epilog

2.7K 324 31
                                    

Kini usianya menginjak 28 tahun, ia bukan lagi remaja yang cengeng dan penakut. Sekarang choi beomgyu sudah menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Kehidupan dewasa beomgyu memang tidak sepenuhnya baik, ada kalanya dia merasa terpuruk dan putus asa. Namun dia bersyukur saat fase itu tiba orang orang yang dia sayang tetap mendukung dan memberi kalimat kalimat positif. Dan ya, beomgyu berhasil menghadapi krisis di hidupnya.

Saat ini dia bekerja sebagai asisten penulis salah satu penulis ternama. Rasa sukanya terhadap buku membawanya sampai ke titik ini. Selain itu, saat senggang dia akan pergi ke kafe kenalannya untuk menjadi pengiring penyanyi di sana, dia bermain gitar akustik. Katakan saja pekerjaan sampingan.

Kembali ke masa sekarang. Beomgyu sedang berjalan di trotoar sambil memainkan ponsel—membalas pesan. Setelah pesan itu terkirim, dia memasukkan ponsel ke sakunya kemudian terus berjalan.

Tujuannya adalah ke Seven p.m, kafe tempat dia melakukan pekerjaan sampingan. Papan nama Seven p.m sudah bisa ia lihat dari tempatnya berjalan. Beomgyu berlari kecil supaya lebih cepat tiba.

Lonceng di pintu berbunyi menandakan ada pelanggan yang masuk. Karena sudah sering kemari, beomgyu langsung menemui renjun, pemilik Seven p.m sekaligus temannya semasa kuliah dulu. Beomgyu bertemu renjun di kasir, yang lebih tua mempersilahkan beomgyu masuk ke ruangannya untuk bersiap siap.

"Gamau makan dulu?" tanya renjun saat melihat beomgyu dengan gitarnya yang baru keluar dari ruangan.

Yang ditanya menggeleng. Renjun menghela napas, dia sudah hapal kebiasaan beomgyu.

"Aku naik sekarang ya? Itu yang nyanyi udah nungguin." kata beomgyu.

Bertahun-tahun menjadi teman beomgyu, renjun tahu sedikit demi sedikit bahasa isyarat yang lelaki itu gunakan.

"Iya, silahkan."

Panggung itu sudah seperti tempat nyamannya, dia senang melihat orang orang menikmati musiknya, dia juga senang mendengarkan alunan suara indah dari partner perempuannya—lia. Kali ini mereka membawakan lagu sempurna dari salah satu band ternama.

"Kau genggam tanganku, saat diriku lemah dan terjatuh."

"Kau bisikkan kata, dan hapus semua sesalku."

Mendengar lia bernyanyi, pikiran beomgyu melayang memikirkan seseorang yang menuurtnya cocok dengan sepenggal lirik itu. Matanya terpejam menikmati permainannya sendiri. Sesekali dia dan lia beradu tatap kemudian tersenyum satu sama lain, menikmati suasana yang tercipta diantara mereka.

Lagu ini mengingatkan beomgyu kepada taehyun—kekasihnya. Semua hal yang mereka lalui terlintas dikepalanya tanpa permisi, tawa renyah taehyun, gombalan ampasnya, serta ekspresinya semua terekam jelas di memori beomgyu.

"Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi semua."

"Hanya bersamamu ku akan bisa."

"Kau adalah darahku. Kau adalah jantungku."

Suara lia semakin tinggi karena reff, jemari beomgyu masih lihai memetik senar gitarnya.

Pikirannya masih melayang, mengingat setiap momen bersama taehyun. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat, mempertahankan hubungan selama ini butuh rasa sayang dan percaya yang kuat. Bohong jika selama ini mereka tidak pernah berselisih.

Jelas mereka pernah. Namun karena rasa sayang pada satu sama lain, mereka berhasil mengatasi setiap permasalahan yang ada. Mereka terikat.

"Kau adalah hidupku, lengkapi diriku.

"Oh sayangku, kau begitu."

Suara gitar dari beomgyu mengakhiri lagu yang dinyanyikan lia. Beberapa pengunjung bertepuk tangan atas kerja keras mereka, beberapa lagi asik menyantap makanan.

Senyap - taegyuWhere stories live. Discover now