🍄31. Doa ibu🍄

922 83 15
                                    

Reres kini berada di luar ruangan rapat seperti biasa menunggu Saga yang kini sudah masuk ke dalam ruangan sejak setengah jam yang lalu. Ia senang juga karena tak terlambat datang ke kantor. Saat itu Haris berjalan ke luar. Reres tau rapat telah selesai dan kini Saga tengah mengobrol ringan dengan direksi dan itu sudah menjadi kebiasannya.

Haris dan Reres saling lempar senyum, Haris merasa lega karena kini ia bisa melhat Reres. Sejak pagi tadi ia khawatir sekali dengan keadaan gadis itu. Melihat Reres berada di hadapannya dan tersenyum membuat ia merasa lebih baik.

Haris berjalan lalu duduk di samping Reres. "Aku khawatir tadi waktu kamu enggak datang."

"Iya, tadi Saga, eh Pak Saga minta aku stay di rumah Mas."

"Kalian berantem?" tanya Haris lagi.

Reres anggukan kepalanya. "Biasa, apa aja bisa jadi masalah buat kita berdua. Ah, sebenernya tadi aku buat nasi goreng buat Mas Haris. Cuma lupa aku bawa."

Haris menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa. Lihat kamu ada di sini aku udah seneng banget."

Dalam hatinya kini sejujurnya Haris tengah merasa cemburu dengan kebersamaan Reres dan Saga. Menurutnya, pertengkaran  itu bukti kedekatan keduanya. Jujur saja Haris merasa khawatir dengan itu. ia menatap Reres memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Reres? Sulit sekali, karena Saga yang selalu berada didekatnya.

"Mas, Sabtu besok mau jalan-jalan enggak?" ajak reres seperti apa yang dikatakan oleh Nindi.

"Mau kemana?" Haris bertanya antusias karena Reres yang meminta dan tentu saja ini akan menjadi kesempatan untuk lebih dekat dengan gadis yang ia sayangi itu.

"Mau ke mall kemarin? Ada film baru juga kan?"

Haris mengangguk setuju, kemanapun asal bisa bersama dengan Reres agaknya ia akan ikut.  "Sip, aku akan jemput kamu ya Sabtu besok."

Sementara dari dalam ruangan Saga bisa melihat Haris dan Reres yang tengah mengobrol. Terlhat dari kaca yang berada di samping pintu. Ia coba tahan diri tak ingin terlalu emosi. Kedatangan Reres hari ini menurutnya menunjukkan bahwa ia masih lebih pening dibandingkan dengan Haris, maka tak seharusnya ia terlalu cemas dengan hubungan keduanya.

Setelah perbincangan dengan para direksi Saga kemudian berjalan keluar. Ia kemudian kembali melangkah menuju ruangan. Saat melihat Saga, Reres dan juga Haris segera mengikuti langkah atasannya itu. Haris kemudian duduk di meja kerjanya diikuti oleh Reres. Lalu langkah kaki Saga terhenti menoleh ke belakang.

"Siapa suruh lo di situ?" Saga menunjuk pada Reres.

Gadis itu kemudian menghela nafas dan kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Saga. Saga berjalan duduk ke kursi utama menyandarkan tubuhnya. Sejujurnya setelah merasakan ketakutan tadi ia merasa begitu lelah. Sementara kini Reres duduk di sofa merapikan dokumen yang terlihat berantakan di atas meja.  Saga kembali berdiri kemudian ia berjalan menghampiri dan duduk di samping gadis itu.

"Kenapa lo datang ke sini?" tanya Saga.

"Gue ingat lo ada rapat." Reres menjawab singkat tanpa memerhatikan wajah sahabatnya. Memilih tetap fokus merapikan buku dan dokumen yang berserakan di atas meja.

Saga menahan tangan Reres saya ingin diperhatikan saat berbicara. "Berarti lo peduli sama gue?"

"Peduli karena lo sahabat gue." Reres menjawab sambil menatap fokus pada Saga.

Tatapan keduanya beradu, Saga merasa sedikit kecewa karena apa yang dikatakan oleh Reres barusan. Hanya menganggap dirinya sebagai sahabat. Sementara dirinya kini menginginkan Reres lebih dari itu. Saga kemudian memalingkan wajahnya, hela napas untuk atur emosinya sendiri.

"Menurut lo, Haris itu gimana?" tanya Saga seraya menatap pada Reres lagi. Ia ingin memastikan bagaimana perasaan Reres kepada Haris.

Reres kemudian tersenyum, respon yang tak Saga harapkan.

