2. Slytherin vs Gryffindor

1.3K 206 19
                                    

Song in this part : Why Mona -  Wannabe

Jangan lupa vote dan komen. Ramaikan cerita ini, guys.

***

Baru tiga hari Stella berada di Hogwarts, tepatnya di masa lalu, ia sudah melihat bagaimana akurnya anak-anak Gryffindor dan Slytherin. Stella hanya memperhatikan sembari mendekap tangannya, pikirannya tertuju pada laki-laki bersurai hitam ikal yang bernama Tom Riddle, Voldemort versi muda. Gadis itu tanpa sadar menyeringai, sekelebat rencana licik memenuhi otaknya. Ia harus membalas apa yang mereka lakukan pada anak-anak Gryffindor ini.

Sebelumnya, Scarlett menjelaskan seperti apa Tom Riddle di masa itu. Laki-laki tampan dengan sejuta pesona, Riddle dikenal mampu memikat gadis-gadis Hogwarts dan pada guru dengan kepintaran yang dimilikinya. Riddle memang murid yang paling jenius, dan Scarlett bahkan tak malu untuk memuji bagaimana tampan dan briliannya sosok Riddle.

Dihadapannya, tepatnya di ruang tengah rekreasi, Stella melihat beberapa murid Gryffindor tahun keenam menerima luka lebam atau pakaian mereka yang tercabik-cabik karena ulah usil murid Slytherin. Menurut Scarlett, Fleamont dan rekan-rekannya selalu bermasalah dengan kelompok Riddle. Tak terkejut, batinnya. Di masa depan pun, Harry juga selalu berurusan dengan Voldemort.

Potter, Prewett, Longbottom dan Weasley duduk sembari menahan kekesalannya. Keempat laki-laki itu berusaha merencanakan ide balas dendam yang sempat Scarlett larang, beberapa gadis yang mendengar rencana mereka akan melotot tidak setuju, selain mereka mengkhawatirkan poin asrama mereka, gadis-gadis ini mengkhawatirkan nasib Riddle.

Stella menggeleng prihatin pada gadis-gadis yang memuja Riddle. Apakah mereka akan tetap memuja Riddle jika tahu bagaimana masa depan cerah laki-laki itu?

Stella yang merasa kasihan dengan kerabat teman-temannya, bangkit dari bangku mendekat ke arah mereka, ia tersenyum geli. "Kalian ingin tahu sesuatu yang menyenangkan?"

Potter menoleh pada Stella, dahinya berkerut bingung. Namun belum sempat yang lain menyahut, Stella berbisik membuat keempat laki-laki itu menyeringai.

"Benarkah?" Tanya Eugene Longbottom antusias.

Stella mengangguk. "Aku akan memberi sesuatu yang mungkin dapat membuat mereka malu, setidaknya selama beberapa hari."

Fleamont terkekeh, ia senang mendengar rencana balas dendam yang Stella tawarkan. "Kau tahu, Stella. Kami senang kau bergabung bersama kami,"

Scarlett yang mendengar rencana buruk mereka hanya memutar matanya malas. "Jangan pengaruhi Stella untuk mengganggu anak-anak lain, Monty." Kata Scarlett pada Fleamont.

Fleamont mencibir teman satu asramanya. "Kau tak suka karena kau menyukai Malfoy, kan?"

Stella kini terkejut menatap wajah Scarlett yang memerah di tempatnya, gadis itu mendengus dan membalas Fleamont dengan tatapan tajam. "Kau!" Scarlett menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan ruang rekreasi.

Stella menatap teman-teman barunya. "Sungguh?"

Septimus Weasley mengangkat kedua bahunya tak peduli.

Di saat senggang, Stella membuat alat prank yang telah ia janjikan kepada keempat teman barunya. Semenjak menjadi kekasih Fred, Stella memahami banyak hal termasuk bagaimana cara membuat alat-alat prank. Fred mengajarinya, dan tanpa sadar Stella tertarik mengikuti apa yang kekasihnya lakukan.

Alat prank yang Stella buat saat ini adalah permen ajaib yang dapat mengubah warna pakaian mereka. Fred pernah mempraktikkannya pada Draco. Waktu itu Draco Malfoy memakan permen pemberian George dan membuat jubah seragam hijaunya menjadi warna merah. Sontak hal itu mengundang tawa, walau pada akhirnya Fred dan George mendapatkan detensi dari McGonagall.

Hiraeth (Tom Riddle)Where stories live. Discover now