"sialann!!! Gandra lo ngapain ngomong kalo gue pacar lo, harga diri gue mau ditaro dimana!" Lori berteriak membuat lelaki itu menutup telinganya.

"berisik tutup mulut lo, mau pulang atau mau diem disini sampe malem?" balas Gandra.

"gue masih mau nungguin bis, lagian gue gak mau dianterin sama lo!" jelas Lori.

"siapa juga yang mau nganterin lo, GR lo." jawabnya ketus. Lori sudah cukup lama menahan emosi.

Gandra langsung beranjak menaiki motornya. "sampe malempun gak akan ada gojek maupun bis lewat, jadi selamat menunggu." Jelas Gandra, apa lelaki itu tidak main-main.

lori semakin gelisah, Gandra sudah menyalakan motornya kemudian melaju, Lori kemudian memanggil Gandra Agar lelaki itu berhenti. dan benar. Gandra berhenti kemudian mundur mendekati kearah Lori.

"apalagi." ucapnya dengan malas.

"anterin gue... " pinta Lori, Gandra ingin menolak, tapi Lori memaksa dengan muka memelas.

"gue gak denger, coba lo ngomong sekali lagi." Balas Gandra membuat lelucon.

Lori menghela nafas panjang. "Boleh anterin gue? plisss." pintanya lagi.

*****

motor Gandra tiba di rumah Lori. cowok itu memperhatikan rumah besar bercat abu-abu beserta kendaraan pribadi milik ayahnya, sedangkan Lori sendari tadi diam.

"gue pulang duluan, helmnya balikin besok aja."

"iya btw, thanks you banget. gue masuk dulu!" ujarnya dibalas ketus.ia meninggalkan Gandra  yang menghidupkan mesin motornya. mendengar suara Lori berteriak, sontak Gandra membuka helmnya.

"Enggak! kenapa Bolanya dirusak?!" Lori berteriak dengan wajah kaget. Gandra turun dari Motornya dan mengintip disela tanaman rumah Lori.

Lori lalu menatap Gadis yang berdiri memegang bola yang baru saja ia pecahkan, barang satu-satunya kenangan bersama temanya itu telah rusak mengempes. Gandra Sangat yakin itu adalah adiknya wajahnya juga sangat familliar. tapi, kenapa Lori rasanya ingin menangis saat melihat bola yang sudah kusam itu dirusak?

"gue gak suka, lihat barang barang rongsok lo ada dilemari depan papah gue! kenapa lo tuh harus bawa bawa barang ber bakteri kerumah ini?!" Gadis itu menyunggingkan senyum sinis nya. "apa lo berharap nyokap lo balik kesini? atau orang yang punya bola ini! rasanya gak mungkin?!"

baru kali ini Lori dibuat diam. kemudian ia mengambil bola yang dilemparkan ketanah oleh Talia. kini ia berlutut di depan bola yang penuh dengan tusukan. Gandra menjadi penasaran melihatnya.

"tapi kenapa lo harus ngerusak Barang gue? kenapa lo tega banget sama gue? padahal lo bisa simpen baik-baik kekamar gue tanpa ngerusak."

"mau lo nyuruh simpen dimanapun gue gak peduli! kalo gue gak suka, lo mau bilang apa!" Gadis itu sangat marah."disini lo cuma numpang kalo bukan karna gue! SADAR DIRI!"

Lori hanya diam. ia tidak melawan, jika bukan dirumahnya ia akan melakukan apapun. kedua matanya terasa panas, perlakuan Talia terhadap dirinya sangat kejam. tidak ada yang pernah membelanya. sekalipun asisten rumah tangganya.

"harusnya lo sadar diri! sejak awal gue dan bokap lo gak suka tinggal disini!" Nada setengah berteriak. gadis itu langsung memilih meninggal kan Lori sambil membanting pintu rumahnya, hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

ia melepaskan tasnya dan mengambil keran dekat mobil milik ayahnya, karna bolanya cukup kotor terkena air kotor dan tanah kotor jadi Lori harus membersihkanya. "untung gak parah," gumam Lori. "ori kangen Bunda, Kangen lo juga Ta." ia tidak mengeluh meski telapak tangannya terkena goresan pisau yang cukup besar tadi. Gandra terpaku melihat Lori dikejauhan. cowok itu merasa dirinya adalah salah satu orang yang paling jahat karna kata-katanya tadi walaupun sikap Lori cukup menyebalkan.ia tahu setelah melihat kehidupan di keluarganya.

GANDRAWhere stories live. Discover now