbingnya. Tapi ternyata harapannya itu harus pupus begitu saja.

"Selanjutnya. Untuk nama-nama yang saya sebutkan ini, kalian akan di bimbing oleh Pak Taeha Dirgantara"

Kiara langsung memejamkan matanya. Dia berdo'a semoga namanya tidak tercantum di sana.

"Andi Maulana, Ilyas Adi Wardana, Adira Khazzanah, sama Kirana Maharani, kalian silahkan menemui Pak Taeha jika merasa ada yang belum di mengerti"

Kiara menghela nafas lega. Dia bersyukur karena namanya tidak tercantum dalam daftar anak didik yang akan di bimbing oleh Pak Taeha.

"Maaf. Ada sedikit kesalahan. Saya akan membacakan ulang siapa saja yang akan di bimbing oleh Pak Taeha. Mereka adalah Andi Maulana, Ilyas Adi Wardana, Adira Khazzanah, dan yang terakhir Kiara Anastasya"

Kiara yang awalnya sedang menyender santai seketika menegakkan tubuhnya saat namanya di sebut. Kenapa harus dirinya? Kenapa bukan yang lain saja? Kiara yakin, ini pasti Pak Taeha yang sudah mengatur semuanya supaya dia bisa memarahi Kiara sepanjang waktu.

"Ada yang perlu di tanyakan?" Ujar Pak Andra ketika selesai membacakan nama para mahasiswa.

Kiara mengangkat tangannya.

"Iya, Kiara?"

"Pak. Ini nggak boleh tukar kelompok, gitu?"

"Nggak boleh. Tapi kalo kamu mau tukar, silahkan ngomong langsung sama Pak Taeha" jawab Pak Andra.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Where stories live. Discover now