"Hmm Mas haris itu dewasa, baik, perhatian, sabar. Hmm, selalu punya solusi untu setiap masalah care dan per--"

Ucapan Reres terhenti saat Saga membekap mulut sahabatnya itu. "Berisik," kesalnya.

Saga kemudian melepaskan tangannya dari bibir Reres lalu memilih berjalan meninggalkan sahabatnya itu dan kembali ke tempat duduknya. Mendengar penuturan Reres buat emosinya naik ke ubun-ubun apalagi melihat bagaimana gadis itu menuturkan dengan penuh semangat. Menceritakan bagaimana sifat haris yang jelas lebih baik dari dirinya yang selalu saja membutuhkan Reres.

***

Hari ini berlalu begitu saja, setelah kekacauan yang tadi dilakukan oleh sang atasan, kini Haris melangkahkan kakinya ke luar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Kemudian duduk di meja kerjanya. Masih di hadapkan dengan pekerjaan. Haris tak suka menunda jika bisa ia selesaikan akan ia selesaikan dnegan segera.

Pria itu duduk seraya menatap sebuah foto di meja kerjanya, foto dirinya bersama Reres saat terakhir kali mereka jalan bersama.  Hela napas karena merasa semakin sulit dekat dengan Reres akibat sering dihalangi oleh Saga. Kini Haris mulai berpikir kalau Saga mungkin saja menyukai Reres.

Saat itu ponsel haris berdering, panggilan dari sang ibu. Haris segera menerima panggilan dari sang ibu.

"Halo Bu?"

"Ris sehat kamu?" tanya Ais pada putra sulungnya.

"Sehat Bu, ibu gimana sama Hana sehat kan?"

"Sehat, ibu sama adikmu sehat. Kamu enggak mau ke Bandung udah mau dua bulan ini?" tanya Ais merasa rindu dengan anak laki-lakinya itu.

Belakangan pekerjaan menyita waktunya dan Haris memilih untuk beristirahat deh hari libur karena terlalu lelah. Sehingga haris belum sempat untuk mengunjungi sang ibu.

"Maaf ya Bu, belakangan memang Haris sibuk sama kerjaan. Ada beberapa perubahan sistem operasi kerja di cabang. Jadi, memang dalam pengawasan Pak Saga banget. Haris akan segera pulang kalau kerjaan sudah agak longgar. Ibu jangan lupa minum vitamin ya. Haris akan transfer untuk biaya kuliah Hana segera." haris mencoba untuk menenangkan sang ibu agar tak terlalu cemas dengan keadaannya.

terdengar Ais yang menghela napasnya. "Adik kamu minta ya?"

"Enggak kok bu. Haris memang ingat dan minta ibu bilang ke Hana supaya dia enggak cemas."

"Makasih ya Ris, kau jadi usah payah gini demi ibu dan hana"

"Ibu jangan ngomong gitu ya. Haris memang sadar kewajiban Haris sebagai anak tertua. Ibu juga doain Haris di sini biar lancar semuanya," ucap Haris meminta doa pada ibunya.

"Ibu akan selalu doain kamu Ris. Bahkan tanpa kamu minta."

Haris tersenyum senang mendengar penuturan sang ibu. "Oiya Bu, Haris juga minta ibu doakan supaya Haris bisa meluluhkan hati perempuan yang Haris suka."

Haris tiba-tiba saja teringat akan Reres. Berharap jika sang ibu yang mendoakannya, hati Reres bisa luluhkan dan ia dapatkan. Doa seorang ibu adalah sambung tangan dari Tuhan kan?

"Kamu lagi naksir seseorang?"

Pria itu menganggukkan kepala seraya tersenyum malu sendiri. "Iya, Bu. Anaknya baik, pehatian sama Haris sering bawain sarapan. Urusan masak enggak perlu ibu ragu."

"Temen kerja kamu?"

"Iya bu, temen kerja. Doain ya Bu. haris sudah lama banget suka sama dia. Selama ini Haris pendam aja karena dia agak enggak percaya sama pernikahan."

"Ibu doakan yang terbaik buat kamu Nak. Supaya hati perempuan itu diluluhkan sama kamu. Ibu harap bisa jadi orang yang akan mendukung kamu dan pasangan yang tepat untuk hidup kamu."

"Aamiin, terima kasih ya Bu."

"Sama-sama."

Haris jadi semakin percaya diri dan yakin untuk mengejar cintanya. Doa sang ibu membuatnya lebih percaya diri untuk itu. Rasanya sabtu esok ia akan coba untuk ungkapkan perasaannya pada Reres. Itu akan jadi kesempatan yang tepat.

Oh My CEO (END)💜Where stories live. Discover now