01. start

31 8 4
                                    

Setelah lulus dari SMA terbaik di salah satu desa, Stevia Voulster, atau sering dipanggil Stevie itu melanjutkan studinya di Universitas terkenal yang berada di Jakarta. Bermodalkan otak encer yang ia punya, akhirnya ia berangkat menuju kota.

Stevie pikir dunia perkuliahan akan menyenangkan karena ia hanya menekuni satu bidang saja. Ia pikir dirinya bisa dengan mudah bersosialisasi dengan anak kota. Ia pikir otaknya hanya digunakan untuk memikirkan mata kuliah dan juga praktikumnya. Ternyata selama ini ia salah kapra.

Dunia baru yang ia injak ini lebih sadis dari kehidupan desa. Ia bisa melihat dengan sangat jelas perlakuan dirinya ketika di SMA dengan universitasnya.

Seperti saat ini,

"Heh! Beliin gue minum cepetan!" titah salah satu kakak tingkatnya yang sudah mengusiknya sejak ospek.

"Maaf kak, aku harus ngerjain tugas dulu."

"Halah... sok ambis banget lo. Bilang aja ga mau." kesal cowo itu dengan menoyor kepalanya hingga buku-buku yang ia genggang terjatuh menghantam lantai.

"Udah mulai berani kali, Zhi." sahut salah satu temannya bernama Rios pada Zhicko.

"Baru semester satu bawaannya udah kayak semester tujuh aja." ucap temannya yang lain bernama Ciro, cowo itu juga turut menendang-nendang kecil buku yang terjatuh tadi.

Stevie yang melihat itu bergegas memunguti semua bukunya sebelum dirusak oleh para brandal ini. Tak menghiraukan tatapan dari mahasiswa lain, toh mereka sama saja seperti ketiga cowo ini.

"Justru kakak semua yang tingkahnya kayak anak SMP." ujar Stevie merasa kesal, namun tetap saja ia tak bisa berbuat banyak selain berbicara.

"Wahhhh... makin jadi aja lo, ga nyesel gue nyiram lo pas ospek dulu." decak Rios usai mendengar perkataan adik tingkatnya.

"Udah, cabut aja!" putus Zhicko yang memerintahkan kedua temannya untuk pergi dari hadapan Stevie.

Stevie yang melihat itu akhirnya bisa bernapas lega walau tak yakin jika dirinya bisa aman di keesokan hari. Katingnya tidak berubah sejak dirinya ospek kala itu. Ia dikerjai habis-habisan hanya karena lupa membawa papan nama dan menyahuti ucapan kakak pembimbingnya.

Flashback on

Stevie berlari menuju kampusnya dengan perasaan khawatir. Ia terlambat bangun lantaran tubuhnya sangat lelah usai membersihkan kamar kost yang baru saja ia tempati. Jika diingat, ia hanya tidur 3 jam.

Suasana lapangan yang sudah ramai semakin membuat detak jantungnya berpacu. Ia tidak tahu apakah acara itu sudah dimulai atau belum. Kakinya hanya bisa terus berlari sambil berharap dirinya tidak mendapatkan masalah hari ini.

"Woy! Mau ke mana lo?" ujar seseorang yang membuat langkah Stevie terhenti. Dilihatnya seorang cowo dengan wajah tampan menghampirinya.

"Mau ke mana lo, huh?" tanya orang itu lagi yang membuat Stevie sadar dari lamunan singkatnya.

"M-mau... ke lapangan kak."

"Papan nama lo mana?"

Stevie baru menyadari jika dirinya lupa membawa benda itu lantaran buru-buru. Rasa khawatirnya semakin menjadi ketika kating lain datang menghampiri.

"Kenapa, Zhi?" tanya seorang cewe yang datang tadi.

"Dia lupa bawa papan nama."

"Oh, yaudah gapapa, langsung masuk barisan aja. Kamu udah tau kelompoknya, kan?"

Stevie hanya mengangguk dan tak menyangka jika cewe itu mempersilahkannya untuk langsung bergabung dengan maba lain.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 9, para maba mulai diberikan camilan ringan sebagai penunjang mereka supaya bisa bertahan sampai jam makan siang nanti. Stevie yang mendengar itu sontak merasa tak sabar untuk menerima camilan sebab dirinya tidak sarapan pagi tadi.

ZhiVie [still on going]Where stories live. Discover now