“Ini lain cerita, aku penasaran kenapa profesor sejarah bisa ada di acara para petinggi dunia hiburan,” ucapnya sok serius. Bahkan Rose mulai bicara dengan gaya yang sama seperti Detektif Conan.

“Eh, kau tidak tahu memangnya?”

Pertanyaan dari manajernya membuat Rose semakin penasaran. “Apa?”

“Kuberitahu saat menjemputmu nanti. Dua jam lagi, aku masih mau tidur, lelah sekali rasanya. Jangan pergi sendirian atau kau akan berada dalam masalah.”

Padahal aku bisa menyetir sendiri, pikir Rose dalam hatinya.

“Jangan coba-coba menyetir sendirian, kau mungkin masih agak mabuk.” Baekhyun tak ubahnya cenayang yang bisa membaca pikiran. Bahkan telpon tidak jadi halangan. Kemampuannya pasti ada di level ahli. “Aku tidak minum sama sekali tadi malam—mungkin hanya seteguk—bisa bahaya kalau mabuk padahal harus menyetir. Pokoknya jangan menyetir—naik kendaraan umum juga tidak boleh! Aku tutup ya, sampai jumpa nanti!”

Panggilan berakhir, sontak membuat Rose termenung, berkubang dalam rasa penasaran yang semakin besar. Tapi tidak ada gunanya pergi sekarang, itu tidak seperti Rose akan nekat dan bertanya pada staf di agensi tentang identitas asli Jung Jaehyun, mereka hanya akan menjadikannya sebagai bahan gosip murahan. Rose tidak mau menciptakan skandal yang tidak perlu—apalagi hanya demi profesor misterius seperti Jaehyun. Pria itu harus bersyukur karena menerima begitu banyak perhatian dari manusia sejenis Rose.

Terakhir kali dia terlibat dalam rumor kencan—itupun hanya media play perusahaan—fansnya marah besar dan meluaplan rasa frustasinya mereka di seluruh platform media sosialnya. Mereka menyebut Rose tidak profesional dan senang mempermainkan hati penggemar; tentu saja itu membuatnya frustasi. Ia menyayangi penggemarnya—terutama mereka yang bisa menghargai kehidupan pribadinya sebagai ‘manusia’. Sebab tidak bisa dipungkiri, dia bisa jadi sebegini terkenal karena pengakuan dari penggemar, tanpa mereka dia mungkin akan dibuang lebih cepat oleh Charis.

Tapi jika dipikirkan kembali, Charis memang hanya peduli pada artis yang terkenal saja. Agensi tempatnya bernaung itu tidak terlalu peduli pada hasrat terhadap musik yang membabi-buta ataupun bakat yang luar biasa, selama si artis bisa menghasilkan banyak uang, maka Charis akan memperlakukannya bak seorang dewa. Rose tidak yakin apakah itu hanya terjadi karena sistem yang baru atau memang sudah mengakar seperti itu. Sebab jika dicari tahu, Charis yang dia kenal dulu tidak pernah sematerialistik ini.

“Kak, cepat beritahu aku,” cetus Rose tepat setelah kakinya mendarat di parkiran basement agensi. Ia mengekor di belakang Baekhyun dengan langkah terseok-seok, masih menunggu manajernya untuk bicara. “Sejak tadi kau terus-terusan mengeluh dan malah membicarakan anjingmu yang sedang puber. Apa maksudnya itu? Aku tidak mau tahu kehidupan romansa anjingmu.”

“Ah, tentang Profesor Jung ya,” Baekhyun baru ingat sekarang, dia mau memberitahukan identitas pria itu pada artisnya. Sambil berbalik dan memaksakan sebaris senyum Baekhyun mengatakan, “Kau tahu Taesung Inc. tidak?”

Satu pertanyaan saja sudah membuat kerongkongan Rose serasa dicekik.
Perlahan mereka memasuki lift, menuju studio rekaman di lantai sebelas. Saat itu juga Baekhyun kembali berujar, “Profesor Jung adalah adik Vice President Taesung,”

“Tae—Taesung? Taesung yang itu?” pertanyaannya dibalas anggukan. Rose buru-buru menutup mulut dengan kedua tangannya, dia tidak tahu kalau profesornya punya latar belakang yang sangat menarik.

“Taesung Inc., perusahaan korporat paling besar di Semenanjung Korea!” entah bagaimana Baekhyun kedengaran begitu bangga.

“Tapi dia sama sekali tidak kelihatan seperti orang kaya,” kata Rose sebelum cepat-cepat meralat, “Maksudku, dia terlihat tampan dan sangat kaya, tapi penampilannya itu benar-benar sederhana! Aku memang baru masuk kelasnya satu kali, ini masih awal semester juga, tapi aku cukup pandai menilai orang-orang.”

The Poem We Cannot ReadWhere stories live. Discover now