06. he's kind

9 2 1
                                    

Stevie yang sudah menyelesaikan mata kuliah terakhir membuat gadis itu berpikir untuk pulang saja, meski jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Jika disamakan dengan jam sekolah, Stevie baru saja memasuki jam istirahatnya.

Bruak

"Ups... maaf, ya."

Baru saja Stevie hendak bangkit dari kursi, tiba-tiba saja seseorang dengan sengaja menabrak dan menumpahkan suatu cairan yang memiliki bau menyengat.

Orang itu tidak bertindak membersihkan atau hal semacamnya. Layaknya penjahat, orang itu malah langsung meninggalkan untuk menghindari masalah yang baru saja dibuat.

'Jangan diam terus! Ayo balas dan hajar orang itu.' Sedari tadi Stevie sudah diarahkan oleh otaknya untuk berbuat demikian. Namun saat menyadari posisinya yang hanya sebatas mahasiswi beasiswa, ia tak bisa berbuat banyak selain melupakan kejadian barusan. Ia bisa saja langsung berurusan dengan orang itu, namun sewaktu-waktu beasiswanya juga bisa hilang dan tidak ada harapan baginya untuk berkuliah. Orang-orang di sini seperti sudah mempunyai takhta masing-masing, lalu posisinya hanyalah sang pengelana.

"Tapi ini... bau banget." gumam Stevie yang mulai berjalan ke arah toilet kampus, tentu saja dengan tatapan tidak suka dari orang-orang.

Stevie mulai menyalakan kran air dan perlahan membasuh area bajunya yang terkena cairan tadi. Meski sudah ia gosok beberapa kali, aroma tidak sedap itu masih tercium pekat. Sebenarnya cairan itu terbuat dari apa?

"Baunya kayak hati mereka, busuk." ujar Stevie tanpa menyadari jika orang tadi berada di belakangnya bersama lima orang lain.

"Jadi hati gue busuk, ya?"

Stevie berbalik dengan rasa waspada.

"Iya deh, yang paling bersih hatinya, kan, cuma lo doang." sahut yang lain sambil tertawa.

Byurrr

Lagi-lagi Stevie lengah karena ulah mereka. Ia terlalu fokus menatap lawan hingga tidak menyadari jika sedari tadi ada orang lain yang sudah siap memegangi ember berisikan air.

"Supaya hati lo makin bersih, jadi gue siram lagi." ucap orang itu dengan menepuk pundak Stevie sembari tersenyum miring, lalu pergi.

Stevie yang masih terkejut hanya bisa mematung untuk mencerna kejadian yang telah ia alami hari ini. Mulai dari todongan pisau, hingga siraman air yang membuat hampir sekujur tubuhnya basah kuyup.

"Hiks..."

Meski samar, sebenarnya Stevie sudah menangis sejak mereka pergi. Gadis itu pulang dengan keadaan basah di sekujur tubuh tanpa mengindahkan tatapan random dari orang-orang.

Baru saja kakinya keluar gerbang, hujan turun dengan sangat deras. Ya, setidaknya ia memiliki alasan mengapa bajunya bisa basah. Ia bisa berkamuflase, seolah-olah dirinya kebasahan karena air hujan.

"Stevie!" panggil seseorang yang membuat gadis itu menoleh.

"Samuel?"

Cowo itu berlari sambil membawa payung ke arahnya. Entah kenapa, Stevie merasa aman setiap kali melihat Samuel. Cowo itu sangat berbeda dengan Zhicko yang selalu bersikap layaknya psikopat setiap kali berurusan dengannya.

"Lo mau ke mana?"

"Ak... gue... mau pulang." jawab Stevie mengganti panggilannya. Meski masih belum terbiasa di lidahnya, mungkin ini yang terbaik ketika dirinya tinggal di kota.

"Baju lo basah, apa ga kedinginan?"

Gluduk

Tubuh Stevie reflek meringkuk usai mendengar suara petir. Ia merasa suara itu mirip sekali dengan suara tembakan pistol yang ia dengar 10 tahun silam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZhiVie [still on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang