Bab 3

430 30 6
                                    

🌹🌹

"Eh, cantik manis eke ke sini lagi. Cuss, masuk, Cantiiik!" Pria bergaya layu menyambut Hana di salonnya. "Eke gak salah kalau yey didandani langsung manglingin! Gak ada yang kenal kan tadi? Katanya yey juga bikin mertua sama ipar yey pingsan. Uhuh! Magic banget bo' riasan eke!"

Hana tersenyum menahan geli. Pria layu ini bicara tanpa titik koma di dekat wajahnya, sambil melihat pada cermin. Pada pantulan wajahnya.

"Saya ke sini mau hapus yang di muka ini, Kak," Hana meringis menyentuh pipinya. "Rasanya agak kurang nyaman," komentarnya ragu-ragu.

"Ihh! Yey ini centok bingiits! Harusnya yey jangan diapus biar lekong yey makin cintrong. Ye, khan?"

"Duhh, jangan, Kak. Saya minta tolong dihapus aja. Besok-besok saya kalau ada acara ke sini lagi."

Pria layu itu lantas menggerutu seraya menyuruh anak buahnya menghapus make-up Hana.

Tarikan napas lega perempuan cantik alami ini setelah rasa tebal tadi sudah berganti segar. Kapster salon barusan menepuk kapas basah, tindakan terakhir yang meninggalkan rasa dingin di kulit wajahnya.

"Apa Mbak mau skalian keramas?" tawar kapster ramah itu.

"Iya, deh, boleh."

Rambut panjang Hana dicuci lengkap dengan pijatan yang membuat kepalanya ringan dan nyaman. Selama ini dirinya hanya sekali pernah mengantarkan ibu mertua dan Rani ke salon, tetapi hanya sebagai penjaga Naomi, juga penonton saat menunggu dua wanita itu sekitar tiga jam hingga selesai. Pulangnya, ia malah diceramahi, disuruh buka mata biar tahu bagaimana perempuan kaya merawat diri.

Bagaimana merawat diri kalau uang untuknya pribadi hanya diberi Radit 50ribu sehari? Sedangkan, biaya salon tidak terlihat murah.

"Mbak cantik banget," puji si kapster tulus.

"Mbak lebih cantik," puji Hana balik. Pegawai salon Medy semuanya bernilai 9 dari 10. Seragam dan riasan wajah juga rambut mereka tampak sempurna, menggambarkan profesional di bidangnya. Hana ingin seperti mereka.

Sekarang rambut tebal Hana sudah di-blow, tadi sebelum make up Medy si pria layu sudah memotong rapi rambutnya. Tidak pendek, hanya dibuat model layer tipis seperti foto pada ipad salon ini. Hasilnya cukup mengubah penampilan Hana.

Ketika diluruskan dengan alat tadi terlihat sangat bagus, dan sekarang dengan di-blow ke dalam juga lebih bagus lagi.

"Gimana Cantik eke? Yey tampak amazing! Cucok marcucok!" Medy datang lagi mendekat, menilai penampilannya.

Bahasa pria itu selalu membuat Hana tersenyum lebar. "Terima kasih, ya, Kak Medy. Saya suka model rambut begini."

Hana mengaca, teringat penampilannya tadi sudah membuat semua saudara suami juga undangan pangling.

Ia puas sudah melihat mulut mama mertua menganga dengan mata membulat nyaris keluar sebelum pingsan. Tak jauh beda dengan kakak iparnya si Rani. Meski setelah pingsan ia malah diusir suruh pulang karena membuat suasana kacau katanya.

Namun hati Hana tak merasa bersalah, justru menjadi tahu kalau dirinya juga bisa cantik. Bahkan lebih cantik lagi dari mereka yang terbiasa berdandan.

Ting!

Terbitlah ide di kepalanya.

Hana membeli beberapa produk yang Medy sarankan cocok untuk kulitnya. Ia masih punya uang simpanan diam-diam. Uang sendiri, bukan milik sang suami. Ia sudah tahu cara biar bisa tampil lebih baik, dan mungkin sesekali perawatan di sini. Karena itu Hana akan melanjutkan misi rahasianya.

MEMBUNGKAM HINAAN KELUARGA SUAMI DENGAN KESUKSESANWhere stories live. Discover now