04. he's come

6 1 0
                                    

Tiga orang yang tertawa tadi seketika langsung bungkam kala kedatangan Zhicko. Namun bukan cowo itu penyebabnya, melainkan pada sosok Stevie yang berdiri di samping Zhicko.

"Siapa dia?" tanya papanya Zhicko dengan nada kesal. Bagaimana bisa anak itu membawa gadis lain sementara sudah ada Saras yang akan menjadi calon menantunya.

"Stevia Voulster, dia pacar aku, pah." jawab Zhicko bangga, lain halnya pada Stevie yang merasa tidak enak karena sudah menghancurkan acara keluarga Zhicko.

"Tapi kamu tau sendiri kalo di sini ada Saras, nak. Apa kamu ga kasihan?" tanya sang mama yang lemah-lembut.

"Dia itu rekan bisnis papa, ga ada hubungannya sama aku. Ayo, Stev! Kamu duduk dulu."

Brak

"Siapa yang suruh kamu duduk?" tanya pria itu marah kepada Stevie. Dari sorot matanya mengatakan jika kehadiran gadis itu adalah bencana di keluarga ini.

"Kak Zhicko, om."

Ketiganya terkejut karena Stevie menjawab pertanyaan pria itu dengan lantang dan percaya diri. Bukannya Stevie tidak memiliki rasa hormat, tapi pria itu sendirilah yang bertanya, tidak mungkin akan Stevie anggurkan. Dirinya saja sering menjawab pertanyaan sulit ketika bersekolah, jadi tidak menjawab pertanyaan mudah seperti tadi merupakan hal yang mustahil.

"Berani banget lo ngejawab, ga punya sopan santun." kritik Saras menatap tajam Stevie.

"Sudah-sudah! Zhi, kenapa kamu ga bilang kalo udah punya pacar?" tanya sang mama menenangkan keributan.

"Bukannya ga bilang, mah, tapi papa sendiri yang ga mau dengerin aku."

"Tapi kamu, kan, sudah tau sejak SMA kalo kamu mau dijodohkan sama Saras. Apa kamu ga kasian sama dia? Dia udah nunggu momen-momen ini sejak lama, lho."

"Apa peduli Zhicko, lagi pun dia itu cewe rubah yang lagi nyamar jadi kucing. Apa mama ga tau sama sifat asli dia?"

"Gue bukan cewe rubah, Zhicko." tegas Saras tak terima. "Om, tante! Ini semua pasti karena cewe itu. Dia yang udah hasut Zhicko buat ngebatalin perjo-"

"Jangan bawa-bawa Stevie, Saras! Justru karena lo gue ngebatalin perjodohan itu. Seandainya gue ga tau kalo lo udah diunboxing sama cowo lain karena uang... ck, aaarghh." erang Zhicko frustasi dan langsung membawa Stevie pergi. Acara keluarga yang seharusnya berjalan sesuai rencana, kini hancur berantakan karena hal tak terduga.

Zhicko yang terisak di dalam mobil yang masih terparkir membuat Stevie tak tahu harus berbuat apa. Cowo itu terlihat memiliki banyak masalah dan tekanan yang belum Stevie ketahui.

Greb

Tiba-tiba saja Zhicko melayangkan sebuah pelukan pada Stevie dan membuat gadis itu terkejut dibuatnya.

"Gue butuh pelukan lo sebentar."

***

Pagi sudah kembali menjelang membuat Stevie harus melakukan rutinitasnya di kampus. Namun kali ini ia harus menemui dosennya terlebih dulu untuk menyerahkan tugas makalah yang tidak bisa ia selesaikan kemarin. Dengan mata sayu dan mulut terus menguap, seseorang sudah bisa mendeskripsikan jika Stevie kurang tidur. Hal itu karena setelah berurusan dengan Zhicko, ia harus menyusun makalahnya dari awal hanya bermodalkan ponsel.

"Ini lembar makalah yang sudah saya print out, pak." ujar gadis itu menyerahkan tugasnya.

"Tapi point kamu akan saya kurangi, ya. Anggap itu adalah hukuman karena hanya kamu yang telat dari deadline."

"T-tapi, pak. Isi dari makalah saya bahkan sudah diperbaiki dan lebih jelas sumbernya." bantah Stevie merasa tidak adil.

"Saya sudah menyuruh tugas ini seminggu yang lalu. Jika kendala seperti laptop bermasalah, itu bukan urusan saya, dan karena itulah para mahasiswa harus mempunyai problem solving mereka. Suatu hal yang penting seharusnya punya salinanya untuk berjaga-jaga jika kedepannya terkena kendala."

ZhiVie [still on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang