🍄26. Dua sisi Saga🍄

Start from the beginning
                                    

Reres berjalan mendekat, ia lalu mengambil tali yang tersangkut di belakang dengan tali yang satunya. Reres mengambil tali itu kemudian mengikatkan kimono ke tubuh Saga.

Saga memerhatikan Reres, tubuhnya yang lebih tinggi kini bisa melihat pucuk kepala Reres. Saga menatap penuh cinta, ia ingin memeluk Reres hangat, wangi strawberry atau cotton candy. Aroma khas anak-anak yang digunakan Reres malah buat dia tergila-gila.

"Pengen gigit pipi Reres, pengen peluk Reres. Tapi, Reresnya ngambek." ucap Saga dengan suara yang memohon. Lirih dan manis. Jarang sekali ia berbicara seperti ini.

Reres menatap Saga, keduanya saling tatap dan Saga tersenyum. Reres masih malas. Mau bicara apa? Intinya dia marah sama Saga. Reres akan menunggu sampai besok. Melihat apakah sikap Saga akan berubah atau tidak padanya.

"Silahkan mandi Pak Saga. Saya kabari nanti kalau makan malam sudah siap."

"Res, jangan gini please.'

"Dengan sikap saya ini, akan membuat jarak di antara kita jelas. Hanya baby sitter dan atasannya. Tidak ada lagi hubungan persahabatan. Harus jelas, supaya Pak Saga mengerti caranya bersikap pada saya. Permisi," ucap Reres kemudian berjalan meninggalkan Saga.

Saga terluka sekali dengan apa yang dikatakan oleh Reres. Mana bisa ia melupakan persahabatan mereka? Bagaimana bisa ia melupakan semua yang terjadi belakangan? Saga sudah jatuh hati lalu Reres dengan seenaknya melakukan ini?

Pria berkulit putih itu kemudian duduk, jadi kesal sendiri dan malas mandi karena apa yang dikatakan Reres. "Hmmph,  gue harus gimana sih Res?" gumamnya.

Reres berjalan turun. Merasa sabarnya sudah melewati batas. Di sisi lain sadar diri, dia yang membuat Saga seperti ini. Penawarannya untuk meminta Saga menghamilinya jelas awal mula semua. Dan kini ia harus membuat semua kembali seperti biasa lagi. Posisi dimana ia hanya pelayan Saga, baby sitter Saga yang mengatur semua kebutuhan Saga. 

"Res," sapa Nindi yang baru saja ke luar dari ruang kerja Ayu.

"Iya Bu?" Reres kemudian berjalan mendekat.

"Saya mau ngomong," kata Nindi kemudian berjalan menuju perpustakaan.

Reres berjalan di belakang Nindi. Mengikuti langkah wanita itu menuju perpustakaan. Kemudian keduanya masuk, Reres menutup pintu, Nindi duduk di tempat duduknya.

"Silahkan,' Nindi menunjuk tempat duduk yang tepat berada di sampingnya.

Reres duduk di samping Nindi. Dalam hatinya takut jika Nindi mengetahui apa yang ia dan Saga lakukan malam lalu. Jantungnya terus berpacu cepat, takut. "Ada apa ya Bu?"

"Kamu bisa bantu saya?"

Reres anggukan kepala. "Kalau bisa pasti saya bantu Bu."

"Kamu sabu besok coba ajak Haris, Saga dan Aira jalan. Seperti yang kalian lakukan sebelumnya. Supaya Saga bisa lebih dekat dengan Aira. Saya pasti akan kasih bonus buat kamu nanti."

"Kalau Saga enggak mau gimana ya Bu?" takut Saga menolak karena situasinya berbeda saat ini.

"Kamu ajak aja Saga dulu. Nanti biar Aira yang nyusul ke sana. Gimana?"

Ya, bisa saja caranya seperti itu, tapi Reres bingung bagaimana caranya untuk berbicara dengan Saga? Sementara mereka berdua tengah bertengkar.

"Ya, saya coba bicara sama Saga ya Bu Nindi."

"Saya berharap banyak sama kamu, Res."

Setelah berbicara dengan Nindi, Reres segera melangkah menuju kamar untuk segera mandi dan berganti pakaian. Setelahnya ia akan ke kamar Saga lagi untuk meminta sahabatnya itu makan malam. Reres hanya mengenakan setelan kemeja lengan pendek berbahan katun halus. Santai namun terlihat sopan.

Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kamar Saga. Reres mengetuk pintu, kemudian membuka pintu. Saga tengah duduk dengan piyama yang belum terkancing. Melihat Reres masuk Saga tersenyum ia segera berdiri meminta Reres mengancingkan kemejanya.

Reres sudah paham sekali, ia kemudian berjalan mendekat dan mulai mengancingkan piyama itu. Saga sedikit membuka kakinya, membuat tubuhnya lebih rendah, ia mencium aroma Reres. Aroma cotton candy yang buat ia tersenyum sendiri.

"Gemes banget sih wangi permen kapas?" goda Saga manja.

Reres tak peduli, tak ada reaksi berarti. Ia lalu menepuk bahu Saga setelah selesai. "Udah."

"Makasih kesayangannya Saga," ucap Saga rubah sikap jadi lebih baik dan manis siapa tau dapat nilai lebih.

"Oiya sabtu saya mau pergi."

"Mau kemana? Mau diantar? Hmm? Ke panti atau belanja pernak pernik?"

Reres menatap Saga. "Enggak perlu diantar."

"Serius kok, gue mau anterin lo. Ke mana aja Reres mau pergi, Saga siap anter." Saga benar-benar berubah, berbeda. Mendadak manis dan itu jelas bukan dirinya yang biasa.

Reres merasakan itu. Hanya saja tau diri. Tak mungkin Saga berubah seperti itu karena dirinya, Itu yang ada dalam pikirannya. Apa yang dirasakan Saga hanya gejolak sementara.

"Mau pergi sama Mas Haris."

Mendengar jawaban Reres buat raut wajah Saga berubah tak ada lagi senyum. "Apa?"

Reres menatap Saga, "Mau pergi sama Mas Haris." Reres menekankan lagi.

Keduanya saling tatap dan terdiam beberapa saat. Saga atur emosinya baik-baik. Saga cemburu dan ia tak bisa mengatasinya. Tak terbiasa dalam arena yang harus memperebutkan sesuatu. Terbiasa dengan haknya, miliknya, tak ada saingan. Kini dihadapkan dengan Haris yang memang diatasnya secara sikap, akan sulit ia terima. Saga tak bisa jika kalah. Tak mau Reres dimiliki Haris.

Saat itu ponsel Reres berdering, gadis itu mengambil dari kantung celananya, nama tertera di sana—Haris. Saga mengambil ponsel Reres, melempar hingga hancur berantakan karena mengenai pintu kayu jati kamar Saga.

"Mau Lo apa sih Ga?!"

Saga tak segera menjawab, ia menatap pada Reres. Dengan tatapan penuh amarah. Wajah Saga mendekati wajah Reres, tatapannya mengintimidasi kali ini. Manis yang ia tunjukkan tadi lenyap. "Mau Lo jadi punya gue. Reres punyanya Saga."

***

Hihi apakah Saga akan semakin bucin??😭😭
Yang mau baca LBH cepat bisa ke karyakarsa yaa..
Udah tamat di sana. Terimakasih 🫶

Oh My CEO (END)💜Where stories live. Discover now