🍄7. Sekte🍄

1.4K 134 13
                                    

Haris kini bersama Reres di ruang kerja sang sekretaris, sementara Saga kini berada di ruangannya masih berbicara dengan beberapa direksi setelah rapat tadi. Haris tengah menyiapkan jadwal, ia mengetik di laptop miliknya lalu Reres mencatat jadwal di notes miliknya. haris melirik menatap dengan senyum gadis yang terlihat serius menulis itu.

"Aku bisa print ini Res buat kamu. Jadi kamu enggak usah nulis. Lebih gampang kan?"

Reres menggeleng. "Kalau aku tulis, aku bisa ingat ini semua Mas. Kalau aku harus baca, kadang suka lupa."

Haris mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya. "Hmm, sebenarnya aku penasaran apa yang selalu kamu lakukan sama Pak Saga setiap kali akan ada pertemuan?"

Reres menatap haris yang jelas sudah penasaran sejak lama sekali tetapi ia baru bisa bertanya tentang rasa penasarannya hari ini. Reres terdiam sejenak memikirkan apa yang akan ia katakan pada haris. Sesungguhnya ia harus merahasiakan masalah ini. Kesehatan mental Saga bisa menjadi bahan untuk menggulingkan kedudukannya dan digantikan oleh Brian saudara sepupu jauhnya. cucu dari saik sang kakek yang selama ini mengawasi dan seolah menunggu kejatuhannya.

"Hmm, aku enggak yakin apa Mas Haris akan percaya ini atau enggak." Reres buka suara setelah mendapatkan jawaban untuk menjawab pertanyaan dari Haris.

Haris menatap dengan serius, ia mengangguk sebagai kode kalau ia percaya dengan apa yang akan Reres katakan padanya. "Percaya kok."

Reres kemudian mendekati Haris, menatap sekitar seolah takut kalau akan ada yang mendengarkan jawaban yang akan ia berikan. Atau bisa saja Saga ke luar dari ruangannya saat ia sedang berbohong pada Haris.

"Gini Mas, Saga itu percaya kalau dia harus melakukan ritual sebelum rapat." Reres kembali menjauhkan wajahnya.

"Ritual?" Haris bertanya dengan mengernyitkan alisnya, menatap dengan mata besar yang sejujurnya buat Reres menahan tawanya kini.

Reres mengangguk yakin. "Semacam kebiasaan salah satu sekte kepercayaan dari Hawaii gitu."

"Hah?" Haris tersentak, buat Reres segera membekap mulut pria itu.

"Jangan berisik Mas," pinta Reres lalu melepaskan tangannya dari mulut haris setelah pria itu menganggukkan kepalanya.

"Serius kamu Res?" tanya Haris menatap serius ke arah Reres.

"Mas Haris enggak percaya sama aku?"

"Percaya cuma aku kayak enggak percaya aja kalau Pak-" Haris terhenti saat Reres meminta untuk diam dengan meletakkan jari telunjuknya ke bibir.

"Semacam cara untuk membuka aura." Reres menjelaskan dengan sedikit berlebihan. Menggerakkan kedua tangannya agar terlihat lebih meyakinkan. Hanya saja Haris masih serius menatap, ia terlalu serius dan percaya dengan apa yang dikatakan gadis yang ia sukai itu.

"Terus kamu ngapain?"

"Cuma beerdiri di belakang pintu." jawab Reres singkat kemudian tersenyum lebar jelas sekali dipaksakan, tapi itu malah buat haris tersenyum juga.

"Kenapa harus ditunggu?"

"Sejujurnya enggak tau juga Mas. Kan aku cuma bawahan. Oiya, lanjut yuk Mas ngetik jadwalnya biar aku catat."

Oh My CEO (END)💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang